Panggilan Ilahi - bagian 2
Catatan Komsel
21-07-2023 Panggilan Ilahi
(dari input pp tgl 16 Juli 2023)
PEMBUKAAN
YP: Allah senantiasa turut bekerja di dalam hidup kita menurut kehendak Allah bukan menurut kehendak atau pandangan kita (Roma 8:28) untuk kebaikan kita. Itu bisa terjadi pada orang yang mengasihi Allah yang dipanggil oleh-Nya. Sekarang mengenai panggilannya itu seperti raja yang mengundang, tapi mereka yang diundang memiliki banyak alasan untuk menolak undangan itu. Karena terhalang pekerjaan dan hal-hal yang lain. Raja menjadi marah. Jadi diundanglah orang-orang lain yang ada di jalan-jalan. Jadi, banyak orang yang dipanggil, sedikit yang dipilih (Mat 22:14). Lantas bagaimana dengan kita? Semua kita pasti sudah dipanggil, tapi sedikit yang dipilih, artinya banyak yang gagal. Ada 2 tipe orang yang tidak terpilih. Orang yang menolak, karena ada hal-hal yang lebih penting dari undangan ini. Kedua, dipanggil dan merespon. Lalu Tuhan memberikan ujian dan di situ orang itu tidak tau bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan. Dia tidak tau tentang itu. Jadi ketika menghadapi ujiannya itu dia mencoba dengan kekuatannya sendiri untuk menyelesaikannya, sehingga akhirnya gagal dan tidak dipilih karena tidak memenuhi kriteria Allah. Coba sdr bagikan apa yang kalian dapatkan dengan mengkaitkan dengan firman Tuhan yang lain, tokoh-tokoh yang lain, mengenai panggilan dan Allah bekerja dalam hidup orang dan dalam hidup kita. Panggilan yang dimaksud bukan sekedar untuk pelayanan, tapi ada panggilan yang utama di mana kita harus menjadi segambar dan serupa dengan Anak-Nya, karena itu menggambarkan kehidupan Allah sendiri. Bagaimana kita harus benar-benar menghidupi kehidupan Kristus dari panggilan Allah dalam hidup kita. Itu akan berpengaruh pada generasi-generasi selanjutnya. Di Matius 1 dikatakan Yesus itu keturunan Abraham dan keturunan Daud. Mereka adalah orang-orang yang hidup dalam rencana Allah, yang mengerti tentang panggilan Allah, sehingga muncullah Kristus.
AP: Minggu lalu kita sudah bagikan dalam sharing kita mengenai
kehidupan sehari-hari kita, di mana kita bergumul dengan keadaan kita
sehari-hari. Sebenarnya itu menggambarkan kita belum benar-benar mengerti
mengenai panggilan kita yang utama. Apa panggilan kita sebenarnya? Panggilan
yang lebih tinggi itu apa? Sebab selama itu kita masih berkaitan dengan banyak
pergumulan artinya kita masih di level anak-anak. Kalau banyak sekali
pergumulan itu jadi tanda tanya. Salah
satu penyebabnya, seperti yang sudah kita bahas adalah cara pandang kita yang
tidak mengerti panggilan kita. Bahkan tidak mengetahui dan tidak mengerti,
tidak sadar ternyata Allah turut bekerja di dalam hidup kita. Dan itu menjadi masalah lagi, sebab itu kita
merasa lemah, mudah putus asa, merasa sendirian. Merasa di dalam rumah tidak ada
yang mendoakan; tidak sadar bahwa Allah turut bekerja buat hidupnya. Dia masih
mengandalkan pendeta datang mendoakannya, tumpang tangan, memberikan semangat
dan penghiburan dan seterusnya. Dia tidak tau ada keimamatan sehigga dia bisa
langsung datang kepada Tuhan. Mungkin Dia tidak tau juga, bahwa Tuhan bekerja
berdasarka kasih karunia demi kasih karunia, sehingga kita memperolah kekuatan
dan kemenangan. Jadi, mungkin dia menghadapi masalah demi masalah; menganggap
ada masalah besar yang sedang dihadapinya. Masalah kecil bisa jadi masalah.
Padahal kalau kita sudah naik kelas 3, maka soal-soal kelas 2 itu bukan masalah
lagi. Karena kita sudah melampauinya, melewatinya, pernah mengalaminya.
Nah, kalau kita kaitan masalah-masalah dengan panggilan
ilahi – seperti pak NN bilang minggu lalu – yang lebih tinggi level imannya
adalah orang bisa mengucap syukur dalam segala hal. Bagaimana itu bisa?
