Panggilan Ilahi - bagian 1
Catatan KOMSEL 15-07-2023
Pembukaan
Dalam hidup kita mengalami banyak masalah, penderitaan,
pergumulan dan aniaya. Nah, justru lewat masalah-masalah yang kita hadapi itu
Allah mau memproses hidup kita. Itu adalah tempat untuk Allah bekerja di dalam
hidup kita. Kita yang sudah lahir baru akan alami proses pendewasaan itu,
karena setelah lahir baru artinya kita menjadi bayi-bayi rohani. Kita masih
membawa keakuan dan kedagingan yang masih besar dan melekat dalam hidup kita.
Rm 8:28 Kita tahu
sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah.
Allah mau memproses kita dari anak-anak menjadi dewasa
rohani dan menginginkan kita untuk menang mengatasi setiap masalah apa pun.
Dalam keadaan dan situasi kita harus alami update dan upgrade untuk naik level.
Allah ingin membawa kita kepada kesempurnaan, sebab ada tujuan dan rencana
Allah dalam hidup kita orang-orang yang dipanggil oleh Dia.
Yang didapat dari
input.
Allah bekerja dalam diri kita ketika kita lahir baru. Itu menjadi dasar Allah bekerja. Dia turut
bekerja, tapi tergantung kita. Jika kita pasif, tidak bergerak; Allah tidak
bisa bekerja. Namanya Allah TURUT bekerja, artinya BERSAMA-SAMA, bukan Allah
sendiri bekerja. Kehendak bebas kita harus menyertai. Harus sudah mengambil
keputusan mau hidup dan bergerak serta berjalan bersama Tuhan. Barulah Tuhan
bekerja. Dia mendatangkan kebaikan. Buat siapa? Buat kita tapi menurut Tuhan.
Kalau kita tidak mau mengalami penderitaan, tekanan, aniaya, sakit penyakit dan
kemiskinan. Kita tidak mau semua itu. Itu maunya kita, tapi Allah mau sesuatu
yang mendatangkan kebaikan yang menurut versi Tuhan. Penderitaan itu mungkin
tetap ada seperti Lazarus yang borok. Tetap ada boroknya, tetap miskin; tapi
imannya terus bertumbuh. Itu yang dimaksud KEBAIKAN menurut Tuhan.
Semua penderitaan itu sebenarnya sarana, bukan berarti Tuhan harus
menghilangkan itu semua; tapi bagaimana kita bisa menanganinya. Kadang dalam
keadaan sakit, menderita; dan tinggal sendiri, harus menanganinya sendiri.
Secara lahiriah itu menyedihkan, tapi Tuhan memberikan penghiburan buat hati
kita. Jadi kita lebih dewasa, sedang didewasakan, harus mampu sendiri, tidak
mengandalkan orang lain, walau pun mereka ada di sekitar kita. Jadi tidak terus
menerus “melow”, malahan menjadi lebih kuat. Semakin digoncang, semakin naik
level rohani kita. Ketika makin naik, sepert pohon makin tinggi; walau pun ada
goncangan tapi akar kita sudah bertumbuh makin kuat. Jadi, Tuhan turut bekerja
itu bukan berarti masalah hilang. Justru kita dilatih memakai kekuatan Tuhan
ketika mengalami masalah-masalah. Akhirnya kita merasa itu kekuatan Tuhan bukan
kekuatan saya, karena dari awal tujuan-Nya Allah menciptakan kita itu segambar
dan serupa dengan Dia. Kita harus mengambilnya dari iman kita.
Yang Allah kehendaki adalah terbentuknya karakter ilahi di
dalam kita menjadi nyata. Tidak tergantung apakah dia kekurangan atau
berkelimpahan secara materi, sebab dikatakan Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu bagi mereka yang mengasihi Dia. Seperti Kornelius. Hartanya berlimpah,
punya posisi, banyak bawahannya dan berpengaruh, tapi hidupnya takut akan
Tuhan, saleh, jujur dan banyak memberi. Memang tidak semuanya menjadi baik, ketika
kita ikut Tuhan.
