PEPERANGAN MENTAL
MENTAL WARFARE dan SPIRITUAL WARFARE
Peperangan mental tidak kalah pentingnya dengan peperangan rohani.
Mentalitas terdiri dari gabungan antara emosi, etika, moral dan semua ini terkait erat dengan nilai-nilai spiritualitas yang kita percayai dan ukurannya adalah masalah motivasi dan ketulusan.
Menjadi kaya atau miskin bukanlah soal dosa, tapi soal mentalitas. KHOTBAH YESUS DI ATAS BUKIT BERKAITAN DENGAN MASALAH MENTALITAS.
Kualitas mental menentukan pembangunan manusia rohani dan jasmani secara keseluruhan. Masalah mental adalah bagian kita bukan bagian Tuhan.
Yohanes 10:10 dengan jelas menyatakan bahwa rencana iblis adalah untuk menghalangi, mengecilkan hati - menjadi tawar hati dan kecut - dan mendatangkan celaka dan kehancuran bagi kita. Dia akan melakukan segala cara untuk menghancurkan hidupmu dengan mendegrasi moralmu terlebih dulu.
Musuh tau siapa saja yang menjadi milik kepunyaan Tuhan dan berusaha merebutnya dari Dia.
Tuhan berkata kepada Gideon..... pergilah dengan kekuatanmu ini .... (Hakim-hakim 6:14).
Secara spiritual Gideon adalah pahlawan yang gagah perkasa, tapi secara mental ia hanya petani yang ketakutan oleh orang Midian. Oleh karenanya ia mengirik gandum di tempat pemerasan anggur untuk mengelabui musuh. (Hakim-hakim 6:11,12).
Tuhan juga mengatakan kepada Yosua hal yang sama secara berulang-ulang untuk menguatkan dan meneguhkan hatinya sebelum dapat memimpin bangsa Israel menyeberang sungai Yordan dan masuk ke Kanaan (Ulangan 31:6,7, Ulangan 31:23, Yosua 1:6,7,9, dst.).
Ulangan 31:6 Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau."
Keteguhan hati adalah ketetapan hati seseorang.
Hanya Josua dan Kaleb yang diperkenan masuk ke dalam Tanah Perjanjian. Sisa generasi yang lahir di Mesir adalah orang-orang yang mudah tawar dan kecut hatinya. Itulah mentalitas padang gurun. Semua orang yang keluar dari Kanaan telah mati di padang gurun karena Tuhan tidak mau menerima mereka yang tidak berubah agar tidak mencemari generasi selanjutnya. Mereka terus menerus bersungut-sungut dalam perjalanan. Ini masalah mentalitas. Mujizat demi mujizat dan kuasa Tuhan didemonstrasikan Tuhan tiap-tiap hari, tidak bisa juga memperbaiki mentalitas mereka.
Yesus datang sebagai Anak Manusia. Dia adalah Firman yang menjadi manusia. Firman yang disampaikan oleh malaikat Gabriel didengarkan dan dipercayai dan diterima oleh Maria, sehingga Firman itu menjadi daging.
Sebagai seorang perawan dan telah bertunangan dengan Yusuf, Maria mau menerima segala konsekuensi yang harus ditanggungnya demi menjadikan Firman itu menjadi daging di dalam dirinya. Ini adalah sebuah ketetapan hati. Maria tidak mengalami masalah mentalitas.
MASALAH MENTALITAS YOHANES PEMBAPTIS
Yesus sebelum memulai pelayanan Nya datang kepada Yohanes Pembaptis di sungai Yordan. Yohanes Pembaptis merasa tidak layak untuk membaptis Yesus karena dia tau persis bahwa Yesus adalah Tuhan dan Raja yang akan datang itu. Yohanes Pembaptis adalah orang yang khusus diutus untuk membuka jalan bagi Mesias. Dia tau persis apa yang harus dilakukannya. Dia adalah orang yang berseru-seru di padang yang meminta orang-orang untuk bertobat untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Mengapa Yohanes Pembaptis pada awalnya menolak untuk membaptis Yesus? Terutama sekali dia tau siapa Yesus sebenarnya. Baginya Yesus adalah Tuhan dan Raja pemilik Kerajaan yang sedang diberitakan nya. Jadi dia juga tidak percaya betul Yesus adalah Firman yang menjadi manusia. Artinya, Yohanes Pembaptis tidak percaya Yesus adalah Tuhan yang telah mengosongkan dirinya menjadi 100 persen manusia. Tindakan Yohanes Pembaptis menolak membaptis Yesus adalah karena ketetapan hatinya tidak teguh. Ini masalah mentalitas.
Matius 3:13 Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. 3:14 Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?"
Dengan ketetapan hatinya Yesus menjawab kepada Yohanes Pembaptis: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanes pun menuruti-Nya. Matius 3:15
Kekurang-percayaan akibat dari tidak adanya ketetapan hati itu terus tertanam dan memuncak kemudian hari ketika Yohanes Pembaptis dipenjara oleh Herodes. Makanya dia mengutus murid-murid nya ketika dia di penjara Herodes untuk bertanya apakah Yesus itu Mesias atau haruskah ia menantikan yang lainnya.
Lukas 7:20 Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: "Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?"
Karena tidak adanya ketetapan hati, bisa menjadi masalah yang sangat besar dan menggoyahkan kepercayaan seseorang.
Bagaimana mungkin seorang nazir Allah yang diutus khusus untuk membuka jalan bagi Yesus berbalik meragukan Yesus sebagai Mesias dan Kristus?! Masalahnya adalah Yohanes Pembaptis sampai saat itu masih percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang turun ke bumi. Dia masih tidak percaya sepenuhnya bahwa Yesus adalah ORANG yang diurapi Bapa sebagai Messias dan Kristus.
Dia yang telah melihat dengan mata kepalanya sendiri Roh Kudus yang dalam rupa burung merpati telah turun dan mengurapiNya sekarang goyah dan meragukan Yesus sebagai seorang Anak Manusia yang akan menjadi Mesias dan Kristus. Kita tau akhirnya bahwa Yohanes Pembaptis harus kehilangan kepalanya, karena dia terus memakai otaknya. Ini semua berawal dari masalah ketetapan hati dan mentalitas.
Matius 3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, 3:17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes. Roh Kudus turun ke atas Yesus dan Dia mendapatkan perkenanan dari Bapa bukan karena statusnya sebagai Putra, tetapi karena *Yesus memiliki ketetapan hati untuk menggenapi segala perintah dan kehendak Bapa-Nya.*
YESUS SEBAGAI ANAK MANUSIA
Yesus benar-benar telah mengosongkan diriNya sendiri menjadi Anak Manusia yang dilahirkan oleh seorang perempuan. Dia bukanlah Tuhan yang sekoyong-koyong dan mendadak hadir di tengah-tengah manusia seperti jin botol. Kalo benar demikian, itu seperti iblis yang yang hanya datang sebagai pencuri dan hendak membunuh dan membinasakan.
Yesus di bumi ini bukanlah "heavenly man" tetapi "earthly man". Dia bukan dewa. Kalo anda tidak percaya kepada Anak Manusia, berarti Anda percaya kepada dewa. Hal ini akan membuat kepercayaan Anda kepada Yesus tidak teguh dan goyah bahwa Yesus adalah Mesias dan Kristus.
Ini akan menyesatkan pola pikir dan paradigma Anda tentang Yesus seutuhnya sebagai 100% manusia dan 100% Tuhan. Yang Anda percaya mungkin Yesus sebagai 50% manusia dan 50% Tuhan. Dengan kata lain jika Anda tidak percaya 100% perkataan dan kesaksian Yesus mengenai DiriNya sendiri sebagai Anak Manusia, maka Anda akan menghadapi masalah yang sama - tidak ada bedanya - dengan masalah yang dihadapi Yohanes Pembaptis.
Ini akan berbahaya dan akan menuntun orang menjadi serupa dengan dunia karena hanya menggunakan otak dan mata jasmani dan akibatnya orang demikian bisa kehilangan kepalanya.
