PERSPEKTIF PEPERANGAN MENTAL UNTUK KETETAPAN HATI
Diperlukan ketetapan hati utk selalu menggenapi kebenaran, untuk mentaati perkataan Tuhan, untuk hidup dalam kehendak-Nya, dalam rencana dan agenda Tuhan. Tanpa ketetapan hati Bapa tidak akan berkenan kepada Anak.
Masalah ketetapan hati itu adalah masalah mentalitas. Masalah mentalitas adalah bagian kita bukan bagian Tuhan.
Kualitas mental akan menentukan sekali hasil dari pembangunan manusia rohani dan jasmani secara keseluruhan. Sebab, mentalitas itu sendiri terdiri dari gabungan antara emosi, etika, moral, disiplin dan semua ini terkait erat dengan nilai-nilai spiritualitas yang kita percayai dan ukurannya dan hasilnya adalah motivasi dan ketulusan.
Markus 12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Menjadi kaya atau miskin bukanlah soal dosa, tapi soal mentalitas. Khotbah yesus di atas bukit berkaitan dengan masalah mentalitas.
Saya rasa 90% atau lebih orang Kristen mengalami masalah mentalitas dan sebagian daripadanya sulit untuk bangkit. Menilik perumpamaan gadis bijak dan gadis bodoh, paling tidak ada 50% yang sulit bangkit dan tidak mengalami terobosan mental.
Hanya Josua dan Kaleb yang diperkenan masuk ke dalam Tanah Perjanjian. Sisa generasi yang lahir di Mesir adalah orang-orang yang mudah tawar dan kecut hatinya. Itulah mentalitas padang gurun. Semua orang yang keluar dari Mesir telah mati di padang gurun karena Tuhan tidak mau menerima mereka yang tidak mau berubah agar tidak mencemari generasi selanjutnya. Mereka terus menerus bersungut-sungut dalam perjalanan. Ini masalah mentalitas. Mujizat demi mujizat dan kuasa Tuhan didemonstrasikan Tuhan tiap-tiap hari, tidak bisa juga memperbaiki mentalitas mereka.
Saul mengalami masalah mental dan terlihat jelas ketika menghadapi sebuah situasi peperangan - walau pun tidak diragukan Saul adalah prajurit yang handal dan ada padanya urapan seorang raja. Samuel tidak juga muncul di Gilgal sampai pada waktu yang ditentukan Samuel sendiri. (1 Samuel 13:8-). Dia mulai kecut hatinya dan ciut nyalinya ketika melihat rakyat mulai banyak yang meninggalkan dia. Saul mengambil keputusan untuk mempersembahkan korban bakaran yang adalah bagian dari tugas Samuel, karena Saul ketakutan orang Filistin akan menyerangnya tiba-tiba sebelum Samuel datang. Ini adalah awal dari kebodohannya, kekalahannya dan malapetakanya. Saul harus kehilangan mahkotanya dan Roh Tuhan undur daripadanya. Jangan andalkan pengurapan Tuhan dalam pelayanan dan jangan melihat rupa seseorang, tanpa mentalitas yang bagus hasilnya nihil.
Tidak semua gagal membangun mentalitas mereka, sebagian lagi berhasil merobah paradigma mereka dan bangkit meraih kemenangan, termasuk Abram, Gideon, Esther, dan masih banyak lagi.
Abram ketika mengalami masalah mentalitas ini berpindah-pindah antara Ai dan Betel; malahan bablas pergi ke Mesir.
Tuhan berkata kepada Gideon..... pergilah dengan kekuatanmu ini .... (Hakim-hakim 6:14).
Secara spiritual Gideon adalah pahlawan yang gagah perkasa, tapi secara mental ia hanya petani yang ketakutan oleh orang Midian. Oleh karenanya ia mengirik gandum di tempat pemerasan anggur untuk mengelabui musuh. (Hakim-hakim 6:11,12).
Tuhan juga mengatakan kepada Yosua hal yang sama secara berulang-ulang untuk menguatkan dan meneguhkan hatinya sebelum dapat memimpin bangsa Israel menyeberang sungai
Yordan dan masuk ke Kanaan (Ulangan 31:6,7, Ulangan 31:23, Yosua 1:6,7,9, dst.).
Ulangan 31:6 Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau."
Tuhan tidak menghendaki Yosua mengalami hambatan secara mental dan jelas masalah mental ini bukan sekedar dilawan dengan doa, tapi harus dengan segenap kekuatan kita (Markus 12:30).
Spiritual warfare vs Mental warfare
Selama beberapa tahun ini bahkan lebih dari belasan tahun belakangan "kuatkan dan teguhkanlah hatimu" adalah pesan Tuhan yang paling sering saya dapatkan. Sekarang saya baru betul-betul mengerti dan menyadari mengapa Tuhan berpesan terus-menerus demikian. Semoga dengan perspektif ini, saya dan pembaca bisa mengubahkan paradigma kita dan mengalami terobosan mental sehingga mengalami kemenangan seperti yang Tuhan mau.
Ada peperangan mental tidak kalah pentingnya dengan peperangan rohani. Kalo saya boleh berpendapat 50% atau lebih keberhasilan pembangunan manusia roh ditentukan oleh peperangan mental ini, sebab dalam spiritual warfare Tuhan lah yang berperang bagi kita.
Yoh 10:10 Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan
Yohanes 10:10 dengan jelas menyatakan bahwa rencana dan tujuan utama iblis adalah untuk menghalangi, mengecilkan hati - menjadi tawar hati dan kecut - dan mendatangkan celaka dan kehancuran bagi kita. Dia akan melakukan segala cara untuk menghancurkan hidupmu dengan mendegrasi moral dan mental terlebih dulu.
Musuh tau siapa saja yang menjadi milik kepunyaan Tuhan dan berusaha merebutnya dari Dia.
MASALAH MENTALITAS YOHANES PEMBAPTIS
Masalah mentalitas yang dialami Yohanes Pembaptis adalah karena dia tidak percaya Yesus adalah 100% manusia yang diurapi Bapa sebagai Mesias dan Kristus.
Mengapa Yohanes Pembaptis pada awalnya menolak untuk membaptis Yesus? Terutama sekali dia tau persis siapa Yesus sebenarnya. Baginya Yesus adalah Tuhan dan Raja pemilik Kerajaan yang sedang diberitakannya.
