Kuasa Ikat Janji: Berjalan dalam Kemitraan dengan Tuhan
Upper Room 182 – 18 Maret 2025 Dr. Jonathan David
Khotbah ini menggunakan perjanjian Allah dengan Abraham sebagai contoh utama, menjelaskan bahwa ikat janji (covenant) itu melampaui iman manusia dan berakar pada sifat kesetiaan (faithfulness) Allah untuk menggenapi firman-Nya. Lebih lanjut, ditekankan bahwa keterlibatan aktif dan kepatuhan manusia dalam ikat janji, yang disimbolkan dengan sunat (peran kekuatan dan usaha sendiri manusia dikurangi), mengundang intervensi ilahi yang lebih besar dan memberdayakan umat beriman serta keturunan mereka. Khotbah ini mendorong pendengar untuk mempercayai Allah sepenuhnya dan hidup dalam keselarasan dengan kehendak-Nya sebagai mitra dalam ikat janji.
Bagaimana Konsep ikat janji mempengaruhi hubungan manusia dengan Tuhan?
Konsep "kuasa ikat janji" secara fundamental mempengaruhi hubungan manusia dengan Tuhan dengan menjadikannya lebih dari sekadar hubungan biasa, melainkan sebuah kemitraan yang kuat dan terikat oleh janji-janji ilahi.
Berikut adalah beberapa aspek bagaimana konsep ini mempengaruhi hubungan manusia dengan Tuhan:
Dasar Hubungan adalah Sifat Dasar Tuhan dan Janji-Nya: Kuasa ikat janji bukan hanya tentang iman manusia, tetapi terutama tentang sifat dasar Allah yang setia dan berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Manusia diajak untuk percaya kepada-Nya, bukan hanya mengandalkan iman mereka sendiri. Allah bertanggung jawab penuh untuk menyelesaikan apa yang telah dijanjikan-Nya.
Manusia Dipanggil untuk Percaya dan Menerima Firman Tuhan: Ketika Tuhan berbicara kepada manusia, terutama mengenai hal-hal yang tampaknya mustahil secara alami, konsep ikat janji memberikan dasar untuk percaya pada Firman-Nya. Seperti Maria yang berkata, "Jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu" (Lukas 1:38), manusia dipanggil untuk menerima Firman Tuhan di dalam hati dan mempercayainya.
Ujian dan Pemurnian Melalui Firman Tuhan: Sebelum janji Tuhan digenapi, Firman-Nya akan menguji manusia. Ini adalah bagian dari perjalanan ikat janji di mana iman manusia diperkuat.
Evolusi Hubungan Menuju Kemitraan Aktif: Dalam kasus Abraham, ikat janji awalnya ditetapkan saat ia tertidur, menunjukkan bahwa Tuhan mengambil inisiatif dan tanggung jawab utama. Namun, hubungan itu berkembang menjadi kemitraan yang lebih aktif di mana Abraham juga memiliki tanggung jawab dan memberikan 'meterai' ikat janji melalui sunat. Ini menandakan adanya harga dan pengorbanan dari pihak manusia untuk sungguh-sungguh masuk ke dalam ikat janji dengan Tuhan.
Intervensi dan Pembelaan Tuhan Berdasarkan Ikat Janji: Karena adanya ikat janji, Tuhan secara aktif terlibat dan bertindak atas nama mitra-Nya. Bahkan ketika manusia melakukan kesalahan, Tuhan akan masuk dan menyelamatkan serta menghentikan konsekuensi buruk dari kesalahan tersebut karena kesetiaan-Nya pada ikat janji. Contoh Abraham dengan Abimelekh menunjukkan bagaimana Tuhan membela sahabat-Nya dan memastikan janjinya tetap berlaku.
Manusia Sebagai Wakil Tuhan di Bumi: Melalui ikat janji, manusia menjadi representasi fisik Tuhan di bumi. Oleh karena itu, berkat atau kutukan yang ditujukan kepada mereka juga memengaruhi Tuhan. Mereka menjadi biji mata-Nya.
Akses pada Kuasa dan Berkat Supranatural: Ikat janji membuka akses bagi manusia pada berkat dan kuasa supranatural dari Tuhan. Tuhan memberikan kuasa untuk menghasilkan kekayaan dan keturunan orang benar juga akan memiliki kuasa untuk berhasil.
