Kegembiraan Mempelai Pria: Iman dan Karakter
Pada sesi ini pembicara membahas tentang harapan Tuhan yang harus terwujud dalam kehidupan jemaat sebagai kekasih-Nya, merujuk pada Kidung Agung 4 ayat 9. Penjelasan berpusat pada dua aspek utama: iman dan karakter ilahi. Pembicara menggunakan kisah wanita Kanaan dalam Matius 15 untuk menggambarkan iman yang besar yang memikat hati Yesus, menekankan bagaimana wanita itu memahami identitas Yesus sebagai Mesias spiritual, bukan sekadar pemimpin duniawi. Selain itu, karakter ilahi diibaratkan sebagai "kalung perhiasan leher" yang tak terlihat secara fisik namun sangat berharga di mata Tuhan, yang tercermin dari manusia batiniah yang lemah lembut dan tentram, seperti yang terlihat pada Yusuf dan Daniel.
Pesan khotbah ini melanjutkan pembahasan dari minggu sebelumnya mengenai harapan Tuhan yang harus menjadi realita dalam kehidupan jemaat sebagai gereja yang disebut kekasih Tuhan. Pembicara memulai dengan doa, memohon agar Tuhan menguraikan dan menyingkapkan pengharapan serta cita-cita-Nya atas hidup jemaat, sehingga pewahyuan, pengertian, dan hikmat itu terwujud.
Ayat Kunci: Kidung Agung 4:9 "Engkau mendebarkan hatiku, Dinda pengantinku, engkau mendebarkan hatiku dengan satu kejapan mata dan dengan seuntai kalung dari perhiasan lehermu."
Pesan ini berfokus pada apa yang membuat Tuhan terpesona dan hatinya berdebar-debar melihat gereja-Nya.
I. "Engkau mendebarkan hatiku, Dinda pengantinku"
"Mendebarkan hati" berarti membuat seseorang terpikat, terpesona, atau menawan hati. Tuhan ingin mengalami hal yang sama dari jemaat.
"Dinda" berarti saudariku, menekankan kesamaan DNA atau sifat dasar yang identik.
Ibrani 2:11 Ia yang menguduskan (Kristus) dan mereka yang dikuduskan (kita) semua berasal dari satu (Allah), sehingga Kristus tidak malu menyebut kita saudara.
Kesamaan sifat dasar ini berasal dari nafas hidup Allah yang dihembuskan kepada manusia (Kejadian 2:7).
Yohanes 20:22: Yesus menghembusi murid-murid-Nya dan berkata, "Terimalah Roh Kudus." Nafas Yesus ini adalah dimensi Roh Kristus yang luar biasa, memberikan dimensi dan sifat-sifat dasar yang identik kepada murid-murid-Nya.
Tuhan ingin sifat-sifat dasar Yesus yang menjadi jati diri-Nya juga terjadi dalam hidup jemaat, menjadikan jemaat memiliki sifat dasar yang identik dengan Kristus, dikerjakan oleh Roh Kudus.
Meskipun "Dinda" di tanah Arab pada masa itu berarti kekasih, konteks Ibrani menunjukkan adanya DNA yang sama atau identitas yang identik.
1 Petrus 1:15-16 menyerukan agar kita menjadi kudus dalam seluruh hidup kita, sama seperti Allah yang kudus yang memanggil kita. Ini adalah panggilan untuk menjadikan kesamaan sifat dasar dengan Kristus menjadi realita.
II. Dua Hal yang Mendebarkan Hati Tuhan dari Gereja-Nya (Kidung Agung 4:9)
A. "Dengan satu kedipan mata"
Ini berbicara tentang iman.
Ketika seseorang mengerling atau mengejap mata sesaat, ada momen di mana ia tidak melihat secara fisik, namun kemudian ia melihat. Tindakan spiritual "satu kejapan mata" inilah yang mendebarkan hati Tuhan.
Mata di sini adalah mata Ilahi atau mata spiritual/supranatural. Menutup mata untuk melihat ke dalam alam Tuhan dilakukan melalui iman.
Ibrani 11:1: Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Melalui iman, Musa (Ibrani 11:26-27) menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar daripada harta Mesir, karena ia memandang kepada upah di depan. Ia bertahan seolah-olah melihat apa yang tidak kelihatan. Imannya menembus jarak waktu 1300-1400 tahun untuk melihat Kristus.
Lukas 18:8: Yesus bertanya apakah Anak Manusia akan mendapati iman di bumi ketika Ia datang kembali. Ini menekankan pentingnya iman.