Jadi dia tidak percaya betul Yesus adalah Firman yang menjadi manusia. Artinya, Yohanes Pembaptis tidak percaya Yesus adalah Tuhan yang telah mengosongkan dirinya menjadi 100 persen manusia.
Bagi orang Kristen yang tidak percaya bahwa Yesus adalah 100% manusia akan menjadi celah yang sangat berbahaya bagi keteguhan hatinya, akan menggoyahkan percayanya pada nilai-nilai spiritual yang ia pegang selama ini. Itu sebabnya Yesus melarang siapa pun memberitahu siapa Dia sesungguhnya sebelum waktunya.
Lukas 4:41 Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: "Engkau adalah Anak Allah." Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.
Tindakan Yohanes Pembaptis menolak membaptis Yesus adalah karena ketetapan hatinya tidak teguh oleh karena hal itu. Ini masalah mentalitas yang serius sehingga Yohanes Pembaptis lari dari panggilannya dan ia mulai melayani di istana raja Herodes.
Yohanes Pembaptis setelah membaptis Yesus harusnya menghentikan sama sekali pelayannya dan bergabung dengan Yesus. Dia harus bergabung dengan sebagai sumber anugerah pemberian Tuhan. Yohanes Pembaptis menurut kacamata orang Farisi telah bersaing dengan Yesus dalam membaptis orang.
Jangan pernah dan tidak akan pernah kita bisa bersaing dengan seorang sumber anugerah, termasuk pendeta di gerejamu. Kita harus bergabung dengan seorang sumber anugerah dengan semangat SATU Tuhan, satu Roh, satu Tujuan. Ini adalah masalah mentalitas para pemimpin gereja pada umumnya. Konsekuensinya adalah penggal kepala atau ditenggelamkan oleh Tuhan dalam perut bumi seperti Yunus yang juga lari dari panggilannya.
Kekurang-percayaan akibat dari tidak adanya ketetapan hati itu terus tertanam dan memuncak kemudian hari ketika Yohanes Pembaptis dipenjara oleh Herodes. Makanya dia mengutus murid-murid nya untuk bertanya apakah Yesus itu Mesias atau haruskah ia menantikan yang lainnya.
Lukas 7:20 Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: "Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?"
Karena tidak adanya ketetapan hati, bisa menjadi masalah yang sangat besar dan menggoyahkan kepercayaan seseorang.
Bagaimana mungkin seorang nazir Allah yang diutus khusus untuk membuka jalan bagi Yesus berbalik meragukan Yesus sebagai Mesias dan Kristus?! Masalahnya adalah Yohanes Pembaptis sampai saat itu masih percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang turun ke bumi. Dia masih tidak percaya sepenuhnya bahwa Yesus adalah ORANG yang diurapi Bapa sebagai Messias dan Kristus.
Dia yang telah melihat dengan mata kepalanya sendiri Roh Kudus yang dalam rupa burung merpati telah turun dan mengurapiNya sekarang goyah dan meragukan Yesus sebagai seorang Anak Manusia yang akan menjadi Mesias dan Kristus. Kita tau akhirnya bahwa Yohanes Pembaptis harus kehilangan kepalanya, karena dia terus memakai otaknya. Ini semua berawal dari masalah ketetapan hati dan mentalitas.
Matius 3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, 3:17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes. Roh Kudus turun ke atas Yesus dan Dia mendapatkan perkenanan dari Bapa bukan karena statusnya sebagai Putra, tetapi karena Yesus memiliki ketetapan hati untuk menggenapi segala perintah dan kehendak Bapa,
Yesus di bumi ini bukanlah "heavenly man" tetapi "earthly man".
Jika seorang yang percaya, orang Kristen, tidak percaya 100% perkataan dan kesaksian Yesus mengenai DiriNya sendiri sebagai Anak Manusia, maka dia akan menghadapi masalah yang sama - tidak ada bedanya - dengan masalah yang dihadapi Yohanes Pembaptis.
Ini akan menjadi celah dan berpotensi menjadi berbahaya dan akan menuntun orang menjadi serupa dengan dunia karena hanya menggunakan otak dan mata jasmani dan akibatnya orang demikian bisa kehilangan kepalanya atau menjadi murtad.
Ini hampir tidak ada bedanya dengan mereka dari golongan agama yang lain yang menghujat Yesus dengan berkata: Tuhan orang Kristen koq bisa mati. Dia mati di tiang jemuran. Mereka memang sama sekali tidak mengerti. Tapi mereka yang tidak bertobat tidak hanya akan kehilangan kepala saja, melainkan juga kehilangan seluruhnya.
Roma 12:1-2
12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. [kehendak Allah yang sempurna, God's perfect will]
PEPERANGAN MENTAL TERUS BERLANJUT
Peperangan mentalitas (mental warfare) masih terus berlangsung di dalam kepala banyak orang Kristen.
Yohanes 14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku."
Orang yang mengalami masalah mental selalu gelisah.
Yesus mengatakan supaya murid-murid-Nya percaya juga kepada-Nya sebagai Anak Manusia, bukan sebagai Tuhan.
Semua yang diperbuat, diajarkan dan dikerjakan Yesus adalah sebagai Anak Manusia 100% untuk membuktikan kepada kita dan dunia bahwa tidak ada yang mustahil bagi orang percaya.
PROBLEM ANAK MUDA YANG KAYA
Matius 19:17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya SATU yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
Yesus menjawab pertanyaan orang yang muda lagi kaya itu tentang apa yang baik. Yesus mengatakan hanya Tuhan yang baik. Tapi untuk mengalami masuk ke dalam HIDUP - perhatikan bukan masuk ke sorga - maka seseorang harus turuti SEGALA perintah Allah, tidak memilih-milih perintah mana yang baik dan mana yang tidak baik menurut ukurannya sendiri.
Matius 19:18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, 19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." 19:20 Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" 19:21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." 19:22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Orang muda kaya itu pergi dengan kecewa, tawar hati dan sedih sebab banyak kekayaannya. Ini masalah mentalitas, bukan masalah percaya atau tidak. Anak muda yang kaya itu percaya kepada Yesus dan memanggil-Nya sebagai Guru. Namun ia merasa berat hati dan tidak dapat memutuskan untuk SATU yang baik menurut Yesus.