Hab 3:17 Sekalipun
pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun
mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing
domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, 18 namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN,
beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
Jadi intinya bukan keadaan baik atau tidak baik, tapi
bagaimana kita diproses dalam keadaan apa pun, bahwa karakter Allah itu bisa
muncul. Itu yang jadi kehendak Allah.
Kita melihat, ada level yang lebih tinggi, yakni mengucap
syukur dalam segala hal, seperti yang ditunjukkan oleh Lazarus. Tidak ada satu
hal pun yang enak dari hidupnya Lazarus, padahal dia memiliki benih Abraham,
karena ketika mati dia ada dipangkuan Abraham.
Tapi siapa yang mau hidupnya seperti Lazarus? Miskin, mengemis,
borokan. Beda dengan Stefanus, Paulus.
Ketika mereka berjalan pertobatan terjadi di mana-mana. Tapi Lazarus, sampai matinya tetap miskin, tetap borokan, sampai dijilatin
anjing. Tidak ada enaknya sama sekali semasa hidupnya Lazarus. Seolah-olah
hidup miskin dan sakit-sakitan sudah jadi ketetapan hidup Lazarus. Jadi itulah yang namanya kekuatan dari Tuhan.
Dia turut bekerja dalam keadaan seperti itu, bukannya Dia bekerja menurut
keinginan Lazarus. Dan Lazarus tetap menjaga imannya sampai garis akhir, sesuai
dengan benih yang diterimanya. Itulah kelebihan dan keistimewaan Lazarus yang
disukai Tuhan.
Allah bekerja dalam diri seseorang biasanya tidak terlihat
secara lahiriah, tapi Dia membentuk iman yang luarbiasa, sehingga ia bisa
bersyukur dalam segala hal, iman yang membuatnya selalu tertuju kepada Allah,
terbukti Allah turut bekerja. Paradigma dan pola pikir kita yang membuat kita
tidak pernah bersyukur atau selalu bersyukur, karena faktor-faktor itu yang sangat menentukan
sikap kita. Karena iman Allah turut bekerja bagi mereka yang mengasihi Dia.
Hanya bagi mereka yang bergantung , menghargai firman-Nya dan melakukan
firman-Nya yang dikatakan memiliki iman.
Itu akan mengubah paradigma dan sikapnya, serta menghasilkan tindakan.
Sebaliknya jikalau tidak memiliki firman, kita akan terus fokus pada masalah
dan merasa masalah kita tidak habis-habis. Sedangkan orang lain sepertinya
hidupnya mulus-mulus saja. Ini sikap seperti Daud di Maz 73, sampai ia masuk ke
tempat kudus Allah dan mendapatkan pengertian. Ketika Firman berbicara bukan
hanya menjadi logos, tapi menjadi rhema maka kita mendapatkan pewahyuan,
pengertian yang mengubahkan pola pikir kita. Di luar firman, yang ada hanyalah
pola pikir sediri, memandang semuanya sebagai masalah yang tidak pernah habis.
Dia tidak pernah menang atau naik kelas. Jika seseorang bisa mengatasi masalah
dengan firman dan hikmat Allah, maka itu bukan masalah lagi buat dia.
Kita lihat hidupnya Ayub. Dia memiliki iman dan memiliki
firman, maka dia tidak mau kehilangan iman itu, setelah apa pun yang terjadi
menimpanya. Istrinya pun tidak habis pikir, mengapa orang saleh seperti Ayub
ditimpa masalah yang luarbiasa secara bertubi-tubi. Maka isteri Ayub menyumpahinya: "Masih bertekunkah engkau dalam
kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (Ayub 2:9)
Ayb 2:10 Tetapi jawab
Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau
menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam
kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
Ayub tetap bertekun dan tetap mempertahankan imannya, karea
ada firman yang berbicara di dalam dirinya. Ada karakter ilahi dan cara padang
Allah dalam hidup Ayub.
Kebanyakan kita menghadapi problem yang sama. Kenapa sama?