Kebutuhan untuk Mengikuti Kehendak Tuhan Sebagai Mitra Dominan: Dalam hubungan ikat janji, Allah adalah mitra yang dominan. Manusia dipanggil untuk mengikuti ke mana Tuhan pergi dan menjadikan kehendak-Nya sebagai kehendak mereka. Upaya untuk memaksa Tuhan mengikuti keinginan manusia bukanlah inti dari ikat janji.
Konsekuensi dari Ketidaksetiaan dalam Ikat Janji: Jika manusia tidak membayar harga atau tidak setia dalam ikat janji, akan ada tahun-tahun keheningan dan kekacauan dalam hidup mereka. Namun, kesetiaan Tuhan akan tetap ada dan Dia akan berupaya memulihkan hubungan.
Secara keseluruhan, konsep "kuasa ikat janji" mengubah hubungan manusia dengan Tuhan dari sekadar hubungan antara pengikut dan pemimpin menjadi kemitraan yang mendalam, di mana Tuhan setia pada janji-Nya dan manusia dipanggil untuk percaya, mengikuti, dan merespons dengan komitmen yang sungguh-sungguh.
Apa peran kepercayaan Abraham dalam ikat janji?
Peran kepercayaan Abraham sangat sentral dan fundamental dalam konsep "kuasa ikat janji" yang dibahas dalam sumber. Kepercayaan Abraham bukan hanya respons pasif terhadap janji Tuhan, tetapi merupakan motor penggerak dan fondasi bagi terwujudnya ikat janji tersebut.
Berikut adalah beberapa aspek penting dari peran kepercayaan Abraham dalam ikat janji:
Percaya Meskipun Secara Natural Mustahil: Abraham berharap dan percaya meskipun tidak ada dasar untuk berharap secara alami. Ketika Tuhan menjanjikan bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, secara logika dan kondisi fisik (usia 100 tahun dan rahim Sara yang tertutup), hal itu hampir mustahil. Namun, Abraham tetap percaya pada firman Tuhan.
Rm 4:17 seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" — di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.
18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
Iman yang Tidak Melemah: Meskipun menyadari keterbatasan fisiknya, iman Abraham tidak menjadi lemah. Ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan terhadap janji Allah, melainkan diperkuat dalam imannya dan memuliakan Allah.
Rm 4:19 Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. 20 Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,
Keyakinan akan Kuasa Allah: Abraham memiliki keyakinan penuh bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Kepercayaan inilah yang membedakannya dan menjadi dasar bagi Allah untuk memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
Rm 4:21 dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. 22 Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
Klimaks Kehidupan dalam Penyerahan Total: Puncak kehidupan Abraham adalah ketika ia mempersembahkan putranya, Ishak, di mezbah. Ini adalah ujian tertinggi dari kepercayaannya. Meskipun Ishak adalah ahli waris janji, Abraham tetap taat karena ia percaya bahwa Tuhan sanggup membangkitkannya kembali. Tindakan ini menunjukkan kepercayaan yang melampaui logika dan keterikatan emosional.
Landasan Penyembahan yang Sejati: Kemampuan Abraham untuk menyerahkan apa pun kepada Tuhan dan tetap percaya bahwa segala sesuatu yang telah Dia janjikan akan terjadi adalah inti dari penyembahan. Sikapnya yang mengatakan, "Aku dan anak ini akan pergi ke sana dan menyembah" (Kejadian 22:5) menunjukkan kepercayaan penuh pada rencana Tuhan.
Kej 22:5 Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu."
Menolak Keraguan dan Alasan Manusiawi: Abraham tidak menggunakan keterbatasan dirinya atau istrinya sebagai alasan untuk meragukan firman Tuhan. Ia percaya bahwa Firman Tuhan terjadi bukan karena dirinya, tetapi karena ia percaya hanya Tuhan yang memiliki kuasa untuk menggenapinya.
Keyakinan yang Diperhitungkan Sebagai Kebenaran: Kepercayaan Abraham yang teguh, bahkan dalam kondisi yang paradoks ("Aku tahu aku tidak dapat melakukannya, tapi aku tahu bahwa aku akan melakukannya"), diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
Iman yang Bertahan Hingga Akhir: Abraham percaya sampai akhir dan siap untuk terus percaya, bahkan jika Tuhan meminta sesuatu yang sangat berharga.
Contoh Iman dalam Ibrani 11: Kitab Ibrani menyoroti iman Abraham ketika ia dicobai untuk mempersembahkan Ishak, dengan keyakinan bahwa Allah berkuasa membangkitkannya dari kematian. Ini kembali menegaskan peran sentral kepercayaannya dalam perjalanan ikat janji.