Markus 8:34 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
Mungkin orang muda itu menilai keadaan Yesus dan murid-murid-Nya yang kebanyakan tidak berpendidikan dan miskin; ia tidak mau memercayai masa depannya kepada Yesus. Ia tidak mau menanggung kesusahan dan kesulitan, apalagi menjadi miskin, jika mengikut Yesus.
Setidaknya orang muda ini telah memberikan kesaksian bahwa benar apa yang Yesus katakan di atas bukit, bahwa sukar bagi orang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Ini problem mentalitas anak muda dan kaya untuk memiliki ketetapan hati sekali pun dia sudah tau dan percaya hanya SATU yang baik itu.
HARUS MEMILIKI KETETAPAN HATI: SIKAP ESTHER DALAM MENGHADAPI SITUASI GENTING
Ratu Esther menghadapi situasi dimana dia berisiko dibunuh jika tiba-tiba muncul di hadapan raja tanpa dipanggil lebih dulu oleh raja (Ester 4:11). Ini adalah situasi dan kondisi yang berat. Beranikah Esther? Tidak. Ini adalah masalah mental, peperangan mental.
Moderkhai sebagai paman dan pengasuh Ester harus membangunkan mentalitas Ester:
Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." Ester 4:14.
Apa yang disampaikan oleh Mordekhai adalah ketetapan Tuhan. Maka Ester harus mengambil sikap dan tidak berdiam diri saja. Dalam situasi genting Ester memiliki mental yang kuat untuk berani menghadapi resiko kematian jika raja tidak berkenan dijumpainya.
TANDA PERUBAHAN
Tanda kita mengalami perubahan paradigma adalah kita mau merendahkan diri, memandang orang lain lebih penting, percaya kepada sumber anugerah sebagai pemberian Tuhan, tidak pernah berpikir untuk lari dari panggilan kita dan yang terpenting mengalami terobosan mentalitas itu sendiri. Mengosongkan diri artinya menyiapkan diri untuk menerima segala hal yang baik dan yang buruk dan mau berkorban (to be contented in every circumstances) dari Sang Pencipta, khalik langit dan bumi.
Khotbah Yesus di atas bukit adalah untuk memperbaiki dan membangun mentalitas orang percaya.
Matius 5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 5:4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Daniel, sadrakh, mesakh dan Abednego tidak pernah mengalami masalah mentalitas karena mereka adalah orang-orang yang memiliki ketetapan hati yang luar biasa.
Daniel 1:8 Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.
Daniel 3:16-18 Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
Banyak lagi kita lihat tokoh-tokoh Alkitab lainnya yang memiliki ketetapan hati dan tidak memiliki masalah mentalitas:
- Elisa, yang mengikuti kemana pun Elia walau pun beberapa kali diminta pulang, tidak berkecil hati; karena Elisa hendak mewarisi yang sangat berharga dari hidup Elia;
- Ruth, perempuan Moab itu mengikuti kemana pun Naomi pergi, walau berkali-kali disuruh pulang, kata Ruth: bangsamu bangsaku juga, Allahmu Allahku juga;
- Daud selalu mencari wajah Tuhan dan selalu berbalik kepada-Nya bagaimana juga; ketika terjadi peristiwa penyerangan dan penjarahan dan penculikan termasuk istri-istri dan anak-anak Daud ia tidak marah kepada Tuhan. Daud hanya menangis menumpahkan emosinya dan tidak menjadi berkecil hati atau kehilangan nyali.
- Ayub yang mengalami ujian yang bertubi-tubi kehilangan harta, kehilangan 10 anaknya pada hari yang sama, tidak sampai marah kepada Tuhan dan tidak berdosa dengan mulutnya dan lainnya.
- Sebagai seorang perawan dan telah bertunangan dengan Yusuf, Maria mau menerima segala konsekuensi yang harus ditanggungnya demi menjadikan Firman itu menjadi daging di dalam dirinya. Ini adalah sebuah ketetapan hati. Maria tidak mengalami masalah mentalitas.
SAKIT MENTAL YANG AKUT GEREJA FARISI
Yesus tidak mempunyai masalah dengan mentalitas - tidak pernah mengenai / terperangkap dengaan masalah itu, apalagi masuk dalam peperangan mental (mental warfare). Namun bukan berarti Yesus tidak mengetahui peperangan mental yang dihadapi murid-murid dan semua orang percaya.
Penderita sakit mental yang sudah parah dan akut adalah orang-orang Farisi dan Saduki. Mereka bukan orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang tekun dan rajin membaca kitab suci dan selalu memelihara hukum Taurat. Tapi pengertian dan segala yang baik dari percayanya kepada Tuhan tidak atau pun mujizat yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari tidak membawa terobosan mentalitas.
Paradigma mereka tidak pernah bergeser satu inci pun. Mereka tetap berpegang teguh pada Taurat dan segala hukum Taurat dan tidak mau berobah. Mereka sudah seperti Tuhan yang tidak pernah berobah. Mereka mengalami persoalan dan penderitaan mental yang parah dan akut; sehingga Yesus selalu menentang mereka secara frontal dan terbuka dihadapan orang banyak untuk menunjukkan masalah yang sebenarnya.
Markus 8:15 Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."
Ragi Herodes ini terkait
erat dengan dipenggalnya kepala Yohanes Pembaptis.
16:30 Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.
16:31 Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."
Maka pesan khotbah di atas bukit mengenai kemiskinan, mengenai orang yang berduka, orang yang lapar dan haus - itu semua untuk mereka dan kita semua mengalami terobosan mentalitas dan berhasil.
Seberapa banyak orang Kristen sekarang yang seperti kaum Farisi? Apakah Yesus itu menjadi batu penjuru dalam hidup mereka, atau kah hanya sekedar menjadi batu sentuhan (berdasarkan kebutuhan) dan bahkan menjadi batu sandungan (menjadi sakit hati kepada Tuhan kalau keinginannya tidak terpenuhi)? Yesus batu sandungan telah membuat orang Kristen serba kikuk dan gamang dan tidak mempunyai ketetapan hati, apakah dalam bisnis. kekayaan atau dalam hal jodoh, hubungan keluarga atau aspek lainnya.
PARADIGMA YANG SALAH
Banyak orang Kristen memandang dan memiliki paradigma sebagai berikut.