Ini hampir tidak ada bedanya dengan mereka dari golongan agama yang lain yang menghujat Yesus dengan berkata: Tuhan orang Kristen koq bisa mati. Dia mati di tiang jemuran. Tapi mereka yang tidak bertobat tidak hanya akan kehilangan kepala saja, melainkan kehilangan seluruhnya.
*Peperangan mentalitas (mental warfare) masih terus berlangsung di dalam kepala banyak orang Kristen.*
Yohanes 14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku."
Orang yang mengalami masalah mental selalu gelisah.
Yesus mengatakan supaya murid-murid-Nya percaya kepada-Nya sebagai Anak Manusia, bukan sebagai Tuhan.
Semua yang diperbuat dan dikerjakan Yesus adalah sebagai Anak Manusia 100% untuk membuktikan kepada kita dan dunia bahwa tidak ada yang mustahil bagi orang percaya.
Mereka yang masih berperang dalam hal ini harus menyerahkan dirinya kepada kepemimpinan Yoshua dan Yesus. Yoshua memimpin bangsa Israel menyeberang sungai Yordan.
Prosesi baptisan air Yesus oleh Yohanes Pembaptis adalah prosesi Yesus menyeberang sungai Yordan.
Anda boleh pergi ke tanah Israel dan dibaptis di sungai Yordan, tapi belum tentu Anda dibebaskan dan menang dalam mental warfare ini tanpa memiliki ketetapan hati.
Semoga tidak.
*Tanpa ketetapan hati seseorang tidak bisa mendapatkan perkenanan Bapa.*
GEREJA KAUM FARISI TIDAK PERNAH BERUBAH
Mengapa orang-orang Farisi tidak pernah berobah? Mereka datang ke sungai Yordan di mana Yohanes Pembaptis berada dengan motivasi dan agenda sendiri. Mereka tidak pernah menyeberang, tidak mengalami pergeseran paradigma, sehingga mereka juga bisa datang kepada Yesus. Mereka teguh hanya percaya kepada hukum Taurat dan tidak percaya kepada anugerah. *Mereka tidak percaya kepada sumber anugerah - Yesus yang adalah the gift of God - pemberian Allah kepada umat manusia.* Mereka memakai pikiran sendiri. Mengapa begitu mudah menerima keselamatan dengan hanya percaya kepada Yesus? Bukankah menurut hukum Taurat harus disunat dan melakukan Taurat Tuhan? Mereka memakai pertimbangan dan pikiran sendiri, sehingga tidak bisa melihat Mesias dan Kerajaan Allah itu sudah hadir di tengah-tengah mereka. Mereka adalah orang-orang yang tegar tengkuk dan keras kepala.
Yesaya 48:4 Oleh karena Aku tahu, bahwa engkau tegar tengkuk, keras kepala dan berkepala batu
Gereja tipe kaum Farisi memiliki sakit mental yang parah seperti yang Tuhan katakan di yesaya 48:4, sehingga pikiran mereka memblokade diri mereka sendiri kepada sumber anugerah. Tuhan tidak menutup pintu bagi orang Farisi. Paulus dan Nikodemus tadinya adalah orang-orang Farisi. Mereka yang memiliki mentalitas Farisi harus dirombak dan dibangun ulang. Paradigma lama harus diruntuhkan dan dibangun kembali. *Itulah sebabnya oleh Yesus, kepada mereka hanya diberi tanda nabi Yusus.* Untuk anda ketahui, bahwa orang-orang Saduki selain masalah mentalitas, mereka juga tidak percaya kepada kebangkitan. *Yesus mengatakan untuk gereja berhati-hati dengan RAGI orang FARISI dan ragi HERODES.*
Markus 8:15 Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."
Ragi Herodes ini terkait erat dengan dipenggalnya kepala Yohanes Pembaptis. Para pelayan Tuhan yang lari dari panggilannya seperti nabi Yunus atau Yohanes Pembaptis pasti akan mengalami masalah seperti yang mereka alami: apakah dimakan ikan Paus atau dipenggal kepalanya.
Yohanes Pembaptis setelah membaptis Yesus harusnya menghentikan sama sekali pelayannya dan bergabung dengan Yesus. Dia harus bergabung dengan sumber anugerah sebagai pemberian Tuhan. Yohanes Pembaptis menurut kacamata orang Farisi telah bersaing dengan Yesus dalam membaptis orang.
Tidak pernah kita bisa bersaing dengan seorang sumber anugerah. Kita harus bergabung dengan seorang sumber anugerah dengan semangat SATU Tuhan, satu Roh, satu Tujuan. Ini adalah masalah mentalitas yang harus kita hadapi. Konsekuensinya adalah penggal kepala atau ditenggelamkan oleh Tuhan dalam perut bumi.
MUJIZAT TIDAK BISA MENGUBAHKAN PARADIGMA
Mujizat yang mereka alami tidak mengubahkan paradigma mereka.
Orang farisi meminta tanda dari Yesus supaya Ia membuat suatu mujizat yang bisa mengubahkan mereka, tapi Yesus tau itu tidak akan ada gunanya. Pikiran dan mentalitas mereka tidak akan berobah hanya karena mengalami mujizat. Abraham juga berpendapat, sekali pun orang mati bangkit belum tentu bisa membuat orang lantas bertobat dan percaya. Saya percaya, bahwa saudara-saudara dari si kaya juga orang percaya, tapi belum tentu mau menerima yang buruk, tapi hanya mau menerima segala yang baik saja. Mereka hanya mau menerima keselamatan dan berkat, tidak mau menerima kenyataan bahwa orang seperti Lazarus begitu miskin dan menderita keburukan.
TANDA PERUBAHAN
Tanda kita mengalami perubahan paradigma adalah kita mau merendahkan diri, memandang orang lain lebih penting, percaya kepada sumber anugerah sebagai pemberian Tuhan, tidak pernah berpikir untuk lari dari panggilan kita dan terpenting mengalami terobosan mentalitas. Mengosongkan diri artinya menyiapkan diri untuk menerima segala hal yang baik dan yang buruk dari Sang Pencipta, khalik langit dan bumi.
Daniel, sadrakh, mesakh dan Abednego tidak pernah mengalami masalah mentalitas karena mereka adalah orang-orang yang memiliki ketetapan hati yang luar biasa.
Daniel 1:8 Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.
Daniel 3:16-18 Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
MENTALITAS PENAKUT DAN TAWAR HATI
Gideon memiliki mental penakut. Walau pun malaikat Tuhan sudah mendatanginya dan berfirman kepadanya untuk membangkitkan dia, Gideon harus beberapa kali meminta tanda kepada Tuhan. Dia mau berobah dan hasilnya luar biasa. Tadinya dengan beberapa teman di malam hari merobohkan mezbah baal bapanya, tetapi sekarang Gideon berani memimpin hanya dengan 300 orang melawan orang Midian. Mereka lah yang dipakai di dunia ini yang adalah ladang-Nya Tuhan.
Saul mengalami masalah mental dan terlihat jelas ketika menghadapi sebuah situasi peperangan. Samuel tidak juga muncul di Gilgal sampai pada waktu yang ditentukan Samuel sendiri. (1 Samuel 13:8-). Dia mulai kecut hatinya ketika melihat rakyat mulai banyak yang meninggalkan dia. Saul mengambil keputusan untuk mempersembahkan korban bakaran yang adalah bagian dari Samuel, karena ia ketakutan orang Filistin akan menyerangnya tiba-tiba sebelum Samuel datang. Ini adalah awal dari kebodohannya, kekalahannya dan malapetakanya. Saul harus kehilangan mahkotanya dan Roh Tuhan undur daripadanya.
Pemimpin yang baik dan orang-orang terbaik harus memiliki mentalitas yang baik dan kuat. Mentalitas terdiri dari gabungan antara emosi, etika, moral dan semua ini terkait erat dengan nilai-nilai spiritualitas yang kita percayai. Ini kriteria yang sama yang dipakai di dunia ini. Ini jelas berarti bukan hanya masalah spiritual. Hanya orang-orang muda yang terbaik untuk melayani raja Nebukadnezar di kerajaan Babel. (Daniel 1:4).
Daniel 1:4 yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja 1 , supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim.
