KONSTELASI AGAMA DAN POLITIK PADA PEMILU 2019 INDONESIA
Mari coba memahami apa yang SEDANG dan AKAN TERJADI di Indonesia terkait dengan PEMILU 2019 dan menuangkannya dalam tulisan di bawah ini. Saya mencoba memberikan artikulasi setepat mungkin, maaf jika masih salah dimengerti.
Indonesia sedang diuji oleh sila pertama Pancasila. Sebagian orang menggunakan agamanya sebagai alat untuk berkuasa. Apakah agama dan negara itu saling berhubungan? TIDAK. Yang menentukan kehidupan dan keberhasilan sebuah negara bukan agama, tapi ibadah. Esensi dari ibadah adalah ketulusan dan kedamaian dengan Tuhan Yang Mahakuasa.
Bagaimana dengan negara Cina? Terbukti mereka maju tanpa memakai agama, apalagi dengan doa dan ibadah. Apakah mereka mengalami kemakmuran? Betul, tapi belum tentu mengalami damai sejahtera dalam kehidupan sosial sehari-hari. Terbukti masih banyak orang Cina mencari pekerjaan dan kehidupan di luar negaranya.
Pepatah mengatakan dalam hidup ini kita harus bekerja dan berdoa. Apa artinya? Bekerja itu untuk makan dan keperluan lainnya, untuk kita sendiri. Tapi doa dan ibadah adalah untuk Tuhan Yang Mahaesa. Itulah ketulusan. Doa dan ibadah itu bukan untuk memperoleh makanan untuk mengisi perut, tapi ibadah itu untuk mengisi jiwa dan kehidupan spiritual kita. Ibadah dan doa bukan untuk memenuhi hasrat, nafsu dan ambisi (kekayaan, kuasa, nama, dst.) tapi tulus untuk menyembah kepada-Nya saja. Ibadah yang sejati hakekatnya tanpa disertai motivasi lainnya.
Indonesia sedang diuji dalam kontestasi Pemilu 2019 ini. Ujian dari sila pertama - yang yang utama - akan menentukan nasib dari butir-butir sila berikutnya.
Sangat menarik dipikirkan bahwa "kemanusiaan yang beradab" dan "persatuan Indonesia" menjadi tolak ukur keberhasilan ujian Nasional ini. Karena tanpa sila ke-2 dan ke-3 ini tidak mungkin terjadi "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Sebaliknya dengan sila ke-2 dan ke-3 ini dan dengan disertai sila ke-4 "Kerakyatan yang dipimpin oleh HIKMAT / kebijaksanaan....." seluruh Indonesia niscaya akan mengalami keadilan sosial.
Makin jelas sekarang keterkaitan ibadah yang sejati akan menjadi kunci bagi suksesnya pembangunan manusia dan bangsa Indonesia, sebab ibadah yang sejati pasti akan MENJADIKAN orang sebagai manusia yang beradab. Ibadah yang sejati akan menghapus pandangan picik dan sempit, melepaskan ego dan sentralistik kepada agama, ras, golongan dan individu, sehingga menimbulkan kesatuan.
Apa yang terjadi akhir-akhir ini dalam konstelasi politik di Tanah Air memperlihat bahwa Tuhan SUDAH menelanjangi mereka yang memakai jubah agama. Tanpa berkaca pada dirinya sendiri mereka tidak bisa melihat hal itu. SEKARANG mereka tidak bisa menyadari ketelanjangannya dan tidak merasa malu karena masih menutupi wajahnya dengan kedok agama. Orang lain yang melihat mereka telanjang, namun masih memakai kedok agama, merasa geli dan jijik dengan keberadaban mereka.
Kontestasi Pemilu 2019 benar-benar menjadi ujian atau batu sandungan bagi kehidupan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila untuk menggapai cita-citanya. Siapa yang mengujinya? Ya, Tuhan Yang Mahaesa itu sendiri! Tuhan tidak memandang agama, karena bukan Dia yang menciptakan agama, tapi Dia hanya memandang kepada manusia ciptaan-Nya sendiri dan menghendaki mereka untuk beribadah kepada-Nya saja dan bukan memuja agama. Itulah esensi "Ketuhanan yang Mahaesa". Agama bisa dipakai untuk apa saja menurut kecenderungan hati orang, tapi Tuhan Yang Mahakuasa berada di atas segala-galanya.
Kelulusan dari ujian ini akan memastikan keruntuhan tembok agama di Indonesia sehingga KEBENARAN dinyatakan. Akan terjadi kehidupan yang harmonis antar umat Tuhan di Indonesia. Bangsa Indonesia secara keseluruhan bukan lagi umat beragama tapi menjadi umat Tuhan. Ini artinya jubah dan kedok agama tidak laku lagi. Dan kotak-kotak agama tidak lagi menjadi penghalang hubungan sosial di masyarakat.
Tuhan sendiri menghendaki ibadah yang sejati, tanpa jubah dan kedok. Artinya jubah, hanya bagus diluarnya dan kedok adalah kepalsuan.
Tuhan menamakan kita sebagai (man)usia. Akan ada DAMAI sejahtera pada masa (usia) hubungan yang lebih dewasa (baca: bertaqwa) antara manusia dengan Tuhannya.
Dan itu adalah JALAN untuk menuju HIDUP yang sebenarnya.