Mereka percaya bahwa Yesus kenyataan sebagai manusia 100% dan sebagai Tuhan 100%. Tapi, Yesus hidup selama 30 tahun dibawah pengayoman Maria dan Yusuf sehingga Firman itu menjadi daging adalah hal yang TIDAK MUNGKIN dan MUSTAHIL. Tidak ada yang namanya rumah rohani (Maria-Yusuf). Adanya gereja. Masakah Yesus Tuhan itu dalam pengasuhan dan pengayoman manusia? Bagaimana mungkin manusia bisa membentuk hidup Yesus menjadi dewasa dalam hal spiritual?
Yesus dengan taat dan setia dan hidup dalam Takut akan Tuhan tunduk di bawah pengasuhan dan pengayoman Maria dan Yusuf.
Mereka telah membentuk mentalitas Yesus memiliki keteguhan dan ketetapan hati dan takut akan Tuhan.
Yesaya 11:3 ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN.
Tanpa belajar takut akan Tuhan dari Yusuf dan Maria, sulit bagi Yesus untuk memahami apa artinya takut akan Tuhan itu, apalagi untuk menyenanginya. Sulit memahami persepsi takut akan Tuhan dari sudut pandang manusia kepada Tuhan Yang Mahakuasa jika Yesus tidak turun kedunia, mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia!
Yesus hidup dan dibesarkan di Nazareth. Dia mulanya dikenal sebagai anak tukang kayu. Kemudian Dia mulai dikenal juga sebagai tukang kayu. Para pemimpin gereja yang tidak memakai Yesus sebagai batu penjuru hanya akan memiliki bangunan gereja yang rapuh, tapi rumah rohani seperti yang dibangun Maria dan Yusuf akan selalu kekal adanya. Banyak orang Kristen merindukan merayakan Natal walau pun setahun sekali datang ke gereja, karena mereka secara insting sebenarnya mengetahui adanya bangunan rohani atau rumah rohani yang dibangun Tuhan melalui Yusuf dan Maria.
Anak Allah telah menjadi manusia sehingga manusia dapat menjadi anak-anak Allah. Kemungkinan transformasi total kita dapat terjadi oleh Allah yang hidup, menciptakan kelahiran baru di hati manusia dan membentuk Kristus di dalam kita. WOW! (lihat Galatia 4:19)
Hasil didikan dan pengayoman Yusuf dan Maria terbukti, karena Yesus memiliki ketetapan hati untuk selama 30 tahun itu bahwa itu belum masa-Nya untuk melayani Bapa. Itu adalah masa-masa yang menyenangkan bagi Yesus. Bagaimana hidup dalam hal takut akan Tuhan dalam rumah rohani Maria-Yusuf adalah suatu hal yang baru bagi-Nya.
Yohanes 2:4 Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba."
Bapa sendiri memegang komando atas pelayanan Yesus dan peristiwa mujizat pertama yang Yesus buat di Kana bukanlah kebetulan. Bukan kebetulan pula Maria ada bersama-sama dengan Yesus di situ. Dan sepertinya Maria sudah mengetahui waktunya bagi dia untuk menyerahkan kembali putranya itu sepenuhnya kepada Bapa.
Maria adalah orang diminta Bapa untuk memberikan nama bagi Yesus. Memberikan nama bukan hanya secara tertulis dan panggilan, tapi memberikan seluruh hidupnya untuk mengayomi Yesus sehingga siap untuk melakukan segala kehendak dan perintah Bapa sekali pun itu untuk mati di kayu salib. Maria tidak meratapi kematian putranya justru bersuka-cita bahwa dia telah berhasil membawa Yesus kepada Bapa di tempat yang maha tinggi.
MENGHANCURKAN BENTENG-BENTENG MENTALITAS
Tidak peduli apa benteng mental yang Anda hadapi, Tuhan telah memperlengkapi Anda dengan kekuatan ilahi untuk menghancurkan segala pikiran yang tidak diinginkan yang membombardir Anda. Yakinlah dan percayalah pada janji-janji Allah bahwa ia tidak akan pernah meninggalkan Anda atau meninggalkan Anda.
Solusi untuk mengatasi kebohongan musuh adalah mengisi pikiran Anda dengan firman Tuhan sampai tidak ada ruang bagi iblis untuk memasuki pikiran Anda. Tetapkan hati untuk sepenuhnya jenuh dan percaya setiap kata dalam Alkitab (logos). Kapan saja musuh berusaha membisikkan pikiran jahat ke dalam pikiran Anda, lawanlah dengan Firman Tuhan sebab ada tertulis....
Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus. 2 Korintus 10: 3-5
Masalah ketetapan hati itu adalah masalah mentalitas. Masalah mentalitas adalah bagian kita bukan bagian Tuhan.
gbr: dailyverses.net |
Kualitas mental akan menentukan sekali hasil dari pembangunan manusia rohani dan jasmani secara keseluruhan. Sebab, mentalitas itu sendiri terdiri dari gabungan antara emosi, etika, moral, disiplin dan semua ini terkait erat dengan nilai-nilai spiritualitas yang kita percayai dan ukurannya dan hasilnya adalah motivasi dan ketulusan.
Markus 12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Saya rasa 90% atau lebih orang Kristen mengalami masalah mentalitas dan sebagian daripadanya sulit untuk bangkit. Menilik perumpamaan gadis bijak dan gadis bodoh, paling tidak ada 50% yang sulit bangkit dan tidak mengalami terobosan mental.
Hanya Josua dan Kaleb yang diperkenan masuk ke dalam Tanah Perjanjian. Sisa generasi yang lahir di Mesir adalah orang-orang yang mudah tawar dan kecut hatinya. Itulah mentalitas padang gurun. Semua orang yang keluar dari Mesir telah mati di padang gurun karena Tuhan tidak mau menerima mereka yang tidak mau berubah agar tidak mencemari generasi selanjutnya. Mereka terus menerus bersungut-sungut dalam perjalanan. Ini masalah mentalitas. Mujizat demi mujizat dan kuasa Tuhan didemonstrasikan Tuhan tiap-tiap hari, tidak bisa juga memperbaiki mentalitas mereka.