HARUS MEMILIKI KETETAPAN HATI: SIKAP ESTHER DALAM MENGHADAPI SITUASI GENTING
Ratu Esther menghadapi situasi dimana dia berisiko dibunuh jika tiba-tiba muncul di hadapan raja tanpa dipanggil lebih dulu oleh raja (Ester 4:11). Ini adalah situasi dan kondisi yang berat. Beranikah Esther? Tidak. Ini adalah masalah mental, peperangan mental.
Moderkhai sebagai paman dan pengasuh Ester harus membangunkan mentalitas Ester:
Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." Ester 4:14.
Apa yang disampaikan oleh Mordekhai adalah ketetapan Tuhan. Maka Ester harus mengambil sikap dan tidak berdiam diri saja. Dalam situasi genting Ester memiliki mental yang kuat untuk berani menghadapi resiko kematian jika raja tidak berkenan dijumpainya.
KHOTBAH YESUS DI ATAS BUKIT BERKAITAN DENGAN MASALAH MENTALITAS
Khotbah Yesus di atas bukit adalah untuk memperbaiki dan membangun mentalitas orang percaya.
Matius 5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 5:4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
MENTALITAS ORANG KAYA DAN LAZARUS
Khotbah Yesus mengenai orang kaya dan orang miskin dibawakan kembali dalam kisah Lazarus yang miskin dan si orang kaya. Masalah kaya dan miskin adalah masalah mentalitas.
Apa yang diceritakan Yesus mengenai orang kaya dan Lazarus itu juga bukanlah masalah spiritualitas. Percayakah Anda bahwa ini bukan soal iman? Sebab Abraham - bapa orang beriman itu - mengatakan kepada orang kaya itu sebagai Anak.
Lukas 16:25 Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.
Hey, lihat! Abraham juga memanggil orang kaya yang sedang kesakitan dalam nyala api itu sebagai: Anak! Orang kaya itu bukan orang yang tidak percaya. Dia adalah orang percaya sebagaimana saya dan Anda!
Lebih lanjut Abraham berkata: engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu. Abraham menjelaskan bahwa orang kaya itu HANYA MAU MENERIMA YANG BAIK. Hanya menerima apa yang baik menurutnya! Dia tidak mau menerima apa yang dianggapnya buruk.
Lazarus itu pasti buruk secara fisik, karena ia adalah seorang pengemis yang badannya penuh dengan borok. Orang kaya itu masih mau menerimanya walau pun dekat pintu. Dia masih mau mendengarkan dan percaya apa yang disampaikan oleh Lazarus kepadanya. Namun tidak seluruhnya.
Dia hanya mau percaya apa yang dia dengar dan menurutnya baik, tapi tidak yang buruk-buruk, seperti harus menderita oleh karena nama Yesus. Dia tidak mau terima akan hal itu. Dia hanya mau dengar soal keselamatan dan berkat-berkat. Ini masalah mentalitas si orang kaya yang akhirnya membawa orang kaya itu ke tempat penderitaan.
Menjadi kaya atau miskin bukanlah soal dosa, tapi soal mentalitas.
Semua orang percaya Yesus pasti percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Itu bagian yang baik, bahkan terbaik yang kita bisa terima. Tapi tidak semua orang percaya, percaya bahwa Yesus adalah 100% manusia.
Lebih lanjut Abraham berkata: Baiklah saudara-saudara orang kaya itu mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi. Sekarang pada kita ada Alkitab dan kesaksian daripada murid-murid Yesus.
Tetapi apakah firman "logos" itu semuanya diterima oleh orang percaya? Banyak di antar jemaat yang hanya memilih-milih firman menurut apa yang disukai dan menurutnya baik, mengenai keselamatan dan berkat-berkat itu yang terbaik. Mereka memilih-milih menurut kepentingan mereka, bukan untuk tujuan Tuhan.
Lukas 16:27 Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, 16:28 sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka o dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.
16:29 Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.
16:30 Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.
16:31 Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."
Orang kaya itu menolak perkataan Abraham itu. Dia yakin Alkitab tidak akan menolong saudara-saudaranya yang masih hidup, walau pun mungkin mereka juga orang percaya, sama seperti dirinya. Orang kaya itu menuntut supaya Lazarus atau seseorang dibangkitkan dari antara orang mati dan diutus kepada saudara-saudaranya supaya mereka bertobat. Maksudnya benar, supaya mereka BERTOBAT, bukan supaya mereka menjadi orang percaya. Mereka sudah percaya kepada apa yang baik-baik menurut mereka tapi TIDAK BERTOBAT untuk mempercayai setiap perkataan Tuhan apakah baik atau kah buruk, nasihat atau penghiburan atau apa pun yang disampaikan oleh orang-orang yang diutus Tuhan dalam hidup mereka.
Mereka punya pertimbangan sendiri seperti dirinya yang tidak perlu mendengar buruk-buruk sekali pun dari hamba Tuhan yang diutus kepadanya seperti Lazarus. Keadaan Lazarus mengganjal hatinya, masakah seorang hamba Tuhan itu begitu miskin, dekil dan penuh borok? Dia hanya mampu menilai kulit buku dan bukan isinya. Sekali lagi, bukankah ini masalah mentalitas?
PROBLEM ANAK MUDA YANG KAYA
Matius 19:17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya SATU yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
Yesus menjawab pertanyaan orang yang muda lagi kaya itu tentang apa yang baik. Yesus mengatakan hanya Tuhan yang baik. Tapi untuk mengalami masuk ke dalam HIDUP - perhatikan bukan masuk ke sorga - maka seseorang harus turuti SEGALA perintah Allah, tidak memilih-milih perintah mana yang baik dan mana yang tidak baik menurut ukurannya sendiri.
Matius 19:18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, 19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." 19:20 Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" 19:21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." 19:22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Orang muda kaya itu pergi dengan kecewa, tawar hati dan sedih sebab banyak kekayaannya. Ini masalah mentalitas, bukan masalah percaya atau tidak. Anak muda yang kaya itu percaya kepada Yesus dan memanggil-Nya sebagai guru. Namun ia merasa berat hati dan tidak dapat memutuskan untuk SATU yang baik menurut Yesus.
Setidaknya orang muda ini telah memberikan kesaksian bahwa benar apa yang Yesus katakan di atas bukit, bahwa sukar bagi orang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Ini problem mentalitas anak muda dan kaya untuk memiliki ketetapan hati sekali pun dia sudah tau dan percaya hanya SATU yang baik itu.
Matius 19:23 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 19:24 Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." 19:25 Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" 19:26 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."
Perhatikan Matius 19:26. Mengapa Yesus mengatakan "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." ?
*Masalah mentalitas seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai spiritualitasnya.*
Simak ayat berikut.
Lukas 1:53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;
Pada kesempatan lainnya Yesus sendiri berkata:
Markus 9:23 Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya! "
Mat 17:20 Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
Kurang percaya berarti tidak memiliki ketetapan hati. Orang muda itu tidak memiliki ketetapan hati untuk memutuskan bagaimana pun keadaannya nanti, ia siap menerimanya asalkan dia bisa yang mendapatkan hanya SATU yang baik.
Orang muda kaya itu memakai standar dan ukurannya sendiri mengenai apa yang BAIK menurutnya dan bukan menurut seperti yang YESUS katakan. Ini sangat mirip dengan si orang kaya yang dilayani oleh Lazarus.
Namun banyak kita lihat tokoh-tokoh Alkitab lainnya yang memiliki ketetapan hati dan tidak memiliki masalah mentalitas:
- Elisa, yang mengikuti kemana pun Elia walau pun beberapa kali diminta pulang, tidak berkecil hati; karena Elisa hendak mewarisi yang sangat berharga dari hidup Elia;
- Ruth, perempuan Moab itu mengikuti kemana pun Naomi pergi, walau berkali-kali disuruh pulang, kata Ruth: bangsamu bangsaku juga, Allahmu Allahku juga;
- Daud selalu mencari wajah Tuhan dan selalu berbalik kepada-Nya bagaimana juga; ketika terjadi peristiwa penyerangan dan penjarahan dan penculikan termasuk istri-istri dan anak-anak Daud ia tidak marah kepada Tuhan. Daud hanya menangis menumpahkan emosinya dan tidak menjadi berkecil hati atau kehilangan nyali.
