Panggilan Ilahi - bagian 3
Catatan Komsel 28-07-2023
PEMBUKAAN
Yesus itu Anak Allah, huios, Putra Allah yang berkemenangan.
Jadi panggilan hidup kita itu menjadi serupa dan segambar dengan Anak-Nya
berarti kita menjadi anak Allah. Kita juga dipanggil menjadi huios, sama dengan
Yesus. Kita alami proses yang sama di dunia ini. Yesus menjadi pola bagi kita
di mana Dia telah menang dan berhasil mewujudkan apa yang menjadi rencana dan
tujuan Allah. Yesus menjadi pola kehidupan dimana Yesus lebih memilih KETAATAN daripada
kehidupan. Dia taat sampai mati, habis-habisan memberikan hidup-Nya, berkorban
supaya rencana dan tujuan Allah tergenapi. Kita bisa lihat Yesus dibawa ke
padang gurun di mana Yesus dicobai oleh iblis dan itu atas seizin Allah. Dia
dicobai dengan 3 macam pencobaan, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta
keangkuhan hidup. Dia sudah alami dan menang atas pencobaan dan ujian. Dia
menangkal pencobaan itu dengan selalu mengatakan “Ada tertulis”. Jadi Yesus
selalu mendasarkan diri-Nya dengan Firman, sebab Dia adalah firman yang telah
menjadi manusia. Yesus itu identik dengan Firman. Jadi hidup kita juga sebagai
manusia harus identik dengan Firman. Maka kita harus memandang Yesus seperti
itu. Yesus hidup oleh firman. Yesus identik dengan firman. Yesus adalah Firman.
Kita juga harus sama dengan gambaran Anak Allah itu, sama dengan Yesus. Firman
terus berbicara kepada kita, menyerbu hidup kita. Itu sebabnya kita tahu, kita
ada di dalam panggilan Tuhan, karena kita telah mendapatkan banyak firman di
dalam rumah rohani. Itulah firman yang mendatangi hidup kita. Maka ketika kita
terus meresponi firman dengan membuka hati kita, hidup kita diubahkan dan
diselaraskan dengan kehendak dan firman Tuhan.
PERTANYAAN UTK SHARING dan DISKUSI KOMSEL, dari input tgl 23
JULI 2023
1. Baca dan renungkan
:
ROMA 8:29-30 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari
semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan
gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara
banyak saudara.
Dan mereka yang
ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang
dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya,
mereka itu juga dimuliakan-Nya.
A. JELASKAN apa panggilan tertinggi
hidupmu
B. Sebutkan PROSES yg dikerjakan Allah dlm
hidupmu utk spy panggilan itu terwujud
El: Yesus itu pola. Dia sudah membangun sifat-sifat dasar
Allah, kepribadian dan dimensi Allah, karakteristik Allah. Dikatakan kita sudah
dipilih, dipanggil dan dibenarkan. Yang menjadi masalah kehendak kita sering
melenceng. Kita diciptakan dengan kehendak bebas dan kecenderungan kita berbuat
dosa. Itu Allah sudah tau, maka Allah terus melakukan sesuatu sehingga hidup
kita benar. Allah tau karakteristik itu, tapi masalahnya kita tidak mau
dibenarkan. Ketika kita mau merespon panggilan Tuhan, respon kita harus harus
menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Allah. Respon dan ketaatan kita
sangat penting. Respon terhadap FT yang mendatangi kita di dalam rumah harus
kita respon, sehingga mengubahkan kita sesuai dengan kehendak Allah. Kadang
kita tidak mau dibentuk, maunya sendiri, tidak mau sengsara. Jadi kehendak kita
tidak mau, padahal Allah memberikan ujian pada kita. Ujian bukan hanya
kesengsaraan tapi juga memberikan kesuksesan, kekayaan, apakah kita masih murni
di hadapan Tuhan. Itu sudah jadi pola
yang nyata dalam hidup, karena Yesus juga datang sebagai manusia. itu
memberikan gambaran, kita juga manusia. Yesus melakukan segala sesuatu yang
membuat Dia bisa menyenangkan hati Tuhan. Manusia kita juga bisa melakukan hal
yang sama seperti Yesus lakukan untuk menyenangkan hati Tuhan. Kita menurut gambar Anak-Nya yang Tunggal itu
benar-benar kita harus hidup menurut patron Yesus.