Ibr 11:19 Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.
Singkatnya, kepercayaan Abraham adalah respon aktif dan teguh terhadap janji dan karakter Allah, yang memampukannya untuk menerima hal yang mustahil, melewati ujian terberat, dan menjadi bapa banyak bangsa seperti yang telah dijanjikan. Kepercayaannya menjadi model dan dasar bagi pemahaman tentang bagaimana manusia seharusnya berhubungan dengan Tuhan dalam ikat janji.
Apa implikasi praktis hidup dalam ikat janji dengan Tuhan?
Hidup dalam ikat janji dengan Tuhan memiliki berbagai implikasi praktis yang mengubah cara seseorang menjalani hidup dan berhubungan dengan Tuhan. Beberapa implikasi praktis utama meliputi:
Mengandalkan Sifat Dasar dan Janji Tuhan: Hidup dalam ikat janji berarti fokus utama bukan lagi pada kemampuan diri sendiri atau keadaan natural, melainkan pada sifat dasar Allah yang setia dan berkuasa untuk menggenapi janji-janji-Nya. Ini menggeser sandaran hidup dari hal-hal fana kepada Allah yang kekal.
Percaya dan Merespons Firman Tuhan dengan Iman: Ketika Tuhan berbicara, seorang yang hidup dalam ikat janji dipanggil untuk percaya dan menerima Firman-Nya di dalam hati, bahkan jika secara logika hal itu mustahil. Mereka merespons seperti Maria, "Jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu" (Lukas 1:38).
Kuasa Ikat Janji melibatkan tindakan dan keyakinan pada Firman Tuhan. Dia harus melakukan sesuatu, seperti mengambil Firman itu dan mulai melakukan Firman itu di dalam dirimu sebelum sesuatu terjadi melaluimu.
Menghadapi Ujian dengan Perspektif Ikat Janji: Ujian dan kesulitan tidak lagi dilihat sebagai akhir, tetapi sebagai bagian dari proses pemurnian dan pengujian iman dalam perjalanan ikat janji, sebelum janji Tuhan digenapi. Mereka percaya bahwa Tuhan akan tetap menyelesaikan apa yang Dia janjikan, terlepas dari keadaan yang dihadapi.
Mengharapkan Intervensi dan Pembelaan Tuhan: Karena adanya ikat janji, Tuhan secara aktif terlibat dan bertindak atas nama mereka. Bahkan ketika melakukan kesalahan, mereka percaya Tuhan akan masuk dan menyelamatkan serta membatalkan konsekuensi buruknya. Contoh Abraham dengan Abimelekh menggambarkan hal ini.
Memahami Perubahan Saluran Berkat: Mereka menyadari bahwa Tuhan dapat mengubah cara Dia memberkati atau menolong. Ketika satu saluran tertutup, mereka percaya Tuhan akan menyediakan saluran lain, seperti yang terjadi pada Elia dengan burung gagak dan janda di Sarfat.
Kita mungkin mengandalkan orang atau situasi tertentu, tetapi Tuhan dapat mengganti saluran tersebut. Contoh: Bisnis runtuh, orang yang diandalkan menjauh, burung gagak berhenti membawa makanan, lalu Tuhan mengirim Elia ke janda di Sarfat. Jangan terpaku pada satu saluran sumber daya, karena sumber daya dapat datang dari segala arah karena Firman Tuhan itu benar.
Hidup Sebagai Wakil Tuhan di Bumi: Orang yang hidup dalam ikat janji menyadari bahwa mereka adalah representasi Tuhan di bumi. Berkat atau kutukan yang ditujukan kepada mereka juga berkaitan dengan Tuhan.
Menerima Kuasa dan Berkat Supranatural: Ikat janji membuka pintu bagi berkat dan kuasa supranatural Tuhan dalam kehidupan mereka, termasuk kemampuan untuk menghasilkan kekayaan.
Mengikuti Kehendak Tuhan Sebagai Prioritas: Dalam hubungan ikat janji, kehendak Tuhan menjadi yang utama. Mereka berusaha untuk pergi ke mana Tuhan pergi dan menjadikan keinginan-Nya sebagai keinginan mereka.
Memahami Adanya Harga dan Komitmen: Ikat janji yang mendalam memerlukan komitmen dan kesediaan untuk membayar harga, seperti yang ditunjukkan melalui sunat sebagai meterai ikat janji bagi Abraham. Ini melibatkan menyunat hati dan pikiran dari hal-hal negatif.