- Ayub yang mengalami ujian yang bertubi-tubi kehilangan harta, kehilangan 10 anaknya pada hari yang sama, tidak sampai marah kepada Tuhan dan tidak berdosa dengan mulutnya dan lainnya.
PARADIGMA YANG SALAH
Banyak para pemimpin dan orang percaya memandang dan memiliki paradigma sebagai berikut. Mereka percaya bahwa Yesus kenyataan sebagai manusia 100% dan sebagai Tuhan 100%. Tapi, Yesus hidup selama 30 tahun dibawah pengayoman Maria dan Yusuf sehingga Firman itu menjadi daging itu hal yang TIDAK MUNGKIN dan MUSTAHIL. Tidak ada yang namanya rumah rohani (Maria-Yusuf). Adanya gereja. Masakah Yesus Tuhan itu dalam pengasuhan dan pengayoman manusia? Bagaimana mungkin manusia bisa membentuk hidup Yesus menjadi dewasa dalam hal spiritual?
Yesus dengan taat dan setia dan hidup dalam Takut akan Tuhan tunduk di bawah pengasuhan dan pengayoman Maria dan Yusuf.
Yesaya 11:3 ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN.
Tanpa belajar takut akan Tuhan dari Yusuf dan Maria, sulit bagi Yesus untuk memahami apa artinya takut akan Tuhan itu, apalagi untuk menyenanginya. Sulit memahami persepsi takut akan Tuhan dari sudut pandang manusia kepada Tuhan Yang Mahakuasa jika Yesus tidak turun kedunia, mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia!
Yesus hidup dan dibesarkan di Nazareth. Dia mulanya dikenal sebagai anak tukang kayu. Kemudian Dia mulai dikenal juga sebagai tukang kayu. Para pemimpin gereja yang tidak memakai Yesus sebagai batu penjuru hanya akan memiliki bangunan gereja yang rapuh, tapi rumah rohani seperti yang dibangun Maria dan Yusuf akan selalu kekal adanya. Banyak orang Kristen merindukan merayakan Natal walau pun setahun sekali datang ke gereja, karena mereka secara insting sebenarnya mengetahui adanya bangunan rohani atau rumah rohani yang dibangun Tuhan melalui Yusuf dan Maria.
Anak Allah telah menjadi manusia sehingga manusia dapat menjadi anak-anak Allah. Kemungkinan transformasi total kita dapat terjadi oleh Allah yang hidup, menciptakan kelahiran baru di hati manusia dan membentuk Kristus di dalam kita. WOW! (lihat Galatia 4:19)
Hasil didikan dan pengayoman Yusuf dan Maria terbukti, karena Yesus memiliki ketetapan hati untuk selama 30 tahun itu bahwa itu belum masa-Nya untuk melayani Bapa. Itu adalah masa-masa yang menyenangkan bagi Yesus bagaimana hidup dalam hal takut akan Tuhan dalam rumah rohani Maria-Yusuf; suatu hal yang baru bagi-Nya.
Yohanes 2:4 Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba."
Bapa sendiri memegang komando atas pelayanan Yesus dan peristiwa mujizat pertama yang Yesus buat di Kana bukanlah kebetulan. Bukan kebetulan pula Maria ada bersama-sama dengan Yesus di situ. Dan sepertinya Maria sudah mengetahui waktunya bagi dia untuk menyerahkan kembali putranya itu sepenuhnya kepada Bapa.
Maria adalah orang diminta Bapa untuk memberikan nama bagi Yesus. Memberikan nama bukan hanya secara tertulis dan panggilan, tapi memberikan seluruh hidupnya untuk mengayomi Yesus sehingga siap untuk melakukan segala kehendak dan perintah Bapa sekali pun itu untuk mati di kayu salib. Maria tidak meratapi kematian putranya justru bersuka-cita bahwa dia telah berhasil membawa Yesus kepada Bapa di tempat yang maha tinggi.
SAKIT MENTAL YANG AKUT GEREJA FARISI
Yesus tidak mempunyai masalah dengan mentalitas kekristenan - tidak pernah mengenai / terperangkap dengaan masalah itu, apalagi masuk dalam peperangan mental (mental warfare). Namun bukan berarti Yesus tidak mengetahui peperangan mental yang dihadapi murid-murid dan semua orang percaya.
Penderita sakit mental yang sudah parah dan akut adalah orang-orang Farisi dan Saduki. Mereka bukan orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang tekun dan rajin membaca kitab suci dan selalu memelihara hukum Taurat. Tapi pengertian dan segala yang baik dari percayanya kepada Tuhan tidak atau pun mujizat yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari tidak membawa terobosan mentalitas.
Paradigma mereka tidak pernah bergeser satu inci pun. Mereka tetap berpegang teguh pada Taurat dan segala hukum Taurat dan tidak mau berobah. Mereka sudah seperti Tuhan yang tidak pernah berobah. Mereka mengalami persoalan dan penderitaan mental yang parah dan akut; sehingga Yesus selalu menentang mereka secara frontal dan terbuka dihadapan orang banyak untuk menunjukkan masalah yang sebenarnya. Maka pesan khotbah di atas bukit mengenai kemiskinan, mengenai orang yang berduka, orang yang lapar dan haus - itu semua untuk mereka dan kita semua mengalami terobosan mentalitas dan berhasil. Seberapa banyak orang Kristen sekarang yang seperti kaum Farisi? Apakah Yesus itu menjadi batu penjuru dalam hidup mereka, atau kah hanya sekedar menjadi batu sentuhan dan bahkan menjadi batu sandungan? Yesus batu sandungan telah membuat orang Kristen serba kikuk dan gamang dan tidak mempunyai ketetapan hati, apakah dalam bisnis. kekayaan atau dalam hal jodoh, hubungan keluarga atau aspek hubungan lainnya.
YESUS MENJADI BATU SANDUNGAN BAGI PARA PEMIMPIN GEREJA
Matius 21:42 Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
Tukang-tukang bangunan adalah para pemimpin gereja. Mereka tidak lagi memakai Yesus sebagai standar, ukuran dan acuan dalam membangun jemaat. Acuannya adalah Yesus adalah Firman yang menjadi manusia dan diam di antara kita. Itu namanya mengenai SATU yang baik. Itu artinya memakai Yesus sebagai batu penjuru sebagai bangunan manusia rohani jemaat.
Alkitab mengatakan dengan jelas banyak para pemimpin gereja (tukang-tukang bangunan) membuang batu penjuru itu. Ada juga yang bukan membuangnya tapi hanya sekali-kali memakainya sesuai dengan kebutuhan dan dianggap baik waktunya (sebagai batu sentuhan).
1Petrus 2:7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.
Mengapa kurang percaya untuk menjadikan Yesus sebagai batu penjuru? Karena sebagian orang Kristen tidak percaya Yesus adalah ORANG BIASA seperti saudara dan saya. Yesus sebagai orang biasa dengan dipimpin dan dipenuhi oleh Roh Kudus, Yesus menjadi batu penjuru.
Mentalitas kurang percaya ini serupa dengan orang Farisi, mereka tidak mau menerima bahwa Mesias kenyataan adalah orang Nazareth. Maka mereka yang masih memiliki mentalitas serupa orang Farisi tidak bisa menerima Yesus menjadi batu penjuru dalam hidup mereka.
Yohanes 14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.
"Let not your heart be troubled; you believe in God, believe also in Me.
Jika Anda sudah percaya kepada Tuhan, maka percayalah juga kepada Yesus sebagai orang biasa.
Yohanes 14:11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
Kurang percaya menandakan tidak memiliki ketetapan hati, menjadi gelisah karena tidak memiliki patokan Yesus sebagai batu penjuru dalam hidup ini.
Apa pendapat rasul Petrus mengenai Yesus orang Nazareth?
Kisah Para Rasul 3:6 Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!