Lh: Kehidupan Yesus itu menjadi contoh, terutama ketaatannya
di dalam rumah Yusuf dan Maria. Ketaatan-Nya yang paling nomor satu. Firman
yang mendatangi hidup saya itu sudah final. Tuhan bilang, lakukan seperti
Maria, jangan seperti Marta. Sebab Marta disibukkan dengan hal-hal yang
lahiriah, sedangkan Maria duduk dekat kaki Yesus. Berarti Maria memiliki roh
yang takut akan Tuhan dan melakukan apa yang Tuhan mau, supaya apa yang Tuhan
katakan itu kita taati. Itu yang saya dapatkan, melakukan kehendak Bapa dan
menyelesaikan kehendak-Nya. Berarti ketika Bapa bicara, jangan fokus kepada
hal-hal yang lahiriah, misalnya kesenangan sendiri, melihat HP buang-buang
waktu. Harusnya ada waktu nyicil notes. Tentang kedagingan soal ketakutan dan
kekhawatiran,itu berbicara banget. Firman Tuhan sudah final, maka dalam
perjalanan rohani dan tantanganya itu untuk kita naik level dan mengalami
upgrade. Nah, kelemahan saya untuk menjelaskan Firman Tuhan itu kurang, jadi
Tuhan menghendaki saya untuk upgrade. Jadi penting untuk mendengarkan kembali
firman, membuat catatan, kita kerjakan dengan ketaatan.
Ap: Panggilan tertinggi bukan pelayanan, tetapi untuk
dibentuk dan dijadikan serupa dengan gambaran Anak-Nya. Panggilan ilahi itu tidak
terkait dari hal-hal lahiriah yang melekat pada kita, suku dan ras, agama kita,
gelar kita, kekayaan atau kemiskinan kita dan lain-lain. Juga tidak tergantung
dari karakter dan sifat kita: apakah hati kita keras, omong kita lembut atau kasar
seperti orang Batak, hati kita lembut, pembohong, dlsb. Jadi ini mesti
diperjelas. Misalkan kita terlahir
sebagai anak orang kaya, wah berarti panggilan kita untuk meneruskan usaha
orangtua kita supaya menjadi berkat. Bukan juga itu, tapi panggilan tertinggi
kita tetap menjadi serupa dan segambar dengan Anak-Nya.
Yop: Panggilan tertinggi itu ada rencana dan tujuan Allah
yang harus tergenapi di dalam hidup kita.
Ap: Itu luarbiasa panggilan kita ada destiny, tujuan hidup
kita.
He: Ya, jadi panggilan Tuhan dalam hidup kita itu bukan
untuk kepentingan kita, ada rencana dan tujuan Allah.
Ap: Nah, berarti ada kaitannya dengan Kerajaan. Bagaimana
kita hidup dalam kerajaan-Nya, mentalitas Kerajaan. Otomatis itu akan
memuliakan Tuhan. Akhirnya kalau kita hidup sesuai dengan pola dan patron
Tuhan, kita selaraskan dengan pola itu, tidak di luar pola misalnya: pola rumah
dan pola bapa-anak. Harus betul-betul,
bukan teori. Itu memang sudah pola rumah, begini. Tapi kan nanti ada
tantangannya lagi. Ketika kita lagi susah betul iya kita cari Tuhan, cari
Firman. Tapi begitu kita punya uang, punya gelar, bisa punya pekerjaan, lupa.
Itu artinya kan belum mengerti panggilan. Cuma diuji segitu udah mau keluar
rumah, mau keluar pola. Artinya mau keluar dari destiny. Ada yang bertanya pada
saya, apakah kalau keluar rumah akan kehilangan destiny? Mestinya orang itu
sudah mengerti jawabannya kalau mengerti soal panggilan. Kalau kita keluar dari
rumah rohani, apakah kita keluar dari destiny? Harusnya kita sudah mengerti
jawabannya. Nggak akan kita bahas sekarang. Jadi banyak hal aspek-aspek dari
panggilan itu. Banyak dimensinya.