Pastilah orang itu mengerti bagaimana merespon suatu masalah, lebih dewasa
lagi. Bukan hanya melihat masalah saja, bukan melihat soal-soal lahiriah saja,
tapi melihat apa yang ada di belakang itu. Sekarang kita harus beralih jangan
selalu mengenai kehidupan sehari-hari seperti selalu kekurangan, pergumulan,
pendidikan anak dan semua hal yang negatif. Fokusnya bukan ke masalah, tapi
fokus kepada panggilan itu sendiri.
Apa itu sebenarnya pangggilan yang lebih tinggi? Yang kita
sudah diberitahukan, panggilan itu bukan untuk melayani seperti berkhotbah,
bersaksi kemana-mana. Bukan seperti itu, karena kalau kita sendiri belum
terbangun bagaimana kita bisa memberikan kesaksian yang benar. Kalau kita sudah
jadi model atau jadi contoh mungkin ada panggilan, tugas buat kita.
Mari kita sekarang melihat tokohMusa. Dia sudah berkecukupan
hidupnya sejak masih bayi, walau pun diambangin dulu ke sungai Nil. Ia diambil
putri Firaun dan diasuh kembali oleh ibunya untuk disusui dan dididik. Sesudah
besar dibawa ke istana diangkat menjadi anak putri Firaun dan diberi nama Musa
oleh putri Firaun, artinya: sebab telah kuangkat dia dari dalam air. Jadi
sebenarnya sejak kecil Musah sudah sangat berkecukupan. Tidak pernah ia
mengalami pergumula persoalan hidup sehari-hari seperti yang kita hadapi
sekarang. Dia tidak ada persoal seperti itu. Musa punya fasilitas sebagai
seorang pangeran dari kerajaan Mesir. Pada waktu itu Mesir luarbiasa sekali
peranannya di dunia ini. Sebelumnya pada waktu seluruh dunia kelaparan
kelaparan di zaman Yusuf; seluruh dunia datang ke Mesir, termasuk keturunan
Israel. Jika tidak mereka akan habis musnah, sehingga akhirnya seluruh
keturunan Israel pindah ke Mesir, sekitar 100 orang.
Dari situ kita lanjutkan cerita tentang Musa yang sekarang
jadi pangeran Mesir. Kalau saja Musa
tidak pernah dididik orangtuanya ceritanya akan berbeda. Bayangkan apa jadiya
kalau tidak dididik orangtuanya di rumah, dalam keadaan serba berkecukupan,
Musa mungkin jadi sombong. Tidak pernah mau dia memikirkan bangsanya sendiri
(seperti pernah terjadi pada Ester sebelum diintervensi Mordekhai, pamannya).
Musa akan berpikir: saya akan benar-benar jadi orang Mesir. Sebentar lagi saya
jadi raja Mesir. Tunggu saja, tinggal tunggu Firaun mati, sebab dia jadi ahli
waris. Jadi kalau Musa tidak punya sikap mencintai bangsanya, dan dia juga
pasti tau dari orangtuanya, firman yang mengatakan, bahwa bangsa Israel akan
keluar dari Mesir setelah 400 tahun. Dia tau cerita itu sehingga dia memiliki
kerinduan untuk bertemu saudara-saudara, yakitu bangsa Israel.
Kisah Para Rasul 7:23
(TB) Pada waktu ia berumur empat puluh
tahun, TIMBULLAH KEINGINAN DALAM HATINYA untuk mengunjungi saudara-saudaranya,
yaitu orang-orang Israel.
Ini sikap yang berisiko sebetulnya. Dia sudah hidup tenang,
hidup enak, nyaman; ngapain cari masalah? Sebetulnya jika Musa ingin hidup
tenang-tenang saja di istana, dia bisa merekayasa dan merohanikan. Ah, saya pernah dengar cerita tentang Yusuf.
Dia pernah menjadi orang nomor dua di Mesir setelah Firaun. Sekarang, sebentar
lagi saya akan jadi orang nomor satu di Mesir, lebih dari Yusuf. Ini pasti
kehendak Tuhan, begitu. Sebab itu sekarag saya ditempatkan di istana. Pasti ada
maksud Tuhan. Musa bisa berpikir begitu. Dia bisa merekayasa secara rohani, dia bisa merohanikan. Nanti kalau saya sudah
diangkat jadi Firaun akan saya hapuskan perbudakan orang Israel. Lalu, saya
suruh orang Israel keluar dari Mesir pergi ke Kanaan. Kan firman Tuhan seperti
itu. Bukannya Musa akan jadi pahlawan. Nomor dua (Yusuf) menjadi nomor satu sekarang.