Saul mengalami masalah mental dan terlihat jelas ketika menghadapi sebuah situasi peperangan - walau pun tidak diragukan Saul adalah prajurit yang handal dan ada padanya urapan seorang raja. Samuel tidak juga muncul di Gilgal sampai pada waktu yang ditentukan Samuel sendiri. (1 Samuel 13:8-). Dia mulai kecut hatinya dan ciut nyalinya ketika melihat rakyat mulai banyak yang meninggalkan dia. Saul mengambil keputusan untuk mempersembahkan korban bakaran yang adalah bagian dari tugas Samuel, karena Saul ketakutan orang Filistin akan menyerangnya tiba-tiba sebelum Samuel datang. Ini adalah awal dari kebodohannya, kekalahannya dan malapetakanya. Saul harus kehilangan mahkotanya dan Roh Tuhan undur daripadanya. Jangan andalkan pengurapan Tuhan dalam pelayanan dan jangan melihat rupa seseorang, tanpa mentalitas yang bagus hasilnya nihil.
Tidak semua gagal membangun mentalitas mereka, sebagian lagi berhasil merobah paradigma mereka dan bangkit meraih kemenangan, termasuk Abram, Gideon, Esther, dan masih banyak lagi.
Abram ketika mengalami masalah mentalitas ini berpindah-pindah antara Ai dan Betel; malahan bablas pergi ke Mesir.
Tuhan berkata kepada Gideon..... pergilah dengan kekuatanmu ini .... (Hakim-hakim 6:14).
Secara spiritual Gideon adalah pahlawan yang gagah perkasa, tapi secara mental ia hanya petani yang ketakutan oleh orang Midian. Oleh karenanya ia mengirik gandum di tempat pemerasan anggur untuk mengelabui musuh. (Hakim-hakim 6:11,12).
Tuhan juga mengatakan kepada Yosua hal yang sama secara berulang-ulang untuk menguatkan dan meneguhkan hatinya sebelum dapat memimpin bangsa Israel menyeberang sungai
Yordan dan masuk ke Kanaan (Ulangan 31:6,7, Ulangan 31:23, Yosua 1:6,7,9, dst.).
Ulangan 31:6 Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau."
Tuhan tidak menghendaki Yosua mengalami hambatan secara mental dan jelas masalah mental ini bukan sekedar dilawan dengan doa, tapi harus dengan segenap kekuatan kita (Markus 12:30).
Spiritual warfare vs Mental warfare
Selama beberapa tahun ini bahkan lebih dari belasan tahun belakangan "kuatkan dan teguhkanlah hatimu" adalah pesan Tuhan yang paling sering saya dapatkan. Sekarang saya baru betul-betul mengerti dan menyadari mengapa Tuhan berpesan terus-menerus demikian. Semoga dengan perspektif ini, saya dan pembaca bisa mengubahkan paradigma kita dan mengalami terobosan mental sehingga mengalami kemenangan seperti yang Tuhan mau.
Ada peperangan mental tidak kalah pentingnya dengan peperangan rohani. Kalo saya boleh berpendapat 50% atau lebih keberhasilan pembangunan manusia roh ditentukan oleh peperangan mental ini, sebab dalam spiritual warfare Tuhan lah yang berperang bagi kita.
Yoh 10:10 Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan
Yohanes 10:10 dengan jelas menyatakan bahwa rencana dan tujuan utama iblis adalah untuk menghalangi, mengecilkan hati - menjadi tawar hati dan kecut - dan mendatangkan celaka dan kehancuran bagi kita. Dia akan melakukan segala cara untuk menghancurkan hidupmu dengan mendegrasi moral dan mental terlebih dulu.
Musuh tau siapa saja yang menjadi milik kepunyaan Tuhan dan berusaha merebutnya dari Dia.
MASALAH MENTALITAS YOHANES PEMBAPTIS
Masalah mentalitas yang dialami Yohanes Pembaptis adalah karena dia tidak percaya Yesus adalah 100% manusia yang diurapi Bapa sebagai Mesias dan Kristus.
Mengapa Yohanes Pembaptis pada awalnya menolak untuk membaptis Yesus? Terutama sekali dia tau persis siapa Yesus sebenarnya. Baginya Yesus adalah Tuhan dan Raja pemilik Kerajaan yang sedang diberitakannya.
Jadi dia tidak percaya betul Yesus adalah Firman yang menjadi manusia. Artinya, Yohanes Pembaptis tidak percaya Yesus adalah Tuhan yang telah mengosongkan dirinya menjadi 100 persen manusia.
Bagi orang Kristen yang tidak percaya bahwa Yesus adalah 100% manusia akan menjadi celah yang sangat berbahaya bagi keteguhan hatinya, akan menggoyahkan percayanya pada nilai-nilai spiritual yang ia pegang selama ini. Itu sebabnya Yesus melarang siapa pun memberitahu siapa Dia sesungguhnya sebelum waktunya.
Lukas 4:41 Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: "Engkau adalah Anak Allah." Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.
Tindakan Yohanes Pembaptis menolak membaptis Yesus adalah karena ketetapan hatinya tidak teguh oleh karena hal itu. Ini masalah mentalitas yang serius sehingga Yohanes Pembaptis lari dari panggilannya dan ia mulai melayani di istana raja Herodes.
Yohanes Pembaptis setelah membaptis Yesus harusnya menghentikan sama sekali pelayannya dan bergabung dengan Yesus. Dia harus bergabung dengan sebagai sumber anugerah pemberian Tuhan. Yohanes Pembaptis menurut kacamata orang Farisi telah bersaing dengan Yesus dalam membaptis orang.
Jangan pernah dan tidak akan pernah kita bisa bersaing dengan seorang sumber anugerah, termasuk pendeta di gerejamu. Kita harus bergabung dengan seorang sumber anugerah dengan semangat SATU Tuhan, satu Roh, satu Tujuan. Ini adalah masalah mentalitas para pemimpin gereja pada umumnya. Konsekuensinya adalah penggal kepala atau ditenggelamkan oleh Tuhan dalam perut bumi seperti Yunus yang juga lari dari panggilannya.
Kekurang-percayaan akibat dari tidak adanya ketetapan hati itu terus tertanam dan memuncak kemudian hari ketika Yohanes Pembaptis dipenjara oleh Herodes. Makanya dia mengutus murid-murid nya untuk bertanya apakah Yesus itu Mesias atau haruskah ia menantikan yang lainnya.