He: panggilan tertinggi hidup saya menjadi huios, menjadi
putra Allah di bumi ini. Untuk itu saya dibangun menjadi segambar dan serupa
dengan Anak-Nya, yaitu Yesus. Yesus menjadi pola dalam ketaatan, pengorbanan,
kesalehan dan ketetapan hati-Nya. Yesus menjadi yang sulung bagi kita semua.
Menjadi serupa segambar dalam hal karakteristik Allah, kehidupan Allah. Hidup
berdasarkan FT.
Dar: Kita dibentuk seperti pribadi-Nya Allah. Jadi
prosesnya, pribadi kita yang tidak sesuai pribadi dan standar Allah itu kita
dibentuk. Allah mengizinkan segala sesuatu terjadi itu sebagai sarana membentu
hidup kita dan kasih karunia Allah dapat bermanifestasi dalam hidup kita.
El: Sebenarnya proses Allah dalam hidup kita berbeda-beda.
Kasih karunia berbeda-beda. Ujiannya berbeda-beda. Saya dulu nyalahin Tuhan,
merasa Tuhan itu pilih kasih. Padahal yang sekarang kita dapatkan ternyata
Tuhan itu baik. Misalkan Tuhan tidak izinkan saya ke sana. Tuhan malah izinkan
saya ke sini, tidak sesuai dengan kehendak saya. Tetapi di situlah ada kehendak
Allah. Ketika kita ikuti, kita baru tau. Kadang saya ingin seperti orang-orang ,
tapi itulah cara Tuhan membentuk hati saya. Tuhan memberi saya kasih karunia
supaya tidak mengandalkan hal-hal yang lahiriah itu. Tuhan tau yang terbaik. Saya
bisa seperti ini karena Tuhan campur tangan. Saya tidak bisa apa-apa, Tuhan
yang kasih kemampuan. Kalau bukan Tuhan yang kasih kemampuan saya nggak akan
bisa. Sedang dukungan dari suami misalnya sangat terbatas. Tapi saya melihat
cara Tuhan mendidik saya. Jadi intinya itu kasih karunia Tuhan selalui ada.
2. PANGGILAN SORGAWI
Bacalah FILIPI
3:12-14
12 Bukan seolah-olah aku telah
memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau
aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.
13 Saudara-saudara, aku sendiri tidak
menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku
melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di
hadapanku, 14 dan berlari-lari kepada
tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam
Kristus Yesus.
A. Apakah yg dimaksud dg panggilan sorgawi itu
B.
Apa yg
Paulus lakukan spy dia bisa mrmperoleh panggilan sorgawi dlm hidupnya. Jelaskan
Su: Kita harus bisa menjadi
huios. Dalam mengejar, jangan pernah melihat ke belakang. Dalam masalah apa
pun, jangan pernah menengok ke belakang, tapi kejar tujuan Tuhan yang sudah
direncanakan untuk hidup kita. Jadi kita harus mengandalkan Allah itu sendiri.
Jangan pernah mengandalkan apa pun dalam dunia ini.
Ap: Panggilan sorgawi bukan untuk
kita masuk sorga. Kalau meninggal, masuk sorga. Bukan itu tujuannya. Panggila
sorgawi ini serupa dengan panggilan ilahi, hanya panggilan ilahi itu ketika
kita lahir baru menjadii bayi rohani. Tapi ini perjalanan takdir dan destiny
yang sudah Allah karuniakan. Panggilan
sorgawi seperti Paulus bilang ini adalah masuk ke perlombaan iman yang
diwajibkan bagi mereka yang terpanggil dan harus hidup di dalam
panggilannya. Tapi diingatkan tadi,
harus mengarah ke depan, jangan terikat masa lalu seperti Terah. Karena kita
itu harus selalu progress. Mungkin kita hari ini mendengar FT seperti ini, tapi
minggu depan kita sudah maju lagi. Minggu lalu saya bisa menjawab pertanyaan
komsel dengan luarbiasa, misalkan. Atau seorang pendeta minggu lalu bisa mengkhotbahkan
hal ini, tapi minggu depan kan harus maju lagi. Jangan terikat, jangan senang
masa-masa lalu. Maka dibilang kegerakan Tuhan itu terhambat. Misalkan kegerakan
Karismatik, kegerakan Pentakosta, mereka manusia itu senang melembagakan,
senang terikat dengan masa lalu. Jadi Tuhan sudah bergerak lagi ke mana, kita
masih di sini. Jadi kebenaran itu harus
kebenaran terkini yang kita dapatkan. Bukan hidup dengan kebenaran masalalu.