Karena oleh dunia pola pikir kita sudah dicetak, seperti: kita harus sukses,
anak-anak harus punya pendidikan yang baik, harus bekerja keras mencari uang,
makan enak. Jadi kesuksesan menurut ukuran dan standar dunia. Itu pola pikir
yang terus mencoba membentuk hidup kita, setiap hari pola pikir kita dicetak
seperti itu, bahkan sampai detik ini.
Jadi, firman itu sangat penting, juga bagaimana pola pikir kita
diubahkan.
Sadarilah, bahkan sebelum kita dipanggil, sebenarnya Tuhan
kita telah memilih kita lebih dulu. Ini
tahapan yang pertama. Tidak seperti orang dunia yang memanggil kita dulu,
diseleksi dulu apakah S1 atau S2, punya skill kemampuan bekerja atau tidak,
baru kalau memenuh syarat maka dipilih. Tapi Allah telah memilih kita dulu,
lalu memanggil kita. Ketika kita merespon panggilan-Nya, Dia mulai bekerja dan memberikan kita anugerah: Dia sudah
berikan semua yang kita butuhkan. Dia berikan hati yang bersih. Dia berikan Roh
Kudus. Dia berikan firman iman. Dia berikan pewahyuan, pengertian dan hikmat di
dalam roh kita. Pokoknya Dia berikan modal kita hidup dengan kasih karunia,
pengampuan, itu terus mengalir.
Maksudnya apa? Tuhan mengharapkan kita dengan semua
pemberian-pemberian-Nya itu untuk kita bisa menjadi dan dilayakkan untuk
mencapai standar dan klasifikasi Allah. Dia melatih kita dengan segala keadaan
kita sehari-hari, tapi Dia tidak membiarkan kita berjuang sendiri, maka
dikatakan Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan kebaikan, bagi orang
yang mengasihi Dia.
Jadi bagaimana kita menyikapi setiap masalah? Ya, pertama
kalau kita tidak mengalami masalah kita tidak akan tau bahwa Allah turut
bekerja dalam hidup kita. Kita beribadah, ya hanya beribadah, tidak tau dan
tidak sadar, bahwa Allah itu bekerja dalam diri kita. Ketika kita menghadapi
masalah, supaya kita menjadi lebih baik, hidup dalam ketaatan dan membentuk
karakter kita. Sebenarnya secara duniawi rasanya tidak mampu menghadapi banyak
masalah, tapi karena kita hidup mendengarkan firman di dalam rumah rohani,
sering kita mendapatkan kekuatan dari kisah-kisah dalam Alkitab. Paulus
contohnya juga menghadapi tekanan biarpun dia bisa melakukan mujizat. Masalah
tetap ada, tapi Tuhan yang memberikan kekuatan.
Satu masalah selesai, kemudian ada lagi dan ada lagi. Tuhan tau, masalah
itulah yang membuat kita kuat, lebih bertumbuh, lebih lagi mengenal Tuhan. Yang
Tuhan berikan itu kekal, firman yang kekal, yang membuat kita dibukakan. Hidup
di zaman seperti ini hanya firman yang jadi pegangan. Jika tidak, hidup kita akan
mudah jatuh, apalagi di zaman cari duit itu makin susah dan makin susah. Jadi, sebenarnya dan kita percaya, bahwa
Tuhanlah yang mencukupkan hidup kita. Walau pun kita sering dengar banyak orang
mengeluh. Di musim panas mengeluh, di musim hujan juga mengeluh. Tapi puji
Tuhan Dia terus mencukupkan hidup kita. Dia Tuhan bekerja di dalam kita tidak
melihat musim. Itu nyata, walau pun itu secara materi dan lahiriah, tapi itu
juga membentuk karakter kita bertumbuh, sehingga kita tidak lagi menjadi
khawatir seperti orang dunia. Biar pun ini waktunya anak masuk sekolah, walau
pun sempat juga terkadang kita khawatir sedikit, kelihatan Tuhan yang menolong,
sebab kita percaya Tuhan memberikan yang terbaik. Kadang-kadang kita dibawa ke
situasi yang membuat kita khawatir, tapi tidak sampai down atau putus asa, kita
harus tetap ingat dan memandang kepada Tuhan, berserah kepada Tuhan.