Lukas 7:20 Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: "Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?"
Karena tidak adanya ketetapan hati, bisa menjadi masalah yang sangat besar dan menggoyahkan kepercayaan seseorang.
Bagaimana mungkin seorang nazir Allah yang diutus khusus untuk membuka jalan bagi Yesus berbalik meragukan Yesus sebagai Mesias dan Kristus?! Masalahnya adalah Yohanes Pembaptis sampai saat itu masih percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang turun ke bumi. Dia masih tidak percaya sepenuhnya bahwa Yesus adalah ORANG yang diurapi Bapa sebagai Messias dan Kristus.
Dia yang telah melihat dengan mata kepalanya sendiri Roh Kudus yang dalam rupa burung merpati telah turun dan mengurapiNya sekarang goyah dan meragukan Yesus sebagai seorang Anak Manusia yang akan menjadi Mesias dan Kristus. Kita tau akhirnya bahwa Yohanes Pembaptis harus kehilangan kepalanya, karena dia terus memakai otaknya. Ini semua berawal dari masalah ketetapan hati dan mentalitas.
Matius 3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, 3:17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes. Roh Kudus turun ke atas Yesus dan Dia mendapatkan perkenanan dari Bapa bukan karena statusnya sebagai Putra, tetapi karena Yesus memiliki ketetapan hati untuk menggenapi segala perintah dan kehendak Bapa,
Yesus di bumi ini bukanlah "heavenly man" tetapi "earthly man".
Jika seorang yang percaya, orang Kristen, tidak percaya 100% perkataan dan kesaksian Yesus mengenai DiriNya sendiri sebagai Anak Manusia, maka dia akan menghadapi masalah yang sama - tidak ada bedanya - dengan masalah yang dihadapi Yohanes Pembaptis.
Ini akan menjadi celah dan berpotensi menjadi berbahaya dan akan menuntun orang menjadi serupa dengan dunia karena hanya menggunakan otak dan mata jasmani dan akibatnya orang demikian bisa kehilangan kepalanya atau menjadi murtad.
Ini hampir tidak ada bedanya dengan mereka dari golongan agama yang lain yang menghujat Yesus dengan berkata: Tuhan orang Kristen koq bisa mati. Dia mati di tiang jemuran. Mereka memang sama sekali tidak mengerti. Tapi mereka yang tidak bertobat tidak hanya akan kehilangan kepala saja, melainkan juga kehilangan seluruhnya.
Roma 12:1-2
12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. [kehendak Allah yang sempurna, God's perfect will]
PEPERANGAN MENTAL TERUS BERLANJUT
Peperangan mentalitas (mental warfare) masih terus berlangsung di dalam kepala banyak orang Kristen.
Yohanes 14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku."
Orang yang mengalami masalah mental selalu gelisah.
Yesus mengatakan supaya murid-murid-Nya percaya juga kepada-Nya sebagai Anak Manusia, bukan sebagai Tuhan.
Semua yang diperbuat, diajarkan dan dikerjakan Yesus adalah sebagai Anak Manusia 100% untuk membuktikan kepada kita dan dunia bahwa tidak ada yang mustahil bagi orang percaya.
PROBLEM ANAK MUDA YANG KAYA
Matius 19:17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya SATU yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
Yesus menjawab pertanyaan orang yang muda lagi kaya itu tentang apa yang baik. Yesus mengatakan hanya Tuhan yang baik. Tapi untuk mengalami masuk ke dalam HIDUP - perhatikan bukan masuk ke sorga - maka seseorang harus turuti SEGALA perintah Allah, tidak memilih-milih perintah mana yang baik dan mana yang tidak baik menurut ukurannya sendiri.
Matius 19:18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, 19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." 19:20 Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" 19:21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." 19:22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Orang muda kaya itu pergi dengan kecewa, tawar hati dan sedih sebab banyak kekayaannya. Ini masalah mentalitas, bukan masalah percaya atau tidak. Anak muda yang kaya itu percaya kepada Yesus dan memanggil-Nya sebagai Guru. Namun ia merasa berat hati dan tidak dapat memutuskan untuk SATU yang baik menurut Yesus.
Markus 8:34 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
Mungkin orang muda itu menilai keadaan Yesus dan murid-murid-Nya yang kebanyakan tidak berpendidikan dan miskin; ia tidak mau memercayai masa depannya kepada Yesus. Ia tidak mau menanggung kesusahan dan kesulitan, apalagi menjadi miskin, jika mengikut Yesus.
Setidaknya orang muda ini telah memberikan kesaksian bahwa benar apa yang Yesus katakan di atas bukit, bahwa sukar bagi orang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Ini problem mentalitas anak muda dan kaya untuk memiliki ketetapan hati sekali pun dia sudah tau dan percaya hanya SATU yang baik itu.
HARUS MEMILIKI KETETAPAN HATI: SIKAP ESTHER DALAM MENGHADAPI SITUASI GENTING
Ratu Esther menghadapi situasi dimana dia berisiko dibunuh jika tiba-tiba muncul di hadapan raja tanpa dipanggil lebih dulu oleh raja (Ester 4:11). Ini adalah situasi dan kondisi yang berat. Beranikah Esther? Tidak. Ini adalah masalah mental, peperangan mental.
Moderkhai sebagai paman dan pengasuh Ester harus membangunkan mentalitas Ester:
Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." Ester 4:14.
Apa yang disampaikan oleh Mordekhai adalah ketetapan Tuhan. Maka Ester harus mengambil sikap dan tidak berdiam diri saja. Dalam situasi genting Ester memiliki mental yang kuat untuk berani menghadapi resiko kematian jika raja tidak berkenan dijumpainya.
Tanda kita mengalami perubahan paradigma adalah kita mau merendahkan diri, memandang orang lain lebih penting, percaya kepada sumber anugerah sebagai pemberian Tuhan, tidak pernah berpikir untuk lari dari panggilan kita dan yang terpenting mengalami terobosan mentalitas itu sendiri. Mengosongkan diri artinya menyiapkan diri untuk menerima segala hal yang baik dan yang buruk dan mau berkorban (to be contented in every circumstances) dari Sang Pencipta, khalik langit dan bumi.