MENGHANCURKAN BENTENG-BENTENG MENTALITAS
Para pemimpin gereja harus memiliki ketetapan hati untuk membuat Yesus Kristus menjadi batu penjuru dalam membangun jemaat-Nya. Ini masalah mental yang harus dibereskan, beralih dari mentalitas farisi kepada mentalitas Kerajaan. Jika Yesus Kristus tidak menjadi batu penjuru, maka akan ada iri hati, penghakiman, kekacauan dan perpecahan di antara jemaat dan para pemimpin, karena masing-masing mempunyai ukuran, pandangan dan persepsi yang berbeda akan satu hal dan yang lainnya. Tidak akan ada persatuan dan damai sejahtera. Dan itu bukan rumah Tuhan seperti yang dimaksud dengan gereja.
Tidak peduli apa benteng mental yang Anda hadapi, Tuhan telah memperlengkapi Anda dengan kekuatan ilahi untuk menghancurkan segala pikiran yang tidak diinginkan yang membombardir Anda. Yakinlah dan percayalah pada janji-janji Allah bahwa ia tidak akan pernah meninggalkan Anda atau meninggalkan Anda.
Solusi untuk mengatasi kebohongan musuh adalah mengisi pikiran Anda dengan firman Tuhan sampai tidak ada ruang bagi iblis untuk memasuki pikiran Anda. Buatlah tujuan untuk sepenuhnya jenuh dan percaya setiap kata dalam Alkitab. Kapan saja musuh berusaha membisikkan pikiran jahat ke dalam pikiran Anda, lawanilah dengan Firman Tuhan.
Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus. 2 Korintus 10: 3-5
Peperangan mental tidak kalah pentingnya dengan peperangan rohani.
Mentalitas terdiri dari gabungan antara emosi, etika, moral dan semua ini terkait erat dengan nilai-nilai spiritualitas yang kita percayai dan ukurannya adalah masalah motivasi dan ketulusan.
Menjadi kaya atau miskin bukanlah soal dosa, tapi soal mentalitas. KHOTBAH YESUS DI ATAS BUKIT BERKAITAN DENGAN MASALAH MENTALITAS.
Kualitas mental menentukan pembangunan manusia rohani dan jasmani secara keseluruhan. Masalah mental adalah bagian kita bukan bagian Tuhan.
Gbr: www.wisethoughts.net |
Yohanes 10:10 dengan jelas menyatakan bahwa rencana iblis adalah untuk menghalangi, mengecilkan hati - menjadi tawar hati dan kecut - dan mendatangkan celaka dan kehancuran bagi kita. Dia akan melakukan segala cara untuk menghancurkan hidupmu dengan mendegrasi moralmu terlebih dulu.
Musuh tau siapa saja yang menjadi milik kepunyaan Tuhan dan berusaha merebutnya dari Dia.
Yoh 10:10 |
Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup,
|
Tuhan berkata kepada Gideon..... pergilah dengan kekuatanmu ini .... (Hakim-hakim 6:14).
Secara spiritual Gideon adalah pahlawan yang gagah perkasa, tapi secara mental ia hanya petani yang ketakutan oleh orang Midian. Oleh karenanya ia mengirik gandum di tempat pemerasan anggur untuk mengelabui musuh. (Hakim-hakim 6:11,12).
Tuhan juga mengatakan kepada Yosua hal yang sama secara berulang-ulang untuk menguatkan dan meneguhkan hatinya sebelum dapat memimpin bangsa Israel menyeberang sungai Yordan dan masuk ke Kanaan (Ulangan 31:6,7, Ulangan 31:23, Yosua 1:6,7,9, dst.).
Ulangan 31:6 Kuatkan dan teguhkanlah hatimu,
Keteguhan hati adalah ketetapan hati seseorang.
Hanya Josua dan Kaleb yang diperkenan masuk ke dalam Tanah Perjanjian. Sisa generasi yang lahir di Mesir adalah orang-orang yang mudah tawar dan kecut hatinya. Itulah mentalitas padang gurun. Semua orang yang keluar dari Kanaan telah mati di padang gurun karena Tuhan tidak mau menerima mereka yang tidak berubah agar tidak mencemari generasi selanjutnya. Mereka terus menerus bersungut-sungut dalam perjalanan. Ini masalah mentalitas. Mujizat demi mujizat dan kuasa Tuhan didemonstrasikan Tuhan tiap-tiap hari, tidak bisa juga memperbaiki mentalitas mereka.
Yesus datang sebagai Anak Manusia. Dia adalah Firman yang menjadi manusia. Firman yang disampaikan oleh malaikat Gabriel didengarkan dan dipercayai dan diterima oleh Maria, sehingga Firman itu menjadi daging.
Sebagai seorang perawan dan telah bertunangan dengan Yusuf, Maria mau menerima segala konsekuensi yang harus ditanggungnya demi menjadikan Firman itu menjadi daging di dalam dirinya. Ini adalah sebuah ketetapan hati. Maria tidak mengalami masalah mentalitas.
MASALAH MENTALITAS YOHANES PEMBAPTIS
Yesus sebelum memulai pelayanan Nya datang kepada Yohanes Pembaptis di sungai Yordan. Yohanes Pembaptis merasa tidak layak untuk membaptis Yesus karena dia tau persis bahwa Yesus adalah Tuhan dan Raja yang akan datang itu. Yohanes Pembaptis adalah orang yang khusus diutus untuk membuka jalan bagi Mesias. Dia tau persis apa yang harus dilakukannya. Dia adalah orang yang berseru-seru di padang yang meminta orang-orang untuk bertobat untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Mengapa Yohanes Pembaptis pada awalnya menolak untuk membaptis Yesus? Terutama sekali dia tau siapa Yesus sebenarnya. Baginya Yesus adalah Tuhan dan Raja pemilik Kerajaan yang sedang diberitakan nya. Jadi dia juga tidak percaya betul Yesus adalah Firman yang menjadi manusia. Artinya, Yohanes Pembaptis tidak percaya Yesus adalah Tuhan yang telah mengosongkan dirinya menjadi 100 persen manusia. Tindakan Yohanes Pembaptis menolak membaptis Yesus adalah karena ketetapan hatinya tidak teguh. Ini masalah mentalitas.
Matius 3:13 Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. 3:14 Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?"
Dengan ketetapan hatinya Yesus menjawab kepada Yohanes Pembaptis: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanes pun menuruti-Nya. Matius 3:15
Kekurang-percayaan akibat dari tidak adanya ketetapan hati itu terus tertanam dan memuncak kemudian hari ketika Yohanes Pembaptis dipenjara oleh Herodes. Makanya dia mengutus murid-murid nya ketika dia di penjara Herodes untuk bertanya apakah Yesus itu Mesias atau haruskah ia menantikan yang lainnya.
Lukas 7:20 Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: "Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?"
Karena tidak adanya ketetapan hati, bisa menjadi masalah yang sangat besar dan menggoyahkan kepercayaan seseorang.
Bagaimana mungkin seorang nazir Allah yang diutus khusus untuk membuka jalan bagi Yesus berbalik meragukan Yesus sebagai Mesias dan Kristus?! Masalahnya adalah Yohanes Pembaptis sampai saat itu masih percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang turun ke bumi. Dia masih tidak percaya sepenuhnya bahwa Yesus adalah ORANG yang diurapi Bapa sebagai Messias dan Kristus.
Dia yang telah melihat dengan mata kepalanya sendiri Roh Kudus yang dalam rupa burung merpati telah turun dan mengurapiNya sekarang goyah dan meragukan Yesus sebagai seorang Anak Manusia yang akan menjadi Mesias dan Kristus. Kita tau akhirnya bahwa Yohanes Pembaptis harus kehilangan kepalanya, karena dia terus memakai otaknya. Ini semua berawal dari masalah ketetapan hati dan mentalitas.
Matius 3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, 3:17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes. Roh Kudus turun ke atas Yesus dan Dia mendapatkan perkenanan dari Bapa bukan karena statusnya sebagai Putra, tetapi karena *Yesus memiliki ketetapan hati untuk menggenapi segala perintah dan kehendak Bapa-Nya.*
YESUS SEBAGAI ANAK MANUSIA
Yesus benar-benar telah mengosongkan diriNya sendiri menjadi Anak Manusia yang dilahirkan oleh seorang perempuan. Dia bukanlah Tuhan yang sekoyong-koyong dan mendadak hadir di tengah-tengah manusia seperti jin botol. Kalo benar demikian, itu seperti iblis yang yang hanya datang sebagai pencuri dan hendak membunuh dan membinasakan.