Bukannya luarbiasa? Jadi, dia akan bisa membebaskan bangsa Israel keluar dari
Mesir. Tapi, apakah itu rencana Tuhan? Apakah itu panggilan Musa dengan cara
demikian? Ya, benarkan? Dia bisa merohanikan seperti itu dong. Luarbiasa, kita
akan dengar sejarah yang luarbiasa.
YP: Makanya Allah bekerja dalam segala hal untuk
mendatangkan kebaikan buat kita. Maksudnya bekerja menurut caranya Allah, bukan
caranya kita.
AP: Nah itu. Kalau kita bisa merekayasa menurut cara kita,
jalan pikiran kita. Kita bisa mengelabui orang. Tapi panggilan Allah bukan itu
caranya. Buktinya, kalau cara Musa dipakai. Oke, perbudakan dihapuskan. Jangan
ada yang kerja berat lagi. Orang Israel diberi hak yang sama dengan orang
Mesir, disamakan haknya. Pertanyaannya: Apakah orang Israel itu mau keluar dari Mesir? Nggak
bakalan mau. Mereka sudah keluar dari Mesir di tengah jalan saja mau balik lagi
ke Mesir. Lebih enak di Mesir. Segalanya bisa didapat mereka. Apalagi ada
Firaun, sekarang orang Yahudi, orang Israel sendiri. Ya sudah, mereka akan tenang-tenang
aja di Mesir. Rencana Tuhan 400 tahun, itu sudah lebih, mengeluarkan orang
Israel dari Mesir, bisa meleset jauh. Jadi, kita harus mengerti betul panggilan
kita secara akurat itu apa?
Nah, begitu Musa keluar dari istana, berarti dia mau turut
rencana Tuhan. Dia mau menjumpai
saudara-saudaranya. Tapi begitu keluar istana timbul masalah. Belum apa-apa dia
bunuh orang. Dia bunuh orang Mesir dan menyembunyikannya di dalam pasir. Nggak
ada yang tau nih. Kedua kali keluar istana, masalah lebih besar lagi muncul,
karena dia mau menurut panggilan Tuhan. Resikonya besar. Dua orang ibrani,
orang Israel berkelahi. Musa mau melerai.
Kel 2:14 Tetapi
jawabnya: “Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas
kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh
orang Mesir itu?” Musa menjadi takut, sebab pikirnya: “Tentulah perkara itu
telah ketahuan.” Kel 2:15 Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu,
dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan
Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur.
Ternyata benar Firaun mendengar peristiwa itu dan Firaun
berusaha membunuh Musa. Sekarang masalah Musa sangat besar. Dia lari ke padang
pasir Midian. Dari istana ke padang pasir. Mau ngapain ke padang pasir? Udah
bener tenang-tenang di istana, tunggu jadi Firaun, jadi orang nomor satu.
Luarbiasa kan melebih Yusuf! Tapi
luarbiasa Musa ini. Dia ambil sikap, dia ambil resiko. Luarbiasa imannya Musa
ini. Kalau kita sudah di atas, sudah punya segalanya, nggak tau deh. Berat
bener. Mau ngapain lagi datang ke komsel ke sini? Ngapain lagi datang ke rumah
rohani ini nih? Saya mau ke gereja yang gede dong. Saya sudah punya
segala-galanya. Pembantu ada 10 orang di rumah. Lebih banyak dari jemaat di
sini kalau keluarganya dikumpulin. Dengan suami istri, anak cucu kalau dikumpulin
ada 100 orang. Udah komsel aja di rumah, ngapain komsel ke sini. Mungkin bisa
kayak gitu pikiran kita. Tapi, jangan sampai, kalau kita mengerti panggilan
kita. Luarbiasa Musa. Dikatakan dia arahkan hatinya kepada upah.
Ibrani 11:24-27 (TB)
Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun,
karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk
sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena
Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab
pandangannya ia arahkan kepada upah. Karena iman maka ia telah meninggalkan
Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat
apa yang tidak kelihatan.
Dari pangeran Mesir, begitu keluar dari istana, langsung
jadi budak, statusnya sama dengan saudara-saudaranya, jadi budak.