Contoh Iman yang Mendebarkan Hati Yesus: Perempuan Kanaan (Matius 15:21-28, Markus 7:25-26).
Perempuan ini adalah non-Yahudi, seorang Yunani bangsa Sirofenisia (keturunan Kanaan). Yesus diutus hanya kepada domba-domba Israel (Matius 10:5-6, Roma 15:8).
Ia berteriak memohon belas kasihan, meskipun Yesus diam saja dan murid-murid ingin mengusirnya. Yesus mendiamkan diri untuk menguji kualitas imannya.
Ia mengenali Yesus sebagai Tuhan Anak Daud (Mesias), yang menunjukkan pemahaman spiritual bahwa Yesus datang untuk menyelesaikan perkara-perkara kekal, bukan hanya hal-hal lahiriah seperti pembebasan dari penjajahan.
Ketika Yesus menyebutnya "anjing" (anjing peliharaan/κυνάριον), ia dengan rendah hati menerima, namun memohon remah-remah yang jatuh dari meja tuan. Ini menunjukkan bahwa meskipun ia bukan Israel, ia percaya Allah adalah Bapa bagi semua yang hidup dan ia hanya mencari belas kasihan kecil.
Yesus terpesona dan berkata, "Hai ibu, besar imanmu!". Ini adalah contoh iman yang tidak biasa dan diuji oleh Firman Tuhan.
Iman ini penting karena "tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah" (Ibrani 11:6). Iman adalah karunia Allah (Efesus 2:8-9).
B. "Dengan seuntai kalung dari perhiasan lehermu"
Kalung pada leher meningkatkan keindahan, dan leher dalam konteks ini berbicara tentang karakter Ilahi.
Ini merujuk pada manusia batiniah.
1 Petrus 3:3-4: Perhiasan sejati adalah manusia batiniah yang tersembunyi, dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tentram, yang sangat berharga di mata Allah.
Efesus 4:23-24: Manusia batiniah diperkaya dan diperindah ketika dibaharui dalam roh dan pikiran, mengenakan manusia baru yang diciptakan menurut kehendak Allah dalam kebenaran dan kekudusan.
Perhiasan batin ini tidak terlihat secara fisik oleh manusia, tetapi Tuhan selalu melihat, menilai, dan menguji motivasi, batin, dan hati.
Mazmur 26:2: "Ujilah aku, ya Tuhan, cobalah aku, selidikilah batinku dan hatiku."
Mazmur 139:23: "Selidiki aku, ya Allah, kenallah hatiku, ujilah aku, kenallah pikiran-pikiranku."
1 Tawarikh 28:9: Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat atau motivasi.
Yeremia 17:10: Tuhan menyelidiki hati dan menguji batin untuk memberi balasan setimpal.
Roma 8:27: Allah yang menyelidiki hati nurani mengetahui maksud Roh.
Amsal 1:8-9 dan Amsal 3:3, 21: Mendengarkan didikan (instruksi Bapa rohani) dan ajaran (hukum Taurat) adalah seperti karangan bunga dan kalung. Kasih, setia, hikmat, dan pertimbangan harus dikalungkan pada leher dan dituliskan pada hati, menjadi karakteristik kehidupan.
Mata Tuhan tertuju pada batin kita (Mazmur 32:8).
Contoh-contoh Kalung sebagai Tanda Kehormatan dan Martabat:
Yusuf: Firaun mengangkatnya menjadi kuasa dan mengenakan kalung emas kepadanya karena ia dipenuhi Roh Tuhan, berakal budi, dan bijaksana (Kejadian 41:39-42). Ini kontras dengan lehernya yang dibelenggu besi saat dipenjara (Mazmur 105:18).
Daniel: Raja Belsasar menjanjikan pakaian ungu dan rantai emas di leher serta kekuasaan ketiga tertinggi bagi siapa pun yang dapat menafsirkan tulisan di dinding (Daniel 5:7, 16).
Seuntai kalung dari perhiasan lehermu menunjukkan ekspresi karakter, sikap, dan apa yang datang dari manusia batiniah. Ini adalah hal yang menakjubkan bagi Tuhan.
Kesimpulan: Gereja yang diharapkan Tuhan sebagai kekasih-Nya adalah gereja yang dapat menunjukkan iman yang besar ("satu kejapan mata") dan karakter yang indah yang terpancar dari manusia batiniah ("seuntai kalung dari perhiasan lehermu"). Inilah yang mendebarkan hati Kristus sebagai mempelai laki-laki kita.