SAYA BUKAN LAZARUS, SAYA ORANG KAYA
Kamu kaya, tapi sayang kamu hanya makan remah-remah saja.
Sore ini ketika saya sendirian di kamar, saya berdoa dalam roh. Hari-hari belakangan ini saya terdorong untuk mengisi begitu banyak kekurangan saya dalam kehidupan spiritual saya. Tiba-tiba Tuhan berkata: Sebenarnya kamu kaya, tapi sayang kamu hanya makan remah-remah saja.
Saya agak terkejut. Ya, saya mengakui bahwa saya hidup dalam kemewahan. Jangan salah sangka. Itu hanya perasaan saya. Dalam hal materi saya merasa sangat berkekurangan, tapi selain itu saya juga merasa hidup dalam kelimpahan waktu senggang yang Tuhan berikan. Saya merasa jarang orang kaya sekali pun bisa menikmati dan mendapatkan waktu senggang yang begitu melimpah. Maka saya pikir saya memiliki kemewahan tersendiri. Tapi saya kurang dalam mencari firman dan kebenaran Tuhan. Makanan spiritual saya hanyalah remah-remah.
Perkataan Tuhan membuat saya berpikir mengenai Lazarus dan orang kaya. Saya selalu berpikir, bahwa saya adalah Lazarus, sebab saya tidak kaya secara materi. Tapi teguran Tuhan itu mau tidak mau saya akui kebenarannya, bahwa saya adalah si kaya itu. Sebab waktu sangat berharga, sebab orang kaya mana yang bisa membeli waktu. Ketika seseorang sudah dipasangi ‘life support’ tidak berarti dia bisa membeli waktu. Saya memiliki banyak waktu, jadi saya adalah orang yang sangat kaya.
Memang sebenarnya saya adalah si kaya yang bodoh itu. Saya memang tidak makan makanan mewah, bahkan cenderung hemat. Setiap hari saya masak makanan sendiri, kalau tidak untuk seluruh keluarga. Saya tekankan setiap hari, bahkan sore ini juga. Tapi makanan yang Tuhan maksud adalah makanan rohani. Saya memiliki begitu banyak waktu – kemewahan waktu – untuk makanan rohani yang mewah dan wah, tetapi saya hanya makan remah-remah.
Saya minta ampun, menyesal, saya mengakui kesalahan saya dan mau bertobat di hadapan Tuhan dalam hal ini. Tuhan pasti memberikan apa yang saya minta, pewahyuan (penyataan kebenaran) akan firmanNya.
Lazarus sendiri tidak membutuhkan makanan sepiring. Remah-remah sudah lebih dari cukup dan merupakan kenikmatan baginya, karena setiap remah berarti dia memiliki waktu untuk memberitakan Injil Kerajaan kepada orang kaya itu. Makanan Lazarus adalah melakukan kehendak Bapa sorgawi dan menyelesaikannya sampai mati. Itu pula makanan Yesus. Kabar Baik itu diterima dengan baik dan dengan senang hati oleh si kaya, tapi ia tidak pernah percaya. Lazarus bukan penginjil yang buruk. Ia tidak gagal. Si kaya minta kepada Tuhan untuk membangkitkan kembali Lazarus dan mengutusnya kepada saudara-saudaranya yang masih hidup berfoya-foya dalam kemewahan. Lazarus masih menginspirasi banyak orang hingga hari ini.