YP: Ya,
menurut apa yang saya dapatkan, Musa
masih bayi disusui ibunya, diajari, diperlihatkan saudara-saudaranya. Kedua,
dia sudah ada benih Israel asli, sehingga tidak heran ia tidak betah tinggal di
istana walau pun dengan segala kelengkapan yang ada. Itulah modal dasar,
sehingga Allah memanggil dia. Musa sempat bernegosiasi dengan Allah. Jangan
saya, mengapa saya harus menghadap Firaun? Saya tidak bisa ngomong. Padahal Musa
itu didikan orang Mesir, pintar luarbiasa. Pintar berdialog. Itu namanya proses
dari panggilan Allah.
Saya juga pelajari tentang Gideon. Dia kan penakut dan
bersembunyi di tempat pengirikan anggur. Tapi ada benih firman padanya. Mana
Allahnya nenek moyang yang dulu membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Dari
benih yang kecil itu, walau pun orangnya penakut, tapi benih itu terus
bertumbuh. Suatu saat membesar. Dia minta tanda dari Tuhan 3x. Lalu
sembunyi-sembunyi malam-malam untuk merobohkan patung berhala ayahnya.
NN: Mengenai Musa, dia memiliki hati yang lembut. Sama
seperti Allah menemukan Abraham. Dia dari Ur-Kasdim dipanggil Allah keluar dari
negerinya, dari sanak saudaranya. Jadi Allah yang selalu mencari. Sama seperti
dia mencari Musa. Tidak ada seorang pun di bumi ini yang hatinya selembut Musa.
Musa hidup tenang, mapan, betul-betul fasilitasnya luarbiasa dan tidak semua
orang bisa dapatkan itu. Kenapa bisa tiba-tiba ia terpanggil? Sementar dia
menikmati makanan orang Mesir, pendidikan orang Mesir; kenapa ia tetap condong
kepada bangsanya? Abraham juga sudah sangat mapan. Orang kaya di sana. Semua
fasilitas dia miliki, harta, nama besar, dihormati, menjadi tokoh di sana
karena sangat kaya raya. Punya istri cantik. Tapi Tuhan munculkan dalam hati,
menggerakkannya. Siapa sebenarnya yang bekerja?
Allah bekerja dari dalam hati nuraninya. Ketika dia merespon dari keluar
dari Ur-Kasdim, apakah dia sudah berhasil di titik itu?
Kej 12:1 Berfirmanlah
TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan
dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
Panggilan terhadap Abraham jelas: keluarlah dari negerimu,
dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu... Sepertinya Abraham taat, tapi secara lahiriah
ternyata dia masih terikat dengan Lot dan Terah. Setelah melanjutkan
perjalanan, akhirnya sampailah mereka di kota yang bernama Haran. Sepertinya
itu sesuai dengan kehendak Allah. Karena Terah masih terkenang dengan Haran,
anaknya, itu sebabnya Terah tidak mau meninggalkan Haran. Maka terjadilah
pemisahan. Abraham keluar dari rumah bapanya. Secara tidak sadar, Allah yang
bekerja. Ini soal hati, yang terus dimurnikan. Kemudian Allah terus melanjutkan
proses itu, sehingga akhirnya Lot juga memisahkan diri dari Abraham. Lot
memilih tinggal di Sodom yang seperti Mesir. Ketika Abraham berpisah dari Lot,
maka Allah berbicara. Sebelumnya Allah belum berbicara lagi. Jadi, setelah
Allah memilih dari sekian banyak orang, maka Abraham ditetapkan menjadi bapa
dari banyak bangsa. Banyak kegagalan Abram termasuk ketika ia menyangkal
istrinya adalah adiknya. Sesudah sampai di Kanaan, tapi karena terjadi
kelaparan dia pergi ke Mesir. Lalu dapat Hagar, sehingga lahir Ismail.
Jadi, walau pun banyak kegagalan, tapi perkataan Allah ini
yang mengatakan: “Aku telah memilih dan menetapkan jadi bapa bangsa-bangsa.”
Inilah yang memiliki POWER untuk mewujudkan, bukan dengan cara kita. Abraham
terus dikejar Allah, gagal lagi. Allah terus mendatangi dia, sampai akhirnya
Ismail diusir, untuk memperbaiki ikat-janji-Nya. Allah lah yang bekerja di
dalam diri kita mengatasi kelemahan kita, kekurangan kita, kegagalan kita.
Kalau kita menyadari Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan, cara pandang
kita akan berubah. Kalau kita tidak mengerti, memandang suatu masalah dan
kesulitan itu bisa salah. Ini setan nih, kerjanya luarbiasa. Aku tengking,
karena pemikiran kita apa yang berasal dari Tuhan itu: berkat, kesehatan,
kebahagiaan; sehingga ketika datang kesulitan kita merasa ini serangan si
iblis. Sikap kita salah, karena tidak memiliki FT. Kita hanya tau kesulitan itu
dari si jahat, semua yang enak itu dari Tuhan.