Mengembangkan Kemitraan yang Intim dengan Tuhan: Hidup dalam ikat janji membawa pada hubungan yang lebih dalam dan intim dengan Tuhan, di mana Dia bahkan berbagi rencana-Nya. Tuhan melihat mereka sebagai sahabat dan mitra.
Mewariskan Berkat kepada Generasi Mendatang: Mereka percaya bahwa ikat janji mereka dengan Tuhan akan berdampak pada keturunan mereka, memberikan mereka kuasa untuk menghasilkan kekayaan dan berhasil.
Mengalami Keamanan dan Kepastian dalam Tuhan: Meskipun ada tantangan, mereka memiliki keyakinan yang kuat pada Firman, sifat dasar, dan kedaulatan Tuhan, sehingga mereka yakin segala sesuatu akan terwujud sesuai dengan janji-Nya.
Singkatnya, hidup dalam ikat janji dengan Tuhan secara praktis berarti mengalihkan fokus hidup kepada Tuhan dan janji-janji-Nya, merespons dengan iman dalam segala situasi, mengharapkan intervensi ilahi, mengikuti kehendak Tuhan, dan hidup sebagai representasi-Nya di bumi, dengan keyakinan akan berkat dan kuasa supranatural serta warisan rohani bagi generasi mendatang.
Bagaimana ikat janji Abraham dengan Tuhan diteguhkan?
Ikat janji Abraham dengan Tuhan diteguhkan melalui beberapa tahap:
Penetapan Awal oleh Tuhan (Kejadian 15): Ikat janji pertama kali ditetapkan oleh Tuhan dengan Abram (nama Abraham sebelum diubah) dalam Kejadian 15. Dalam peristiwa ini, Allah membuat Abram tertidur dan kemudian terlihat perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging korban. Tindakan Tuhan melewati korban sendirian ini menunjukkan bahwa Tuhan sendiri yang bertanggung jawab penuh untuk penggenapan semua yang dijanjikan-Nya, bahkan tanpa partisipasi aktif Abram pada saat itu. Ini adalah tawaran kemitraan dari Tuhan. Pada tahap ini, Abram adalah pengikut, tetapi belum menjadi sahabat Tuhan dalam konteks ikat janji yang penuh.
Kej 15:17 Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu. 18 Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: "Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat:
Redefinisi dan Pemeteraian Ikat Janji (Kejadian 17): Beberapa waktu kemudian, dalam Kejadian 17, Tuhan kembali kepada Abram dan mengadakan perjanjian antara Dia dan Abram, menjanjikan untuk membuatnya sangat banyak. Pada saat ini, Abram sujud menyembah. Tuhan menyatakan bahwa Dia akan meneguhkan ikat janji-Nya, tetapi dengan persyaratan baru. Tuhan mengubah nama Abram menjadi Abraham dan Sarai menjadi Sarah, dan memerintahkan sunat sebagai meterai ikat janji bagi Abraham dan semua laki-laki di rumahnya. Hal ini menunjukkan bahwa sekarang ada harga yang harus dibayar dan pengorbanan dari pihak Abraham untuk benar-benar masuk ke dalam ikat janji. Sunat menjadi tanda komitmen Abraham dan pemeteraian ikat janjinya dengan Tuhan. Ini menandai transisi Abraham menjadi mitra yang lebih aktif dalam ikat janji.
Kepercayaan dan Respons Abraham: Sepanjang proses ini, kepercayaan Abraham memegang peranan krusial. Meskipun menghadapi hal-hal yang secara alami mustahil (usia tua, rahim Sara yang tertutup), Abraham tetap berharap dan percaya pada janji Tuhan. Puncaknya adalah kesediaannya untuk mempersembahkan Ishak, yang menunjukkan kepercayaan totalnya kepada Tuhan untuk menggenapi janji-Nya, bahkan jika harus melalui pengorbanan yang terbesar. Kepercayaan Abraham inilah yang diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
Dengan demikian, ikat janji Abraham dengan Tuhan diteguhkan melalui inisiatif ilahi Allah yang menawarkan perjanjian, diikuti oleh respons kepercayaan dari Abraham, dan kemudian didefinisikan ulang dengan persyaratan yang lebih mengikat, termasuk meterai sunat, yang menunjukkan komitmen aktif Abraham dalam kemitraan ikat janji dengan Tuhan.
Dinamika Operasional Tuhan dalam Menggenapi Janji
Tuhan tidak berpikir, tetapi Dia mengetahui akhirnya sejak dari awalnya.