Mudah-mudahan artikel ini tidak membuat lagi kita bingung dengan hiruk-pikuk pemilu dan percaya bahwa dengan ibadah yang tulus, PEMILU malahan membawa berkah. Selamat beribadah!
Gbr: slideshare.com |
Indonesia sedang diuji oleh sila pertama Pancasila. Sebagian orang menggunakan agamanya sebagai alat untuk berkuasa. Apakah agama dan negara itu saling berhubungan? TIDAK. Yang menentukan kehidupan dan keberhasilan sebuah negara bukan agama, tapi ibadah. Esensi dari ibadah adalah ketulusan dan kedamaian dengan Tuhan Yang Mahakuasa.
Bagaimana dengan negara Cina? Terbukti mereka maju tanpa memakai agama, apalagi dengan doa dan ibadah. Apakah mereka mengalami kemakmuran? Betul, tapi belum tentu mengalami damai sejahtera dalam kehidupan sosial sehari-hari. Terbukti masih banyak orang Cina mencari pekerjaan dan kehidupan di luar negaranya.
Pepatah mengatakan dalam hidup ini kita harus bekerja dan berdoa. Apa artinya? Bekerja itu untuk makan dan keperluan lainnya, untuk kita sendiri. Tapi doa dan ibadah adalah untuk Tuhan Yang Mahaesa. Itulah ketulusan. Doa dan ibadah itu bukan untuk memperoleh makanan untuk mengisi perut, tapi ibadah itu untuk mengisi jiwa dan kehidupan spiritual kita. Ibadah dan doa bukan untuk memenuhi hasrat, nafsu dan ambisi (kekayaan, kuasa, nama, dst.) tapi tulus untuk menyembah kepada-Nya saja. Ibadah yang sejati hakekatnya tanpa disertai motivasi lainnya.
Indonesia sedang diuji dalam kontestasi Pemilu 2019 ini. Ujian dari sila pertama - yang yang utama - akan menentukan nasib dari butir-butir sila berikutnya.
Sangat menarik dipikirkan bahwa "kemanusiaan yang beradab" dan "persatuan Indonesia" menjadi tolak ukur keberhasilan ujian Nasional ini. Karena tanpa sila ke-2 dan ke-3 ini tidak mungkin terjadi "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Sebaliknya dengan sila ke-2 dan ke-3 ini dan dengan disertai sila ke-4 "Kerakyatan yang dipimpin oleh HIKMAT / kebijaksanaan....." seluruh Indonesia niscaya akan mengalami keadilan sosial.
Makin jelas sekarang keterkaitan ibadah yang sejati akan menjadi kunci bagi suksesnya pembangunan manusia dan bangsa Indonesia, sebab ibadah yang sejati pasti akan MENJADIKAN orang sebagai manusia yang beradab. Ibadah yang sejati akan menghapus pandangan picik dan sempit, melepaskan ego dan sentralistik kepada agama, ras, golongan dan individu, sehingga menimbulkan kesatuan.
Apa yang terjadi akhir-akhir ini dalam konstelasi politik di Tanah Air memperlihat bahwa Tuhan SUDAH menelanjangi mereka yang memakai jubah agama. Tanpa berkaca pada dirinya sendiri mereka tidak bisa melihat hal itu. SEKARANG mereka tidak bisa menyadari ketelanjangannya dan tidak merasa malu karena masih menutupi wajahnya dengan kedok agama. Orang lain yang melihat mereka telanjang, namun masih memakai kedok agama, merasa geli dan jijik dengan keberadaban mereka.
Kontestasi Pemilu 2019 benar-benar menjadi ujian atau batu sandungan bagi kehidupan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila untuk menggapai cita-citanya. Siapa yang mengujinya? Ya, Tuhan Yang Mahaesa itu sendiri! Tuhan tidak memandang agama, karena bukan Dia yang menciptakan agama, tapi Dia hanya memandang kepada manusia ciptaan-Nya sendiri dan menghendaki mereka untuk beribadah kepada-Nya saja dan bukan memuja agama. Itulah esensi "Ketuhanan yang Mahaesa". Agama bisa dipakai untuk apa saja menurut kecenderungan hati orang, tapi Tuhan Yang Mahakuasa berada di atas segala-galanya.
Kelulusan dari ujian ini akan memastikan keruntuhan tembok agama di Indonesia sehingga KEBENARAN dinyatakan. Akan terjadi kehidupan yang harmonis antar umat Tuhan di Indonesia. Bangsa Indonesia secara keseluruhan bukan lagi umat beragama tapi menjadi umat Tuhan. Ini artinya jubah dan kedok agama tidak laku lagi. Dan kotak-kotak agama tidak lagi menjadi penghalang hubungan sosial di masyarakat.
Tuhan sendiri menghendaki ibadah yang sejati, tanpa jubah dan kedok. Artinya jubah, hanya bagus diluarnya dan kedok adalah kepalsuan.
Tuhan menamakan kita sebagai (man)usia. Akan ada DAMAI sejahtera pada masa (usia) hubungan yang lebih dewasa (baca: bertaqwa) antara manusia dengan Tuhannya.
Dan itu adalah JALAN untuk menuju HIDUP yang sebenarnya.
Mudah-mudahan artikel ini tidak membuat lagi kita bingung dengan hiruk-pikuk pemilu dan percaya bahwa dengan ibadah yang tulus, PEMILU malahan membawa berkah. Selamat beribadah!