Menentukan bukan? Lalu bagaimana kita menghadapi itu, setelah kita tau
itu dari Tuhan? Dia bekerja bagi mereka yang memegang perintah Tuhan dan
melakukannya. Modalnya adalah keyakinan
bahwa kalau Allah yang sudah memulainya, maka Allah juga yang menyelesaikannya.
Maka, kita juga bisa mengucap syukur
dalam segala hal, kita dapat mengucapkannya. Ketika kita banyak gagal apakah
ketetapan Tuhan dan tujuan Tuhan gagal?
Jadi betapa luarbiasanya panggilan Tuhan, dari awal kita tidak kenal
apa-apa. Nggak tau, Allah berinisitif dulu. Contohnya kamilah dari latar
belakang yang berbeda. Kenapa kami yang dipilih? Padahal dari sekian
ustad-ustad dan kiay2 yang mempunyai
pengetahuan lebih, kami yang dipilih. Dari sinilah kami yakini ini pertama
pekerjaan Tuhan untuk memilih.Kalau sudah dipilih apakah bisa gagal? Allah lah
yang berfirman dan firman itu bisa mewujudkan diri-Nya sendiri. Masakan
katanya, Allah seperti manusia yang berkata dan tidak menepatinya? Pasti
terwujud, bukan dengan kekuatan kita. Kadang kita tidak taat, kadang
memberontak, tapi Allah selalu berinisiatif mencari. Ketika Adam-Hawa jatuh
dalam dosa, apakah Allah tidak tau? Allah tau, tapi Dia bertanya: Adam di mana
engkau? Allah ingin kita jujur. Aku
telanjang. Siapa yang beritahumu engkau telanjang? Bukan iblis, tapi Allah yang
mengatakan: kalau kau makan buah itu pasti mati. Hatinya ngomong ia telanjang. Siapa yang
beritahu kamu malu dan tidak layak?
EL:
Jadi modalnya hati yang lembut, mau merespon. Abraham
pertamanya tidak taat secara akurat, tapi Tuhan menghargai dan Dia mau
bertindak. Memang pertama Firman mendatangi hidup kita. Bukan kita, tapi firman
yang bekerja. Kita mengambil bagian kita. Apakah hati yang lembut itu suatu
anugerah? Seperti Musa, memiliki hati yang lembut walau pun dibesarkan di
bangsa Mesir. Kadang kita ditempatkan di mana, kita biasanya terbawa budayanya.
Luarbiasa Musa memiliki hati yang lembut tidak seperti kebanyakan orang. Apakah
orang-orang tertentu saja yang diberikan hati seperti ini, seperti Abraham,
Daud dan Musa. Gimana?
AP: Kalau saya bilang, apa bila kita sudah bertobat, itu
artinya hati kita sudah dilembutkan, sudah memenuhi standar Allah. Tidak
mungkin kita bertobat kalau mengeraskan hati terus.
NN: Ya, Tuhan juga mencari. Seperti Dia menemukan
Gideon, Daud, Musa. Mata Nya menjelajah. Kalau menurut saya hati yang lembut
itu hasil dari pelatihan atau proses. Hati yang lembut itu dilatih.
AP: dilatih seperti melatih ketaatan?
NN: ya. Mungkin awalnya keras. Gagal. Merenung lagi.
Jadi butuh dilatih. Misalkan Gideon, pasti tidak ujug-ujug hatinya jadi lembut.
Makanya kenapa Tuhan mencari dan matanya menjelajah mencari hati yang lembut.
Bukan Allah yang menciptakan hati yang lembut. I have found David. Bagaimana
cara Daud itu memiliki hati yang lembut?
Kalau kita lihat di Mazmur dibentuk Tuhan itu habis-habisan. Seperti
Daud merasa dalam dosa aku dikandung dalam rahim ibuku. Katanya dia kan anak
haram, sampai dia menemukan jatidirinya. Tuhan tidak ada yang lain yang aku
inginkan, hanya Engkau. Pernah Daud berkata: orang yang hidupnya sembarangan,
orang fasik koq hidupnya mulus-mulus saja. Aku tidak berbuat salah dengan
mulutku, tapi aku dikepung musuh-musuhku. Buat apa? Jadi awal-awalnya tidak
memiliki hati yang lembut, tapi lewat pergumulan dulu. Ketika bergumul, tapi
kita memiliki firman, nanti produknya benar, sesuai perkataan firman. Proses
ini akan membawa ke hati yang lembut. Jadi bukan ujug-ujug memiliki hati yang
lembut, tapi ditempa dulu. Banyak pergumulan Daud, prosesnya tidak mulus,
sampai dia menemukan hanya Engkau Tuhan...