Yesus juga pernah merasa takut. Di taman Getsemani sebelum
disalibkan Yesus sampai mengeluarkan keringat darah (Luk 22:44). Artinya, khawatir
dan takut itu wajar, asal kita mengerti dan menyadari Allah juga turut bekerja.
Terkadang mengucap syukur itu tidak mudah, beda dengan mengatakanya. Tapi
disaat kita mengalami situasi, pikiran kita sudah ke mana-mana, besok
bagaimana? Penekanannya adalah bagi
mereka yang mengasihi Dia, Allah bekerja. Itu yang membuat kita bisa mengucap
syukur dalam segala hal. Selalu harus kita ingat firman-Nya yang berbicara,
tentang Daud, tentang Yusuf, tentang Lazarus, tentang Ayub, tentang pribadi
Yesus sendiri. Yesus sejak lahir mengalami penderitaan, dilahirkan di dalam
keluarga yang miskin. Seandainya Yesus lahir di keluarga kaya, kita yang
celaka. Yesus saja seperti itu, berarti kita ada harapan. Jadi kita merasa bisa melakukan firman Tuhan,
sebab terbukti secara nyata dan jelas, sehingga kita sanggup melakukannya
dan menghidupinya. Sudah banyak contoh
dari para pahlawan iman. Mereka sudah menjadi pola bagi kita bagaimana ketika
mengalami penderitaan tidak undur dari Tuhan, malahan semakin bergairah, makin
menyala-nyala.
Kenapa kita merasa selalu menderita? Itu sebenarnya dari
kedagingan kita, yang membuat kita merasa menderita dan tertekan. Tapi ketika
kita memandang ke hal-hal yang bukan lahiriah, melainkan hal-hal yang
spiritual, maka itu bukan lagi penderitaan. Itu merupakan cara untuk kita hidup
menurut kehendak Tuhan, bukan menurut cara dan keinginan kedagingan kita atau
jiwa kita. Banyak orang yang merasa senang dan bangga akan hal-hal yang
lahiriah, karena itu menurut pandangan mereka; tetapi bagi Paulus, keberhasilan
hal-hal lahiriah kebanyakan adalah sampah. Itulah sebabnya banyak orang yang
sangat menderita ketika usaha mereka gagal. Kebaikan yang dimaksud adalah yang
terbaik menurut Tuhan.
Selama pola pikir kita belum berubah, maka ketika menghadapi
masalah yang ada hanya mengeluh dan kecewa. Apalagi dalam keadaan
berkekurangan, lebih parah lagi melarat. Misalkan diwaktu pandemi lalu,
sebagian kita diperhadapkan situasi
dimana sudah dalam keadaan terpuruk, anak sakit keras pula. Lalu
tetangga-tetangga kiri kanan, depan belakang semua banyak yang meninggal. Itu
bisa membuat kita stres berat dan tidak bisa bangun. Benar-benar membuat stres berat seperti itu.
Tapi jika pandangan kita sudah diubahkan selaras dengan pikiran Kristus, kita
dapat merasakan kekuatan Tuhan yang sedang bekerja di dalam hidup kita, bukan
kuat dan gagah kita. Itu benar-benar kekuatan dari Tuhan, ketika firman-Nya
berbicara. Maka kita yakin Tuhan mengizinkan hal-hal itu terjadi, sebab Dia
yang pegang kendali dan pegang kontrol.
Menjawab Pertanyaan:
1. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu,
A. Jelaskan arti kata DALAM SEGALA SESUATU itu
“Segala sesuatu”
artinya keadaan dan situasi apa pun yang sedang kita hadapi saat itu, bukannya
Tuhan merubah dulu situasi. Sebab tujuannya Tuhan adalah bagaimana kita
menyikapi, menangani dan menang atas situasi dan keadaan itu untuk membuat kita
mengandalkan Dia, fokus pada Tuhan dan tetap memandang Dia, sampai kita
memiliki pandangan yang sama dengan Tuhan atas masalah-masalah itu.
B. Apakah Allah turut bekerja utk mendatangkan kebaikan ini
BERLAKU utk semua orang?