Kita harus mengenal Tuhan secara intim agar dapat menaruh iman di dalam-Nya.
Segala sesuatu yang musuh coba lakukan (contoh dalam Kisah Para Rasul 4:23-28, Herodes dan Pontius Pilatus melawan Yesus) pada akhirnya akan mempercepat rencana Tuhan.
Apa yang dimaksudkan musuh untuk kejahatan, Tuhan ubah menjadi kebaikan
Kemitraan Aktif dan Konsekuensi Melanggar Ikat Janji (Kejadian 18 dan seterusnya)
Dalam Kejadian 15, ikat janji ditawarkan dan Abraham menjadi mitra yang tidur. Dalam Kejadian 17, ia menjadi mitra yang aktif.
Karena kemitraan yang aktif, Tuhan tidak menyembunyikan rencana-Nya (kehancuran Sodom dan Gomora) dari Abraham (Kejadian 18).
Jika kita membuat ikat janji tetapi tidak membayar harganya (mencari jalan alternatif), akan ada tahun-tahun keheningan dan kekacauan dalam hidup (dalam kasus Abraham 13 tahun keheningan dan kekacauan).
Kemitraan sejati memerlukan harga dan pembuktian kesetiaan
Kekuatan dan Keuntungan Ikat Janji
Ikat janji memberikan kekuatan ganda, kekuatan sepuluh ribu (Yosua 23:10), yang tidak bisa didapatkan hanya dari hubungan biasa dengan Tuhan.
Dalam ikat janji, kita mengikuti mitra yang dominan, yaitu Tuhan.
Ke mana pun Tuhan pergi, kita pergi. Keinginan-Nya menjadi keinginan kita.
Tuhanlah yang memberi kuasa untuk menghasilkan kekayaan untuk meneguhkan ikat janji-Nya.
Generasi keturunan dari orang yang terikat ikat janji akan memiliki kuasa di bumi dan tidak akan mengemis roti.
Hubungan dengan Tuhan ditingkatkan dari sekadar kenalan menjadi hubungan ikat janji yang serius.
Tuhan Bertindak Secara Aktif Demi Mitra Ikat Janji
Tuhan akan bertindak dengan kuat atas nama mereka yang terikat ikat janji, bahkan merancang dan mengatur segala sesuatunya.
Contoh: Tuhan masuk ke dalam mimpi Abimelekh untuk melindungi Abraham.
Tuhan menjadi 'agen periklanan' bagi mitranya, memberitahu orang lain tentang siapa mereka sehingga mereka akan diperlakukan dengan baik
Kesimpulan dan Doa:
Penting untuk berjalan dalam ikat janji dengan Tuhan agar Dia bergerak secara berdaulat dalam hidup kita.
"Kuasa ikat janji" adalah kuasa yang melampaui iman dan akal manusia, karena Allah terlibat secara dominan di dalamnya. Manusia bisa gagal, bisa salah, tapi Tuhan turun dan mengintervensi untuk meluruskan jalannya. Rahasia Allah diberitahukan kepada Abraham hanya karena adanya ikat-janji dari kemitraan Allah dan manusia. Janji-janji dan perkataan Firman termanifestasi bukan hanya karena iman dan percaya semata, tapi dominasi kehendak Allah atas tujuan dan rencana-Nya sendiri yang sudah dikokohkan dengan ikat-janji di bumi ini. Manusia berperan untuk percaya sampai pada level penyerahan diri menjadi mitra Allah. Ini bukan semata dengan iman berharap, berdoa dan memohon. Perkataan Tuhan tergenapi karena adanya ikat-janji bukan sekedar janji-janji.
Kuasa ikat-janji dapat merestorasi hubungan (karena itu Allah memberikan roh yang baru dan Roh Kudus), merestorasi jiwa (gairah, damai sejahtera dan sukacita) dan merestorasi tubuh (kesembuhan, pemulihan kekuatan, vitalitas dari Abraham dan Sara yang sudah tua).
Dia Tuhan penyelamat (savior), penebus (redeemer) dan pemulih (restorer). Dia Tuhan ikat-janji.
Mari kita berdoa agar Tuhan melepaskan kasih karunia supranatural, membawa umat-Nya ke tingkat yang baru dalam berjalan dengan-Nya, dan memberkati bangsa-bangsa melalui mereka.
Kasih dan kesetiaan Tuhan dalam ikat janji tidak akan pernah meninggalkan kita.
Amin