Itu namanya manunggal, karakternya juga pasti serupa karakter Tuhan.
Hatinya lembut, mengampuni dan mengasihi. Manunggal ini butuh proses. Marilah
kita menjadikan / mengasah manusia menurut gambar dan rupa Kita. Manusia unik
tidak bisa diciptakan langsung jadi. Dan memang Allah menghendaki proses itu dalam
hidup kita dengan cara-Nya; sebab dikatakan: Marilah kita menjadikan ....
Perempuan dikatakan akan mengalami rasa sakit sewaktu melahirkan. Tapi ada yang
kapok ga punya anak? Jadi yang namanya anugerah itu bukan yang enak saja. Ketika orang bertobat, pikirannya masih
tetap.
AP: Ada FT mengatakan, kerjakanlah keselamatanmu dengan
takut dan gentar. Berarti harus membuka hati, melembutkan hati untuk bekerja
sama dengan Tuhan. Saya dulu berpikir saya orangnya lembut, ternyata saya masih
bisa terpancing emosi saya. Kalau emosi saya sudah terpancing, pokoknya yang
namanya anjing galak juga lari.
SMP: Tadi sudah banyak dibicarakan bagaimana FT itu
bekerja dalam hidup kita. Jadi, bagaimana kita bisa menerima FT dengan hati
yang luarbiasa sungguh-sungguh, sehingga FT bisa bergerak seluas-luasnya. Jadi
bergantung hati kita fokus kepada firman itu. Selama ini kan fokus kita percaya
kepada firman cukup hanya dipikiran, dalam hati tidak. Seperti tadi Musa,
sebenarnya itu model. Prinsipnya Musa harus kita ikuti. Sudah enak, tapi semua
itu dianggap sampah. Coba kita ubah pikiran, cara pandang kita, memikirkan
hanya kepada Tuhan. Bukan kita buang semua itu, tapi firman yang kita utamakan
dalam setiap langkah hidup kita. Jadi cara-cara dunia ini pasti kita tinggalkan,
apabila kita sungguh-sungguh FT bekerja. Bagaimana FT itu bekerja dalam hidup
kita, dalam soal ekonomi, penyakit.
Banyak orang ingin disembuhkan sesuai FT, tapi ternyata pikirannya
beralih lagi, mengandalkan obat dan dokter. Nah ini tidak mungkin FT itu
bekerja. Selama ini saya sudah coba praktekkan FT itu. Anak kedua saya, waktu
itu panas. Saya kira kena hal-hal yang duniawi, ternyata step. Saya punya
prinsip ini, karena saya lihat orang selama ini orang bilang berserah kepada
Tuhan, tapi tidak pernah Tuhan diberi waktu. Bukannya ga boleh ke dokter, tapi
beri waktu pada Tuhan. Itu yang saya coba dari dulu. Saya kasih waktu sama
Tuhan 3 hari. Tapi bagaimana hati kita, mau menanggung resikonya? Jadi tergantung hati kita sebenarnya, apa mau
coba? Tapi jangan tanggung-tanggung, jadi harus bersikap seperti Musa, Daud.
Sikap yang benar-benar berserah. Jadi harus bisa kita yakini FT itu, yang
meninggal saja bisa hidup, apalagi yang sakit pasti sembuh.
AP: Memang sikap kita ditentukan dari apakah kita memiliki
keyakinan yang teguh.
DAR: Menurut saya Tuhan menjagai hati yang lembut itu, karena mungkin hati kita bergeser. Saya melihat Petrus yang sudah sering ditegur oleh Yesus. Yesus tau Petrus memiliki hati untuk Tuhan, sehingga akhirnya dia dipakai Tuhan. Walau pun Petrus setelah kejadian menyangkal Yesus sering menjauh dan menghilang. Tapi, sebelumnya Tuhan sudah menegur Petrus bahwa dia akan menyangkal. Dan benar terjadi, Petrus menyangkal Yesus. Seketika itu juga ayam berkokok. Jadi Petrus ingat perkataan Tuhan itu. Petrus lalu dipulihkan kembali dan tidak lari dari panggilan. Waktu kejadian karena Petrus ketakutan. Tuhan terus kejar Petrus dan menghampirinya. Dia terus tegur Petrus. Artinya Tuhan terus menjagai kita jangan sampai kita jauh dari panggilan Tuhan. Endingnya Petrus dipakai luarbiasa. Dia jadi salah satu soko guru. Jadi hati yang lembut itu kunci dan benih firman itu terus membentuk diri kita.