Tidak. Allah turut
bekerja untuk mendatagkan kebaikan berlaku hanya bagi mereka yang mengasihi
Tuhan, yakni mereka yang mau mendengar, merespon dan melakukan Firman.
Sebutkan SYARAT2 spy FT ini terjadi dalam hidup mu.
Sudah lahir baru,
mengasihi Allah.
2. Mereka yg MENGASIHI DIA, sebutkan ciri2 org yg mengasihi
Yesus.
Mau mendengar
perkataan-Nya, meresponi dengan sikap yang benar dan melakukan perintah- Nya
dengan tekun dan sabar, sehingga ia lebih mengenal Allah, sehingga karakter
Allah dan kehidupan ilahi “zoe” yang ada di dalam Firman-Nya dapat terbentuk di
dalam dirinya.
3. Terpanggil Sesuai dg rencanaNya. Apa yg hrs kalian
lakukan spy kalian menjadi org yg TERPILIH dan TERPANGGIL Allah.
Semua orang yang terpanggil, lalu merespon panggilan
Allah itu dan mau bergerak bersama Allah dalam menjalani proses untuk dibentuk
ulang, supaya mencapai takdir, yakni menggambarkan rupa Allah dalam hidupnya.
4. Mendatangkan kebaikan
A. Apa yg dimaksud dg kebaikan ini? Menurut ukuran dan
pandangan siapa?
Kebaikan ini bukan
keadaan berubah jadi baik. Seperti yang dialami Lazarus:tetap borokan, tetap
miskin, dijilatin anjing, dst. Bukan kebaikan menurut pandangan dan ukuran
kita, tapi kebaikan menurut ukuran dan pandangan Tuhan.
B. Apakah Allah turut bekerja dlm hidupnya LAZARUS?
Bagaimana sikap hidupnya LAZARUS dlm penderitaan, kemiskinan dan sakit nya.
Ya. Lazarus tidak
pernah mengeluh, tidak bersungut-sungut. Setelah Lazarus mati dan orang kaya
itu juga mati, orang kaya itu meminta supaya Lazarus mencelupkan jarinya ke
dalam air dan menyejukkan lidahnya. Itu artinya orang kaya itu sangat berdosa
dengan lidahnya, sedangkan Lazarus tidak. Sikap Lazarus ini seperti sikap Ayub
yang selalu menjaga perkataannya.
5. Hal2 praktis apa yg kalian akan lakukan berdasarkan ayat
FT
Efesus 5:20 (TB) Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu
dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita
1 Tesalonika 5:16-18
(TB) 16 Bersukacitalah senantiasa. 17
Tetaplah berdoa. 18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang
dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Kolose 3:17 (TB) Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan
perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus,
sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita
Jawab:
Kita meminta Tuhan
supaya membukakan mata dan telinga kita untuk hal-hal kecil yang Dia lakukan.
Itu seperti tanda bahwa Tuhan sedang bekerja di dalam hidup kita. Bukan kita
selalu minta mujizat-mujizat dan tanda-tanda ajaib dulu, supaya Tuhan
membuktika Ia bekerja di dalam kita. Kalau sikap kita demikian, tidak akan
pernah kita bisa selalu mengucap syukur, karena hati dan pandangan kita
terhadap kehendak dan tujuan Tuhan belum terbuka.
Penting merubah cara
padang lewat firman dan kebenaran yang kita dapat, sehingga kita melihat
kesulitan itu bukan untuk melemahkan. Misalkan dalam persaingan usaha yang
tidak sehat, kita tidak terpaku pada hal-hal yang terlihat. Jika hal-hal tersebut
diizinkan Tuhan, pasti Tuhan bekerja untuk mendatangkan kebaikan. Masalah dan
persoalan bukan jadi beban, tapi untuk melatih kita untuk kita memiliki hati
yang besar dan lapang. Misalkan bisakah kita memberkati orang yang sudah
mengkhianati kita.
Masalah mungkin tetap
dan banyak, tapi cara pandang kita itu menentukan solusi dari persoalan itu.
Ini berkaitan erat dengan pengenalan akan Tuhan. Ini yang membuat kita berubah,
sehingga bisa tetap mengucap syukur.