UTTERANCE dalam berbahasa roh
Pagi saudara/I; saya mau sharing yang saya dapatkan pagi ini,
merupakan nasihat/ajaran Roh Kudus terutama kepada saya dan mereka yang rindu
untuk terus maju mengatasi segala kekurangan kita.
Ketika kita berdoa dengan berbahasa roh (speak in tongue or
pray in tongue) kita harus mengikuti irama dan pola Roh Kudus. Tidak bisa kita
memimpin Roh Kudus sendiri, tapi harus ada harmoni. Kita tidak bisa asal
berbahasa roh. Kita harus menangkap ‘utterance’
Roh Kudus.
gbr: setapartpeople.com |
Betul sekali, kita yang memulai berbahasa roh, ini seperti
kita memutar kunci mobil (starter). Kemudian ada api yang menyambar (ignite) minyak
sehingga ada putaran mesin. Itu analoginya.
Tanpa kita yang memulai tidak akan terjadi proses, karena Roh Kudus
bukan mengkontrol kita.
Roh juga berdoa buat kita…..dengan kata-kata yang tak
terucapkan (unspoken words) itulah yang dimaksud utterance. Kita harus
menangkap getaran Roh Kudus ketika Dia mulai berkata-kata (utter). Jika kita
bisa menangkap fibrasi Roh Kudus kita akan segera di bawa dalam roh. Mari naik…..
ini level yang lebih tinggi…. Segera aku dibawa dalam roh…… Yohanes kemudian bisa
mendengar….
Apa yang menghalangi kita masuk dalam roh atau naik ke level
yang lebih tinggi sehingga kita tidak bisa mendengar utterance? Itu karena kita
masih berada di level kondisi dan terpengaruh keadaan kita sendiri. Kita masih
memikirkan beban dan keadaan yang menekan perasaan dan jiwa kita. Itu artinya
bukan roh yang memimpin, tapi jiwa kita yang memimpin. Itu bukan berbahasa roh
namanya, tapi asal bunyi.
Kita harus berada di titik penyerahan (surrender) kepada Roh
Kudus, bukan penyerahan karena terpaksa oleh keadaan. Daud tidak bisa berdoa
ketika anak-anak dan istri-istrinya ditawan musuh. Dia terlalu dibawa oleh
keadaan dan emosi jiwa sambil menangis meraung-raung. Tidak ada gunanya berdoa
seperti itu. Setelah tenang dan menetapkan hati untuk bisa bertanya dan
mendengar suara Tuhan, Daud mengenakan baju efod dan mulai berdoa.
Tuhan selalu memakai pola. Dalam berbahasa roh, kita harus
sampai kepada titik penyerahan kepada Roh Kudus sehingga kita bisa dibawa masuk
ke dalam roh dan di bawa naik untuk mendengar suara Tuhan yang disampaikan Roh
Kudus (utterance) . Penting untuk melatih dengan terus-menerus berdoa dalam roh
sampai kita mendapatkan utterance.
Kita bisa merasakan getaran Roh Kudus dan mengikuti irama
dan pola doa Roh Kudus. Kita yang menunggu Roh Kudus bukan Roh Kudus mengikuti
kita. Jika mengikuti irama dan pola, maka kita bisa mendengar utterance dan di
bawa oleh Roh Kudus ke level yang lebih tinggi. Itu tanda-tandanya kita berdoa dalam roh. Jika
kita mengikuti perasaan kita sendiri,
maka hanya tampak emosi jiwa yang mengalir, bukan aliran Roh Kudus. Jangan
sampai kita keluar dari pola doa Roh Kudus dan tidak ada harmonisasi. Jelas
tidak akan ada apa-apa yang terjadi.
Likewise the Spirit also helps in our weaknesses. For we do not know what we should pray for as we ought, but the Spirit Himself makes intercession for us with groanings which cannot be uttered. (NKJV)
Roma 8:26 Demikian
juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana
sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah
dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
Likewise the Spirit also helps in our weaknesses. For we do not know what we should pray for as we ought, but the Spirit Himself makes intercession for us with groanings which cannot be uttered. (NKJV)
Utterance mempunyai atau menghasilkan berbagai bentuk, bisa
penyataan Tuhan (pewahyuan / revelation), bisa nasihat, bisa nubuatan, bisa menambah kosa kata bahasa roh, bisa
terjadi mujizat, dan sebagainya. Itu adalah bukti bahwa anugerah dan kasih
karunia Tuhan bekerja dan mengalir di dalam dan melalui kita.
Kita hanya bisa dikuasai oleh Roh pada level penyerahan yang
lebih lagi. Itu benar-benar surrender kepada Tuhan, bukan terpaksa menyerah karena
keadaan. Banyak orang yang menuntut (demanding) jalan-jalan Tuhan (Lord I want to see Your
ways….in me, in my life) tapi tidak pernah sampai pada titik penyerahan diri.
Titik penyerahan menghendaki kematian ‘self’.
Orang berkata Tuhan pasti buka jalan…. Sebenarnya bukan
Tuhan yang membuka jalan, karena Dia sendiri adalah jalan itu dan Dia telah
memberikan dan menginvestasikan begitu banyak kepada dan di dalam kita. Pemberian
terbesar adalah nyawa Putra-Nya. Dan investasi terbesar di dalam kita adalah
Roh Kudus-Nya. Sebenarnya bukan Tuhan tidak membuka jalan, tapi kita tidak memberi
jalan kepada Tuhan, yaitu tidak sampai kepada titik penyerahan itu.
Mudahan-mudahan sharing ini bermanfaat dan membangun.