YP: Petrus itu takut karena dia memang belum siap. Dan
Yesus tau, Petrus juga menyesal. Tuhan tau isi hati Petrus. Juga murid-murid
yang dalam perjalanan ke Emaus itu dikejar Tuhan.
LH: Sebelum dunia dijadikan Tuhan sudah memilih Leha dan
menetapkan untuk mengenal Tuhan. Dalam perjalanan itu tidak mudah, ada proses
yang terus membentuk kita ketika kita menghadapi masalah. Ada anugerah dibalik masalah. Memiliki hati
yang lembut itu untuk merespon firman dan Tuhan bekerja. Kita ikuti apa yang
Tuhan mau, bukan maunya kita. Kita dipanggil menjadi serupa dan segambar.
Awalnya tidak segampang itu, semakin dibukakan panggilan kita. Tuhan yang tau
diri dan kekurangan kita dan Dia terus
kejar. Kadang saya suka protes, Tuhan kenapa sih masalah ada lagi dan lagi.
Tapi sepertinya Tuhan sudah ingatkan, sebab Tuhan punya rencana dalam hidup saya dan keluarga
supaya kita sampai garis akhir. Tapi ketika kita miliki ketetapan hati dan hati
yang lembut, itu jadi kuncinya. Tuhan akan mudah bekerja dan bergerak dalam
diri kita. Seperti Ayub, enak atau tidak enak harus terima. Kita harus hidup
dalam kasih karunia Allah. Saya terus makin dibukakan. Kadang pikiran itu
membuat kita khawatir dan takut. Itu kedagingan dan jadi penyakit. Tuhan
ingatkan ketakutan dan kekhawatiran itu kedagingan dan harus dibuang. Kita
harus menang dari pikiran negatif.
Pertanyaan Diskusi
1. Apa yg terjadi
ketika kalian TIDAK TAHU bhw Allah TURUT BEKERJA dalam segala SITUASI KONDISI
yg terjadi dalam hidup kalian?
Kita akan merasa banyak sekali masalah demi masalah dan kita
mulai mengeluh, menggerutu karenanya dan sulit mengucapkan syukur. Masalah itu
ada karena tidak sesuai keinginan kita dan kita merasa sendiri dalam menghadapi
masalah demi masalah. Orang lain mungkin tidak peduli atau tidak dapat
menolong. Kita mengharapkan ada
perhatian dari orang-orang di dalam rumah terutama dan umumnya orang Kristen
mengharap kunjungan dari teman-teman gereja dan seorang pastor akan mendoakan
dengan menumpangkan tangan untuk memberikan kekuatan. Pada saat kita
membutuhkan pertolongan, bahkan terkadang uang pun tidak dapat menolong, maka
satu-satunya pengharapan hanya pada Tuhan. Jika kita tidak tau bahwa Allah
turut bekerja kita tidak akan alami perubahan, malah akan mudah goyah dan
kehilangan pengharapan, artinya akan meredup iman itu. Kemungkinan akhirnya kita akan gagal.
2. Roma 8:28-30
28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja
dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi
Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. 29 Sebab
semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari
semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu,
menjadi yang sulung di antara banyak saudara. 30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula,
mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga
dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.
A. Allah turut
bekerja dlm segala sesuatu utk mendatangkan kebaikan HANYA bagi ORANG PERCAYA
yg mempunyai CIRI/KARAKTERISTIK TERTENTU. Sebutkan CIRI2 orang percaya tsb.
Orang yang mau mendengar, merespon dari hati yang lembut dan
melakukannya. Itu artinya memiliki firman di dalam dirinya, sebab bagaimana
kita bisa tau Allah bekerja di dalam diri kita kalau tidak memiliki benih
firman. Biasanya orang tersebut telah memiliki
buah Roh, yaitu: memiliki kasih, sukacita,
damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri (Gal 5:22,23). Cirinya
itu harus kelihatan dan konsisten, karena biasanya ciri orang itu hanya
kelihatan seminggu sekali, hanya saat ada ibadah saja. Sedangkan buah Roh itu
adalah hasil dari ketika kita memegang perintahnya dan melakukannya. Sama saja,
kita tidak fokus pada pelayanan, tapi bangun manusia roh kita. Tapi apakah
pelayanan itu tidak penting? Penting, tapi itu adalah hasil dari apa yang
dikerjakan Allah dalam hidup kita. Jangan bersukacita karena roh-roh itu takut
kepadamu, tapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.