Misalkan melihat Yesus masih saja menjadi bayi. Masih saja melihat Yesus di
kayu salib. Masih menyesali dosa-dosa kita.
Kata Paulus kita masih di pelajaran anak-anak. Jadi harus memandang ke
depan. Naik kelas terus, progres terus. Jadi harus ada gairah, karena Tuhan dan
Roh Kudus tidak pernah statis, selalu dinamis. Orang boleh bilang bahwa
berbahasa roh itu diulang-ulang, tapi sebetulnya berbeda. Pengucapannya boleh
sama, tapi apa yang dikatakan di dalam roh itu berbeda. Nggak akan sama.
Dinamis terus. Selalu memandang ke
depan, ke arah destiny. Jangan sampai meleset, jangan sampai kita terdistraksi
oleh hal-hal lahiriah lagi dan hal-hal duniawi lagi; karena fokus kita harus ke
situ. Sebab Tuhan sudah kasih tau jalannya itu. Kalau terdistraksi lagi, belok
lagi. Itu yang terjadi pada Abraham. Sekian lama Tuhan tidak bicara. Orang
Israel, karena takut, putar-putar lagi di padang gurun selama 40 tahun. Jadi
ada hal-hal yang harus kita perhatikan, walau pun dari Perjanjian Lama, selalu
masih aktual sampai hari ini, seperti ketakutan dan kekhawatiran. Jangan sampai
kita terperangkap lagi.
Yop: Apa yang dimaksud panggilan
sorgawi? Kalau saya melihat FT ini.... dan berlari-lari kepada tujuan untuk
mendapatkan hadiah. Yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Yesus Kristus.
Jadi panggilan dari Allah. Jadi cuma-cuma. Dia tidak pandang kita seperti apa,
kondisi kita seperti apa. Panggilan sorgawi seperti itu yang Tuhan berikan pada
kita. Ketika kita berdosa pun Tuhan membenarkan kita. Sesuatu yang dahsyat yang
berbeda dengan panggilan dunia. Ini panggilan spiritual dimana nilai, aturan dan
prinsip itu dari Allah, bukan dari dunia. Yang dari dunia pada umumnya
menanyakan: kamu punya pendidikan apa,
latar belakang kamu apa, kamu punya keahlian apa, dari keturunan siapa (bibit,
bebet, bobot). Kalau panggilan sorgawi semua dipanggil, dari latar
belakang Islam, Hindu, Budha; mau
mendengarkan Yesus, lahir baru. Panggilan dari Allah dari Yesus Kristus.
Ap: Jadi, sebenarnya berbeda
sedikit ya antara panggilan ilahi dan sorgawi. Kalau panggilan sorgawi itu
sudah bisa tancap gas, sebab sudah bisa lari-lari, tapi kalau panggilan ilahi,
begitu kita lahir baru, kita jadi bayi rohani.
Yop: ya, panggilan sorgawi itu
lebih tinggi. Sebab juga berhubungan dengan Kerajaan, di mana ada pemerintahan,
kuasa dan otoritas. Maka Paulus berlari-lari mengejar hal-hal yang mulia,
karena itu sangat mulia.