Yesus di bumi ini bukanlah "heavenly man" tetapi "earthly man". Dia bukan dewa. Kalo anda tidak percaya kepada Anak Manusia, berarti Anda percaya kepada dewa. Hal ini akan membuat kepercayaan Anda kepada Yesus tidak teguh dan goyah bahwa Yesus adalah Mesias dan Kristus.
Ini akan menyesatkan pola pikir dan paradigma Anda tentang Yesus seutuhnya sebagai 100% manusia dan 100% Tuhan. Yang Anda percaya mungkin Yesus sebagai 50% manusia dan 50% Tuhan. Dengan kata lain jika Anda tidak percaya 100% perkataan dan kesaksian Yesus mengenai DiriNya sendiri sebagai Anak Manusia, maka Anda akan menghadapi masalah yang sama - tidak ada bedanya - dengan masalah yang dihadapi Yohanes Pembaptis.
Ini akan berbahaya dan akan menuntun orang menjadi serupa dengan dunia karena hanya menggunakan otak dan mata jasmani dan akibatnya orang demikian bisa kehilangan kepalanya.
Ini hampir tidak ada bedanya dengan mereka dari golongan agama yang lain yang menghujat Yesus dengan berkata: Tuhan orang Kristen koq bisa mati. Dia mati di tiang jemuran. Tapi mereka yang tidak bertobat tidak hanya akan kehilangan kepala saja, melainkan kehilangan seluruhnya.
*Peperangan mentalitas (mental warfare) masih terus berlangsung di dalam kepala banyak orang Kristen.*
Yohanes 14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku."
Orang yang mengalami masalah mental selalu gelisah.
Yesus mengatakan supaya murid-murid-Nya percaya kepada-Nya sebagai Anak Manusia, bukan sebagai Tuhan.
Semua yang diperbuat dan dikerjakan Yesus adalah sebagai Anak Manusia 100% untuk membuktikan kepada kita dan dunia bahwa tidak ada yang mustahil bagi orang percaya.
Mereka yang masih berperang dalam hal ini harus menyerahkan dirinya kepada kepemimpinan Yoshua dan Yesus. Yoshua memimpin bangsa Israel menyeberang sungai Yordan.
Prosesi baptisan air Yesus oleh Yohanes Pembaptis adalah prosesi Yesus menyeberang sungai Yordan.
Anda boleh pergi ke tanah Israel dan dibaptis di sungai Yordan, tapi belum tentu Anda dibebaskan dan menang dalam mental warfare ini tanpa memiliki ketetapan hati.
Semoga tidak.
*Tanpa ketetapan hati seseorang tidak bisa mendapatkan perkenanan Bapa.*
GEREJA KAUM FARISI TIDAK PERNAH BERUBAH
Mengapa orang-orang Farisi tidak pernah berobah? Mereka datang ke sungai Yordan di mana Yohanes Pembaptis berada dengan motivasi dan agenda sendiri. Mereka tidak pernah menyeberang, tidak mengalami pergeseran paradigma, sehingga mereka juga bisa datang kepada Yesus. Mereka teguh hanya percaya kepada hukum Taurat dan tidak percaya kepada anugerah. *Mereka tidak percaya kepada sumber anugerah - Yesus yang adalah the gift of God - pemberian Allah kepada umat manusia.* Mereka memakai pikiran sendiri. Mengapa begitu mudah menerima keselamatan dengan hanya percaya kepada Yesus? Bukankah menurut hukum Taurat harus disunat dan melakukan Taurat Tuhan? Mereka memakai pertimbangan dan pikiran sendiri, sehingga tidak bisa melihat Mesias dan Kerajaan Allah itu sudah hadir di tengah-tengah mereka. Mereka adalah orang-orang yang tegar tengkuk dan keras kepala.
Yesaya 48:4 Oleh karena Aku tahu, bahwa engkau tegar tengkuk, keras kepala dan berkepala batu
Gereja tipe kaum Farisi memiliki sakit mental yang parah seperti yang Tuhan katakan di yesaya 48:4, sehingga pikiran mereka memblokade diri mereka sendiri kepada sumber anugerah. Tuhan tidak menutup pintu bagi orang Farisi. Paulus dan Nikodemus tadinya adalah orang-orang Farisi. Mereka yang memiliki mentalitas Farisi harus dirombak dan dibangun ulang. Paradigma lama harus diruntuhkan dan dibangun kembali. *Itulah sebabnya oleh Yesus, kepada mereka hanya diberi tanda nabi Yusus.* Untuk anda ketahui, bahwa orang-orang Saduki selain masalah mentalitas, mereka juga tidak percaya kepada kebangkitan. *Yesus mengatakan untuk gereja berhati-hati dengan RAGI orang FARISI dan ragi HERODES.*
Markus 8:15 Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."
Ragi Herodes ini terkait erat dengan dipenggalnya kepala Yohanes Pembaptis. Para pelayan Tuhan yang lari dari panggilannya seperti nabi Yunus atau Yohanes Pembaptis pasti akan mengalami masalah seperti yang mereka alami: apakah dimakan ikan Paus atau dipenggal kepalanya.
Yohanes Pembaptis setelah membaptis Yesus harusnya menghentikan sama sekali pelayannya dan bergabung dengan Yesus. Dia harus bergabung dengan sumber anugerah sebagai pemberian Tuhan. Yohanes Pembaptis menurut kacamata orang Farisi telah bersaing dengan Yesus dalam membaptis orang.
Tidak pernah kita bisa bersaing dengan seorang sumber anugerah. Kita harus bergabung dengan seorang sumber anugerah dengan semangat SATU Tuhan, satu Roh, satu Tujuan. Ini adalah masalah mentalitas yang harus kita hadapi. Konsekuensinya adalah penggal kepala atau ditenggelamkan oleh Tuhan dalam perut bumi.
MUJIZAT TIDAK BISA MENGUBAHKAN PARADIGMA
Mujizat yang mereka alami tidak mengubahkan paradigma mereka.
Orang farisi meminta tanda dari Yesus supaya Ia membuat suatu mujizat yang bisa mengubahkan mereka, tapi Yesus tau itu tidak akan ada gunanya. Pikiran dan mentalitas mereka tidak akan berobah hanya karena mengalami mujizat. Abraham juga berpendapat, sekali pun orang mati bangkit belum tentu bisa membuat orang lantas bertobat dan percaya. Saya percaya, bahwa saudara-saudara dari si kaya juga orang percaya, tapi belum tentu mau menerima yang buruk, tapi hanya mau menerima segala yang baik saja. Mereka hanya mau menerima keselamatan dan berkat, tidak mau menerima kenyataan bahwa orang seperti Lazarus begitu miskin dan menderita keburukan.
TANDA PERUBAHAN
Tanda kita mengalami perubahan paradigma adalah kita mau merendahkan diri, memandang orang lain lebih penting, percaya kepada sumber anugerah sebagai pemberian Tuhan, tidak pernah berpikir untuk lari dari panggilan kita dan terpenting mengalami terobosan mentalitas. Mengosongkan diri artinya menyiapkan diri untuk menerima segala hal yang baik dan yang buruk dari Sang Pencipta, khalik langit dan bumi.
Daniel, sadrakh, mesakh dan Abednego tidak pernah mengalami masalah mentalitas karena mereka adalah orang-orang yang memiliki ketetapan hati yang luar biasa.
Daniel 1:8 Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.
Daniel 3:16-18 Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
MENTALITAS PENAKUT DAN TAWAR HATI
Gideon memiliki mental penakut. Walau pun malaikat Tuhan sudah mendatanginya dan berfirman kepadanya untuk membangkitkan dia, Gideon harus beberapa kali meminta tanda kepada Tuhan. Dia mau berobah dan hasilnya luar biasa. Tadinya dengan beberapa teman di malam hari merobohkan mezbah baal bapanya, tetapi sekarang Gideon berani memimpin hanya dengan 300 orang melawan orang Midian. Mereka lah yang dipakai di dunia ini yang adalah ladang-Nya Tuhan.