Apakah kamu memiliki ciri2 tsb? Amin. Mungkin saja masih ada
banyak kelemahan dan kekurangan seperti Abram. Itu adalah proses perjalanan
untuk menjadikan, sebab Allah katakan baiklah Kita MENJADIKAN bukan
menciptakan.
B. Sebutkan PEKERJAAN
apa saja yg Allah lakukan dlm hidupmu (ayat 29-30)
Kita sudah dipilih dulu. Memilih itu pekerjaan Allah, bukan
pekerjaan manusia. Allah yang menentukan
dari semula. Lalu kita dipanggil. Memanggil itu juga pekerjaan Allah untuk kita
dibentuk ulang supaya menjadi serupa Anak-Nya. Supaya kita tidak bergantung
pada hal-hal yang lahiriah; tapi terus dilatih melalui berbagai persoalan hidup
dalam perjalanan rohani sesuai kasih karunia Tuhan sehingga kita dibenarkan. Kita
dibenarkan itu pekerjaan Allah juga, bukan kita yang berusaha menjadi benar
dengan cara kita sendiri. Dan setelah dibenarkan kita dimuliakan. Sebab kita
menerima Firman yang terus bekerja,
dimana Allah turut bekerja, mengubahkan jatidiri kita sampai kita dapat
menggambarkan karakter ilahi dan kehidupan Dia (zoe) di dalam dan melalui hidup
kita. Itu kemuliaan yang berasal dari Dia dan sekarang ada di dalam kita.
C. Apa panggilan
utama hidupmu sbg orang yg sudah lahir baru menurut ayat 29?
Menjadi serupa dengan Anak-Nya. Tapi menjadi serupa dalam
hal apa? Dalam hal kesamaan karakter:
yang rela berkorban, kasih, menjadi terang, hati yang lembut, hati yang taat,
hidup tidak bercela.
Seperti Paulus, semua keberhasilan lahiriah itu dianggap
seperti sampah, walau pun itu penting buat kita. Dan semua yang melekat pada
Musa, dia anggap penghinaan dibandingkan dengan panggilan Allah. Abraham karena
taat, dia tidak mempertahankan anak satu-satunya untuk disembelih. Tidak ada
yang lebih berharga daripada mentaati perkataan dan kehendak Tuhan. Itu
sikap-sikap iman dan karakter yang dihasilkan dari pengenalan akan Allah,
karena mengerti betul panggilan-Nya.
3. Hal2 praktis apa
yg akan kamu lakukan dlm kehidupan sehari2 spy panggilan Allah utk
menjadi serupa dg Kristus itu NYATA dlm hidupmu.
Ini lebih merupakan hubungan pribadi dengan Tuhan, terkait
dengan bagaimana kita mengenal Tuhan
lebih lagi. Jadi tidak lain setiap hari, setiap pagi kita harus mengalami
perjumpaan dengan Tuhan.
Allah turut bekerja bagi mereka yang mengasihi Dia.
Bagaimana kita mengasihi Dia?
Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah:
Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Markus 12:29-30 (TB)
Segenap hati bicara mengenai aktivitas roh kita yang aktif
dan progresif, membuka hati kita terhadap firman, mendengar ulang, merenungkan
firman, berdoa dan menyembah. Bukankah ini adalah aktivitas yang biasanya
dilakukan seorang imam Allah di Bait Suci. Kita adalah imam-imam yang rajani.
Mengasihi Tuhan seperti ini adalah perintah dan ketetapan Tuhan, bahkan menjadi
hukum yang terutama. Kita adalah Bait Suci itu sendiri di mana Roh Kudus
berdiam. Semakin kita mengenal Tuhan,
maka pikiran kita diubahkan dan akalbudi kita semakin dibarui dari hari ke
hari. Kekuatan timbul di dalam diri kita,
karena dengan mengaktifkan roh dan bekerjasama dengan Roh Kudus.Karena hanya di
dalam hadirat-Nya kita menerima pewahyuan, pengertian dan hikmat di dalam roh
dan hati kita. Nah, semakin kita bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan ,
semakin kita diubahkan karakter kita
semakin serupa dengan Yesus Kristus.