Na: Panggilan sorgawi itu
berkait dengan agenda Allah, rencana
kekal Allah. Dulu pemikiran saya masuk ke sorga, tapi ternyata ada target untuk
memenuhi panggilan sorgawi itu. Sorga itu punya rencana. Mengapa Allah
menciptakan manusia? Allah itu memiliki
rumah di sorga, tapi Allah juga ingin memiliki tempat kediaman di bumi,
sehingga sorga dan bumi menjadi satu. Tujuan panggilan sorgawi itu terjadi
ketika menyatunya Allah dengan kita atau manunggal. Contohnya Yesus. Dikatakan
Allah Bapa dan Aku adalah satu. Itu
sebabnya Paulus mengatakan aku belum sempurna, maka dia masih mengejar. Dia
bekerja keras untuk mencapai itu, karena dikatakan manusia itu bukan
diciptakan, tapi dijadikan (asah). Ada kerjasama antara Allah dengan kita
melalui kehendak bebas. Kalau kita sendiri kita tidak berupaya dan berusaha,
maka Allah sendiri juga tidak bisa bekerja. Itu yang namanya kerjasama, Allah
turut bekerja. Jadi panggilan sorgawi menurut saya itu menghadirkan apa yang
ada di sorga itu terwujud di bumi. Lalu siapa yang mampu melakukan itu secara
sempurna? Tentunya Yesus, yang sudah menghadirkan, bahkan Bapa dinyatakan,
karena Dia katakan: Kalau kau sudah melihat Aku, berarti kau sudah melihat
Bapa. Yesus menjadi yang sulung, artinya hal itu sudah berlaku pada Yesus. Kita
saudara-saudara-Nya menjadi yang berikutnya. Berarti itu tidak mengawang-awang,
bahwa kita bisa menghadirkan sorga di bumi, bahkan bisa merepresentasikan Bapa.
Papa Djonny pernah mengatakan kalau kau mau melihat Allah, tidak usah
bingung-bingung, lihat saya. Sama seperti kalau kita disuruh mengerjakan
sesuatu hanya diberikan buku petunjuknya saja. Gimana? Sekarang ada contoh dan ada yang mengarahkan,
lakukan ini. Kan lebih enak daripada buku petunjuknya saja.
He: Jadi panggilan sorgawi adalah
masuk ke dalam rencana dan tujuan Allah untuk menghadirkan Kerajaan-Nya di bumi
ini, maka kita dibangun dan dibentuk menjadi serupa dan segambar Anak-Nya.
Yesus bisa menghadirkan Kerajaan Allah. Nah kita dibangun seperti itu, bisa
menghadirkan Kerajaan-Nya di bumi ini lewat hidup kita. Siapa yang bisa
menghadirkan Kerajaan-Nya? Itu tadi, huious. Hanya huious yang bisa mewujudkan
apa yang menjadi rencana dan tujuan Allah.
Paulus melupakan apa yang di
belakang, artinya melupakan masa lalu. Melupakan hal-hal yang dianggap sampah
seperti keinginan daging atau keinginan lahiriah. Mengarahkan diri ke depan,
fokus pada hal-hal yang disukai dan berkenan kepada Allah. Fokus pada
perkataan-Nya. Fokus membangun hidup kita sesuai dengan standar dan ukuran
Allah.
C. Bacalah IBRANI 3:1
Ibr 3:1 Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian
dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui,
yaitu Yesus,
Apa yg
harus kalian lakukan utk mendapat bagian dlm panggilan sorgawi?
Dar: Hidup dalam ketaatan kepada bapa rohani. Kalau kita
tidak hidup dalam rumah kita tidak tau.
Yop: Pandanglah pada Rasul dan Imam Besar, karena Yesus yang
sudah berhasil menjadi patronnya Allah. Semuanya dalam segala aspek
kehidupannya. Kadang kita mendapatkan kesulitan memandang kepada Yesus, nah
bapa rohani yang mengarahkan kita. Jadi ketaatan itu mengubah cara pandang
kita.
Ap: ya, betul taat kepada bapa rohani dengan mengambil
contoh ketaatan Yesus. Kita memandang kepada Yesus sebagai Rasul dan Imam
Besar. Keterkaitannya bagaimana? Karena
rasul adalah orang yang membangun. Jadi kita mengambil contoh dari seorang
sumber anugerah, bapa rohani. Itu yang pertama. Kedua, sebagai Imam Besar. Imam Besar itu mengenai kasih karunia. Jadi
bukan dengan kekuatan kita atau usaha kita. Kita mengharapkan kasih karunia
demi kasih karunia; bukan dengan kekuatan kita yang menurut cara-cara dunia,
tapi dari apa yang sudah ditunjukkan oleh Yesus sebagai teladan dan sebagai
pola.
3. Bacalah Ef 4:1-4
Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan,
supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan
panggilan itu. 2 Hendaklah kamu
selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal
saling membantu. 3 Dan berusahalah
memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: 4 satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu
telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,
Cara hidup dan sikap hidup yg bgmn yg BERPADANAN atau
BERIMBANG dgn panggilanNya itu?