Khotbah Yesus di atas bukit adalah untuk memperbaiki dan membangun mentalitas orang percaya.
Matius 5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 5:4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Daniel, sadrakh, mesakh dan Abednego tidak pernah mengalami masalah mentalitas karena mereka adalah orang-orang yang memiliki ketetapan hati yang luar biasa.
Daniel 1:8 Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.
Daniel 3:16-18 Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
Banyak lagi kita lihat tokoh-tokoh Alkitab lainnya yang memiliki ketetapan hati dan tidak memiliki masalah mentalitas:
- Elisa, yang mengikuti kemana pun Elia walau pun beberapa kali diminta pulang, tidak berkecil hati; karena Elisa hendak mewarisi yang sangat berharga dari hidup Elia;
- Ruth, perempuan Moab itu mengikuti kemana pun Naomi pergi, walau berkali-kali disuruh pulang, kata Ruth: bangsamu bangsaku juga, Allahmu Allahku juga;
- Daud selalu mencari wajah Tuhan dan selalu berbalik kepada-Nya bagaimana juga; ketika terjadi peristiwa penyerangan dan penjarahan dan penculikan termasuk istri-istri dan anak-anak Daud ia tidak marah kepada Tuhan. Daud hanya menangis menumpahkan emosinya dan tidak menjadi berkecil hati atau kehilangan nyali.
- Ayub yang mengalami ujian yang bertubi-tubi kehilangan harta, kehilangan 10 anaknya pada hari yang sama, tidak sampai marah kepada Tuhan dan tidak berdosa dengan mulutnya dan lainnya.
- Sebagai seorang perawan dan telah bertunangan dengan Yusuf, Maria mau menerima segala konsekuensi yang harus ditanggungnya demi menjadikan Firman itu menjadi daging di dalam dirinya. Ini adalah sebuah ketetapan hati. Maria tidak mengalami masalah mentalitas.
SAKIT MENTAL YANG AKUT GEREJA FARISI
Yesus tidak mempunyai masalah dengan mentalitas - tidak pernah mengenai / terperangkap dengaan masalah itu, apalagi masuk dalam peperangan mental (mental warfare). Namun bukan berarti Yesus tidak mengetahui peperangan mental yang dihadapi murid-murid dan semua orang percaya.
Penderita sakit mental yang sudah parah dan akut adalah orang-orang Farisi dan Saduki. Mereka bukan orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang tekun dan rajin membaca kitab suci dan selalu memelihara hukum Taurat. Tapi pengertian dan segala yang baik dari percayanya kepada Tuhan tidak atau pun mujizat yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari tidak membawa terobosan mentalitas.
Paradigma mereka tidak pernah bergeser satu inci pun. Mereka tetap berpegang teguh pada Taurat dan segala hukum Taurat dan tidak mau berobah. Mereka sudah seperti Tuhan yang tidak pernah berobah. Mereka mengalami persoalan dan penderitaan mental yang parah dan akut; sehingga Yesus selalu menentang mereka secara frontal dan terbuka dihadapan orang banyak untuk menunjukkan masalah yang sebenarnya.
GEREJA KAUM FARISI TIDAK
PERNAH BERUBAH
Mengapa orang-orang
Farisi tidak pernah berobah? Mereka datang ke sungai Yordan di mana Yohanes
Pembaptis berada dengan motivasi dan agenda sendiri. Mereka tidak pernah
menyeberang, tidak mengalami pergeseran paradigma, sehingga mereka juga bisa
datang kepada Yesus. Mereka teguh hanya percaya kepada hukum Taurat dan
tidak percaya kepada anugerah. *Mereka tidak percaya kepada sumber anugerah -
Yesus yang adalah the gift of God - pemberian Allah kepada umat manusia.* Mereka
memakai pikiran sendiri. Mengapa begitu mudah menerima keselamatan dengan
hanya percaya kepada Yesus? Bukankah menurut hukum Taurat harus disunat dan
melakukan Taurat Tuhan? Mereka memakai pertimbangan dan pikiran sendiri,
sehingga tidak bisa melihat Mesias dan Kerajaan Allah itu sudah hadir di
tengah-tengah mereka. Mereka adalah orang-orang yang tegar tengkuk dan keras
kepala.
Yesaya 48:4 Oleh karena
Aku tahu, bahwa engkau tegar tengkuk, keras kepala dan berkepala batu
Gereja tipe kaum Farisi
memiliki sakit mental yang parah seperti yang Tuhan katakan di yesaya 48:4,
sehingga pikiran mereka memblokade diri mereka sendiri kepada sumber
anugerah. Tuhan tidak menutup pintu bagi orang Farisi. Paulus dan
Nikodemus tadinya adalah orang-orang Farisi. Mereka yang memiliki mentalitas
Farisi harus dirombak dan dibangun ulang. Paradigma lama harus diruntuhkan dan
dibangun kembali. *Itulah sebabnya oleh Yesus, kepada mereka
hanya diberi tanda nabi Yusus.* Untuk anda ketahui, bahwa orang-orang Saduki
selain masalah mentalitas, mereka juga tidak percaya kepada kebangkitan. *Yesus
mengatakan untuk gereja berhati-hati dengan RAGI orang FARISI dan ragi
HERODES.*
Markus 8:15 Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."
MUJIZAT TIDAK BISA
MENGUBAHKAN PARADIGMA
Mujizat yang mereka sering lihat tidak mengubahkan paradigma mereka. Orang farisi meminta
tanda dari Yesus supaya Ia membuat suatu mujizat yang bisa mengubahkan mereka,
tapi Yesus tau itu tidak akan ada gunanya. Pikiran dan mentalitas mereka
tidak akan berobah hanya karena mengalami mujizat. Jadi jangan mengandalkan mujizat untuk menambah jumlah jemaat.
Lukas 16:29 Tetapi kata
Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah
mereka mendengarkan kesaksian itu.
16:30 Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.
16:31 Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."
Abraham juga berpendapat,
sekali pun orang mati bangkit belum tentu bisa membuat orang lantas bertobat
dan percaya. Jadi menurut Abraham, Alkitab (firman logos) lebih berarti dan lebih berharga buat kita daripada mujizat kebangkitan orang mati. Saya percaya, bahwa saudara-saudara dari si kaya juga orang
percaya, tapi belum tentu mau menerima yang buruk, tapi hanya mau menerima
segala yang baik saja. Mereka hanya mau menerima keselamatan dan berkat, tidak
mau menerima kenyataan bahwa orang seperti Lazarus begitu miskin dan menderita
keburukan, dan mentalitas mereka tidak berobah.