Saul mengalami masalah mental dan terlihat jelas ketika menghadapi sebuah situasi peperangan. Samuel tidak juga muncul di Gilgal sampai pada waktu yang ditentukan Samuel sendiri. (1 Samuel 13:8-). Dia mulai kecut hatinya ketika melihat rakyat mulai banyak yang meninggalkan dia. Saul mengambil keputusan untuk mempersembahkan korban bakaran yang adalah bagian dari Samuel, karena ia ketakutan orang Filistin akan menyerangnya tiba-tiba sebelum Samuel datang. Ini adalah awal dari kebodohannya, kekalahannya dan malapetakanya. Saul harus kehilangan mahkotanya dan Roh Tuhan undur daripadanya.
Pemimpin yang baik dan orang-orang terbaik harus memiliki mentalitas yang baik dan kuat. Mentalitas terdiri dari gabungan antara emosi, etika, moral dan semua ini terkait erat dengan nilai-nilai spiritualitas yang kita percayai. Ini kriteria yang sama yang dipakai di dunia ini. Ini jelas berarti bukan hanya masalah spiritual. Hanya orang-orang muda yang terbaik untuk melayani raja Nebukadnezar di kerajaan Babel. (Daniel 1:4).
Daniel 1:4 yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja 1 , supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim.
HARUS MEMILIKI KETETAPAN HATI: SIKAP ESTHER DALAM MENGHADAPI SITUASI GENTING
Ratu Esther menghadapi situasi dimana dia berisiko dibunuh jika tiba-tiba muncul di hadapan raja tanpa dipanggil lebih dulu oleh raja (Ester 4:11). Ini adalah situasi dan kondisi yang berat. Beranikah Esther? Tidak. Ini adalah masalah mental, peperangan mental.
Moderkhai sebagai paman dan pengasuh Ester harus membangunkan mentalitas Ester:
Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." Ester 4:14.
Apa yang disampaikan oleh Mordekhai adalah ketetapan Tuhan. Maka Ester harus mengambil sikap dan tidak berdiam diri saja. Dalam situasi genting Ester memiliki mental yang kuat untuk berani menghadapi resiko kematian jika raja tidak berkenan dijumpainya.
KHOTBAH YESUS DI ATAS BUKIT BERKAITAN DENGAN MASALAH MENTALITAS
Khotbah Yesus di atas bukit adalah untuk memperbaiki dan membangun mentalitas orang percaya.
Matius 5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 5:4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
MENTALITAS ORANG KAYA DAN LAZARUS
Khotbah Yesus mengenai orang kaya dan orang miskin dibawakan kembali dalam kisah Lazarus yang miskin dan si orang kaya. Masalah kaya dan miskin adalah masalah mentalitas.
Apa yang diceritakan Yesus mengenai orang kaya dan Lazarus itu juga bukanlah masalah spiritualitas. Percayakah Anda bahwa ini bukan soal iman? Sebab Abraham - bapa orang beriman itu - mengatakan kepada orang kaya itu sebagai Anak.
Lukas 16:25 Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.
Hey, lihat! Abraham juga memanggil orang kaya yang sedang kesakitan dalam nyala api itu sebagai: Anak! Orang kaya itu bukan orang yang tidak percaya. Dia adalah orang percaya sebagaimana saya dan Anda!
Lebih lanjut Abraham berkata: engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu. Abraham menjelaskan bahwa orang kaya itu HANYA MAU MENERIMA YANG BAIK. Hanya menerima apa yang baik menurutnya! Dia tidak mau menerima apa yang dianggapnya buruk.
Lazarus itu pasti buruk secara fisik, karena ia adalah seorang pengemis yang badannya penuh dengan borok. Orang kaya itu masih mau menerimanya walau pun dekat pintu. Dia masih mau mendengarkan dan percaya apa yang disampaikan oleh Lazarus kepadanya. Namun tidak seluruhnya.
Dia hanya mau percaya apa yang dia dengar dan menurutnya baik, tapi tidak yang buruk-buruk, seperti harus menderita oleh karena nama Yesus. Dia tidak mau terima akan hal itu. Dia hanya mau dengar soal keselamatan dan berkat-berkat. Ini masalah mentalitas si orang kaya yang akhirnya membawa orang kaya itu ke tempat penderitaan.
Menjadi kaya atau miskin bukanlah soal dosa, tapi soal mentalitas.
Semua orang percaya Yesus pasti percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Itu bagian yang baik, bahkan terbaik yang kita bisa terima. Tapi tidak semua orang percaya, percaya bahwa Yesus adalah 100% manusia.
Lebih lanjut Abraham berkata: Baiklah saudara-saudara orang kaya itu mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi. Sekarang pada kita ada Alkitab dan kesaksian daripada murid-murid Yesus.
Tetapi apakah firman "logos" itu semuanya diterima oleh orang percaya? Banyak di antar jemaat yang hanya memilih-milih firman menurut apa yang disukai dan menurutnya baik, mengenai keselamatan dan berkat-berkat itu yang terbaik. Mereka memilih-milih menurut kepentingan mereka, bukan untuk tujuan Tuhan.
Lukas 16:27 Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, 16:28 sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka o dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.
16:29 Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.
16:30 Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.
16:31 Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."
Orang kaya itu menolak perkataan Abraham itu. Dia yakin Alkitab tidak akan menolong saudara-saudaranya yang masih hidup, walau pun mungkin mereka juga orang percaya, sama seperti dirinya. Orang kaya itu menuntut supaya Lazarus atau seseorang dibangkitkan dari antara orang mati dan diutus kepada saudara-saudaranya supaya mereka bertobat. Maksudnya benar, supaya mereka BERTOBAT, bukan supaya mereka menjadi orang percaya. Mereka sudah percaya kepada apa yang baik-baik menurut mereka tapi TIDAK BERTOBAT untuk mempercayai setiap perkataan Tuhan apakah baik atau kah buruk, nasihat atau penghiburan atau apa pun yang disampaikan oleh orang-orang yang diutus Tuhan dalam hidup mereka.
Mereka punya pertimbangan sendiri seperti dirinya yang tidak perlu mendengar buruk-buruk sekali pun dari hamba Tuhan yang diutus kepadanya seperti Lazarus. Keadaan Lazarus mengganjal hatinya, masakah seorang hamba Tuhan itu begitu miskin, dekil dan penuh borok? Dia hanya mampu menilai kulit buku dan bukan isinya. Sekali lagi, bukankah ini masalah mentalitas?
PROBLEM ANAK MUDA YANG KAYA
Matius 19:17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya SATU yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
Yesus menjawab pertanyaan orang yang muda lagi kaya itu tentang apa yang baik. Yesus mengatakan hanya Tuhan yang baik. Tapi untuk mengalami masuk ke dalam HIDUP - perhatikan bukan masuk ke sorga - maka seseorang harus turuti SEGALA perintah Allah, tidak memilih-milih perintah mana yang baik dan mana yang tidak baik menurut ukurannya sendiri.
Matius 19:18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, 19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." 19:20 Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" 19:21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." 19:22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Orang muda kaya itu pergi dengan kecewa, tawar hati dan sedih sebab banyak kekayaannya. Ini masalah mentalitas, bukan masalah percaya atau tidak. Anak muda yang kaya itu percaya kepada Yesus dan memanggil-Nya sebagai guru. Namun ia merasa berat hati dan tidak dapat memutuskan untuk SATU yang baik menurut Yesus.
Setidaknya orang muda ini telah memberikan kesaksian bahwa benar apa yang Yesus katakan di atas bukit, bahwa sukar bagi orang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Ini problem mentalitas anak muda dan kaya untuk memiliki ketetapan hati sekali pun dia sudah tau dan percaya hanya SATU yang baik itu.
Matius 19:23 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 19:24 Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." 19:25 Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" 19:26 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."
Perhatikan Matius 19:26. Mengapa Yesus mengatakan "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." ?
*Masalah mentalitas seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai spiritualitasnya.*
Simak ayat berikut.