Sama-sama: tidak fokus pada diri sendiri. Lemah lembut,
sabar, tunjukkan kasih. Jadi berkaitan dengan AS ONE MAN. Misalnya itu proyek
kebun. Tidak egosentri seperti pola
Yesus yang mengosongkan diri, memberi diri. Kita harus bersedia dibentuk
berkorban buat saudara yang lain. Cara hidup itu harus kembali ke pola gereja
yang mula-mula. Mereka berkumpul, memecahkan roti, sehati dan sepikiran, saling
memperhatikan dan saling membantu. Inilah cara hidup dan sikap hidup yang
dicontohkan gereja mula-mula. Kita harus memiliki karakter ilahi dan buah roh,
harus sudah terbangun. Ini yang masih dirasa sangat kurang. Tapi, kita harus
melihat ini secara luas, bukan soal proyek kebun saja. Jangan ada yang merasa
kecil hati atau merasa tertuduh karena tidak bisa membantu banyak oleh karena
kesibukan pribadi masing-masing. Yang dimaksud kebersamaan terpenting kita memiliki sikap-sikap yang
seperti disebutkan di atas dan bisa saling membantu di mana memungkinkan
berdasarkan kasih. Yang terpenting,
jangan kita ini hidup seperti individual, masing-masing, tidak mau saling
memperhatikan satu dengan yang lainnya. Jangan sampai terjadi: Masalahku
masalahku. Masalahmu masalahmu. Yang penting adalah kita mencoba memperhatikan
mulai dari hal kecil, misalnya bagaimana merespon WA.
4. Apa artinya kalian
MERESPON PANGGILAN atau UNDANGAN Allah itu? Jelaskan.
El: Merespon artinya kita tentang kepribadian kita,
persiapan kita, mempersiapkan diri ketika kita diundang raja. Kita menghormati
undang Allah itu, kita mau datang.
Na: Kita mesti menghargai undangan, walau pun kalau kita
merespon suatu undangan berarti ada pengorbanan. Tidak semua orang dapat
undangan. Kalau kita mendapat sebuah undangan berarti yang mengundang itu
mengenal kita, mengistimewakan kita. Kadang kita lupa bahwa undangan itu adalah
suatu kehormatan, malah kita bersikap sebaliknya. Ketika kita diundang
selayaknya merespon bukan secara asal, tapi memberikan yang terbaik. Bukan
menyepelekan, sepertinya undangan itu tidak ada artinya, tidak berharga. Maka kita
diminta untuk membeli buku-buku, tidak ada yang gratis. Kalau yang gratis itu
biasanya tidak dihargai.
Ap: Tadinya
pertama-tama yang diundang hanya orang-orang tertentu, artinya orang-orang yang
layak.Tapi mereka menolak undangan itu dengan alasan dan kepentingan
masing-masing. Akhirnya diundanglah mereka semua yang ada di jalan-jalan. Tidak
tau apakah mereka layak atau tidak, menurut saya, mereka tidak layak. Kemungkinan besar yang pertama diundang
adalah orang-orang Israel dulu. Mereka orang-orang yang layak. Barulah kita,
termasuk bangsa-bangsa asing (gentile) ini mendapat undangan. Jadi sebenarnya
kita ini tidak layak. Kita dipanggil untuk dilayakkan. Yang terpenting adalah
setelah undangan itu, bagaimana kita menyikapinya.
Mesti kita ingat kita respon terhadap undangan Allah itu
tidak berhenti sampai dengan lahir baru. Allah selalu mengundang kita untuk
naik level dan naik level lagi sampai pada akhirnya akan menjadi samakah dengan
gambar Anak-Nya? Kedalaman kita merespon, berarti dengan mempersiapkan diri
atas panggilan ilahi-Nya untuk menjadi
serupa dengan gambar Anak-Nya.
He: Merespon panggilan Allah itu lewat firman. Kalau kita
sudah merespon artinya sudah membuka hati, menyambutnya, menerima firman itu
dan menjadi pelaku firman.
Le: Merespon berarti tidak ada paksaan dan juga melakukannya
dengan sukarela.
Amin.