Tetapi apakah firman
"logos" itu semuanya diterima oleh orang Kristen? Banyak di antara jemaat yang hanya memilih-milih firman menurut apa yang disukai dan menurutnya
baik, mengenai keselamatan
dan berkat-berkat. Mereka memilih-milih menurut kepentingan
mereka, bukan untuk tujuan Tuhan. Mentalitas "miskin" ini harus berobah jika tidak ingin mengalami kejadian seperti orang kaya itu.
Maka pesan khotbah di atas bukit mengenai kemiskinan, mengenai orang yang berduka, orang yang lapar dan haus - itu semua untuk mereka dan kita semua mengalami terobosan mentalitas dan berhasil.
Seberapa banyak orang Kristen sekarang yang seperti kaum Farisi? Apakah Yesus itu menjadi batu penjuru dalam hidup mereka, atau kah hanya sekedar menjadi batu sentuhan (berdasarkan kebutuhan) dan bahkan menjadi batu sandungan (menjadi sakit hati kepada Tuhan kalau keinginannya tidak terpenuhi)? Yesus batu sandungan telah membuat orang Kristen serba kikuk dan gamang dan tidak mempunyai ketetapan hati, apakah dalam bisnis. kekayaan atau dalam hal jodoh, hubungan keluarga atau aspek lainnya.
PARADIGMA YANG SALAH
Banyak orang Kristen memandang dan memiliki paradigma sebagai berikut.
Mereka percaya bahwa Yesus kenyataan sebagai manusia 100% dan sebagai Tuhan 100%. Tapi, Yesus hidup selama 30 tahun dibawah pengayoman Maria dan Yusuf sehingga Firman itu menjadi daging adalah hal yang TIDAK MUNGKIN dan MUSTAHIL. Tidak ada yang namanya rumah rohani (Maria-Yusuf). Adanya gereja. Masakah Yesus Tuhan itu dalam pengasuhan dan pengayoman manusia? Bagaimana mungkin manusia bisa membentuk hidup Yesus menjadi dewasa dalam hal spiritual?
Yesus dengan taat dan setia dan hidup dalam Takut akan Tuhan tunduk di bawah pengasuhan dan pengayoman Maria dan Yusuf.
Mereka telah membentuk mentalitas Yesus memiliki keteguhan dan ketetapan hati dan takut akan Tuhan.
Yesaya 11:3 ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN.
Tanpa belajar takut akan Tuhan dari Yusuf dan Maria, sulit bagi Yesus untuk memahami apa artinya takut akan Tuhan itu, apalagi untuk menyenanginya. Sulit memahami persepsi takut akan Tuhan dari sudut pandang manusia kepada Tuhan Yang Mahakuasa jika Yesus tidak turun kedunia, mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia!
Yesus hidup dan dibesarkan di Nazareth. Dia mulanya dikenal sebagai anak tukang kayu. Kemudian Dia mulai dikenal juga sebagai tukang kayu. Para pemimpin gereja yang tidak memakai Yesus sebagai batu penjuru hanya akan memiliki bangunan gereja yang rapuh, tapi rumah rohani seperti yang dibangun Maria dan Yusuf akan selalu kekal adanya. Banyak orang Kristen merindukan merayakan Natal walau pun setahun sekali datang ke gereja, karena mereka secara insting sebenarnya mengetahui adanya bangunan rohani atau rumah rohani yang dibangun Tuhan melalui Yusuf dan Maria.
Anak Allah telah menjadi manusia sehingga manusia dapat menjadi anak-anak Allah. Kemungkinan transformasi total kita dapat terjadi oleh Allah yang hidup, menciptakan kelahiran baru di hati manusia dan membentuk Kristus di dalam kita. WOW! (lihat Galatia 4:19)
Hasil didikan dan pengayoman Yusuf dan Maria terbukti, karena Yesus memiliki ketetapan hati untuk selama 30 tahun itu bahwa itu belum masa-Nya untuk melayani Bapa. Itu adalah masa-masa yang menyenangkan bagi Yesus. Bagaimana hidup dalam hal takut akan Tuhan dalam rumah rohani Maria-Yusuf adalah suatu hal yang baru bagi-Nya.
Yohanes 2:4 Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba."
Bapa sendiri memegang komando atas pelayanan Yesus dan peristiwa mujizat pertama yang Yesus buat di Kana bukanlah kebetulan. Bukan kebetulan pula Maria ada bersama-sama dengan Yesus di situ. Dan sepertinya Maria sudah mengetahui waktunya bagi dia untuk menyerahkan kembali putranya itu sepenuhnya kepada Bapa.
Maria adalah orang diminta Bapa untuk memberikan nama bagi Yesus. Memberikan nama bukan hanya secara tertulis dan panggilan, tapi memberikan seluruh hidupnya untuk mengayomi Yesus sehingga siap untuk melakukan segala kehendak dan perintah Bapa sekali pun itu untuk mati di kayu salib. Maria tidak meratapi kematian putranya justru bersuka-cita bahwa dia telah berhasil membawa Yesus kepada Bapa di tempat yang maha tinggi.
MENGHANCURKAN BENTENG-BENTENG MENTALITAS
Tidak peduli apa benteng mental yang Anda hadapi, Tuhan telah memperlengkapi Anda dengan kekuatan ilahi untuk menghancurkan segala pikiran yang tidak diinginkan yang membombardir Anda. Yakinlah dan percayalah pada janji-janji Allah bahwa ia tidak akan pernah meninggalkan Anda atau meninggalkan Anda.
Solusi untuk mengatasi kebohongan musuh adalah mengisi pikiran Anda dengan firman Tuhan sampai tidak ada ruang bagi iblis untuk memasuki pikiran Anda. Tetapkan hati untuk sepenuhnya jenuh dan percaya setiap kata dalam Alkitab (logos). Kapan saja musuh berusaha membisikkan pikiran jahat ke dalam pikiran Anda, lawanlah dengan Firman Tuhan sebab ada tertulis....
Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus. 2 Korintus 10: 3-5