Lukas 1:53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;
Pada kesempatan lainnya Yesus sendiri berkata:
Markus 9:23 Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya! "
Mat 17:20 Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
Kurang percaya berarti tidak memiliki ketetapan hati. Orang muda itu tidak memiliki ketetapan hati untuk memutuskan bagaimana pun keadaannya nanti, ia siap menerimanya asalkan dia bisa yang mendapatkan hanya SATU yang baik.
Orang muda kaya itu memakai standar dan ukurannya sendiri mengenai apa yang BAIK menurutnya dan bukan menurut seperti yang YESUS katakan. Ini sangat mirip dengan si orang kaya yang dilayani oleh Lazarus.
Namun banyak kita lihat tokoh-tokoh Alkitab lainnya yang memiliki ketetapan hati dan tidak memiliki masalah mentalitas:
- Elisa, yang mengikuti kemana pun Elia walau pun beberapa kali diminta pulang, tidak berkecil hati; karena Elisa hendak mewarisi yang sangat berharga dari hidup Elia;
- Ruth, perempuan Moab itu mengikuti kemana pun Naomi pergi, walau berkali-kali disuruh pulang, kata Ruth: bangsamu bangsaku juga, Allahmu Allahku juga;
- Daud selalu mencari wajah Tuhan dan selalu berbalik kepada-Nya bagaimana juga; ketika terjadi peristiwa penyerangan dan penjarahan dan penculikan termasuk istri-istri dan anak-anak Daud ia tidak marah kepada Tuhan. Daud hanya menangis menumpahkan emosinya dan tidak menjadi berkecil hati atau kehilangan nyali.
- Ayub yang mengalami ujian yang bertubi-tubi kehilangan harta, kehilangan 10 anaknya pada hari yang sama, tidak sampai marah kepada Tuhan dan tidak berdosa dengan mulutnya dan lainnya.
PARADIGMA YANG SALAH
Banyak para pemimpin dan orang percaya memandang dan memiliki paradigma sebagai berikut. Mereka percaya bahwa Yesus kenyataan sebagai manusia 100% dan sebagai Tuhan 100%. Tapi, Yesus hidup selama 30 tahun dibawah pengayoman Maria dan Yusuf sehingga Firman itu menjadi daging itu hal yang TIDAK MUNGKIN dan MUSTAHIL. Tidak ada yang namanya rumah rohani (Maria-Yusuf). Adanya gereja. Masakah Yesus Tuhan itu dalam pengasuhan dan pengayoman manusia? Bagaimana mungkin manusia bisa membentuk hidup Yesus menjadi dewasa dalam hal spiritual?
Yesus dengan taat dan setia dan hidup dalam Takut akan Tuhan tunduk di bawah pengasuhan dan pengayoman Maria dan Yusuf.
Yesaya 11:3 ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN.
Tanpa belajar takut akan Tuhan dari Yusuf dan Maria, sulit bagi Yesus untuk memahami apa artinya takut akan Tuhan itu, apalagi untuk menyenanginya. Sulit memahami persepsi takut akan Tuhan dari sudut pandang manusia kepada Tuhan Yang Mahakuasa jika Yesus tidak turun kedunia, mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia!
Yesus hidup dan dibesarkan di Nazareth. Dia mulanya dikenal sebagai anak tukang kayu. Kemudian Dia mulai dikenal juga sebagai tukang kayu. Para pemimpin gereja yang tidak memakai Yesus sebagai batu penjuru hanya akan memiliki bangunan gereja yang rapuh, tapi rumah rohani seperti yang dibangun Maria dan Yusuf akan selalu kekal adanya. Banyak orang Kristen merindukan merayakan Natal walau pun setahun sekali datang ke gereja, karena mereka secara insting sebenarnya mengetahui adanya bangunan rohani atau rumah rohani yang dibangun Tuhan melalui Yusuf dan Maria.
Anak Allah telah menjadi manusia sehingga manusia dapat menjadi anak-anak Allah. Kemungkinan transformasi total kita dapat terjadi oleh Allah yang hidup, menciptakan kelahiran baru di hati manusia dan membentuk Kristus di dalam kita. WOW! (lihat Galatia 4:19)
Hasil didikan dan pengayoman Yusuf dan Maria terbukti, karena Yesus memiliki ketetapan hati untuk selama 30 tahun itu bahwa itu belum masa-Nya untuk melayani Bapa. Itu adalah masa-masa yang menyenangkan bagi Yesus bagaimana hidup dalam hal takut akan Tuhan dalam rumah rohani Maria-Yusuf; suatu hal yang baru bagi-Nya.
Yohanes 2:4 Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba."
Bapa sendiri memegang komando atas pelayanan Yesus dan peristiwa mujizat pertama yang Yesus buat di Kana bukanlah kebetulan. Bukan kebetulan pula Maria ada bersama-sama dengan Yesus di situ. Dan sepertinya Maria sudah mengetahui waktunya bagi dia untuk menyerahkan kembali putranya itu sepenuhnya kepada Bapa.
Maria adalah orang diminta Bapa untuk memberikan nama bagi Yesus. Memberikan nama bukan hanya secara tertulis dan panggilan, tapi memberikan seluruh hidupnya untuk mengayomi Yesus sehingga siap untuk melakukan segala kehendak dan perintah Bapa sekali pun itu untuk mati di kayu salib. Maria tidak meratapi kematian putranya justru bersuka-cita bahwa dia telah berhasil membawa Yesus kepada Bapa di tempat yang maha tinggi.
SAKIT MENTAL YANG AKUT GEREJA FARISI
Yesus tidak mempunyai masalah dengan mentalitas kekristenan - tidak pernah mengenai / terperangkap dengaan masalah itu, apalagi masuk dalam peperangan mental (mental warfare). Namun bukan berarti Yesus tidak mengetahui peperangan mental yang dihadapi murid-murid dan semua orang percaya.
Penderita sakit mental yang sudah parah dan akut adalah orang-orang Farisi dan Saduki. Mereka bukan orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang tekun dan rajin membaca kitab suci dan selalu memelihara hukum Taurat. Tapi pengertian dan segala yang baik dari percayanya kepada Tuhan tidak atau pun mujizat yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari tidak membawa terobosan mentalitas.
Paradigma mereka tidak pernah bergeser satu inci pun. Mereka tetap berpegang teguh pada Taurat dan segala hukum Taurat dan tidak mau berobah. Mereka sudah seperti Tuhan yang tidak pernah berobah. Mereka mengalami persoalan dan penderitaan mental yang parah dan akut; sehingga Yesus selalu menentang mereka secara frontal dan terbuka dihadapan orang banyak untuk menunjukkan masalah yang sebenarnya. Maka pesan khotbah di atas bukit mengenai kemiskinan, mengenai orang yang berduka, orang yang lapar dan haus - itu semua untuk mereka dan kita semua mengalami terobosan mentalitas dan berhasil. Seberapa banyak orang Kristen sekarang yang seperti kaum Farisi? Apakah Yesus itu menjadi batu penjuru dalam hidup mereka, atau kah hanya sekedar menjadi batu sentuhan dan bahkan menjadi batu sandungan? Yesus batu sandungan telah membuat orang Kristen serba kikuk dan gamang dan tidak mempunyai ketetapan hati, apakah dalam bisnis. kekayaan atau dalam hal jodoh, hubungan keluarga atau aspek hubungan lainnya.
YESUS MENJADI BATU SANDUNGAN BAGI PARA PEMIMPIN GEREJA
Matius 21:42 Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
Tukang-tukang bangunan adalah para pemimpin gereja. Mereka tidak lagi memakai Yesus sebagai standar, ukuran dan acuan dalam membangun jemaat. Acuannya adalah Yesus adalah Firman yang menjadi manusia dan diam di antara kita. Itu namanya mengenai SATU yang baik. Itu artinya memakai Yesus sebagai batu penjuru sebagai bangunan manusia rohani jemaat.
Alkitab mengatakan dengan jelas banyak para pemimpin gereja (tukang-tukang bangunan) membuang batu penjuru itu. Ada juga yang bukan membuangnya tapi hanya sekali-kali memakainya sesuai dengan kebutuhan dan dianggap baik waktunya (sebagai batu sentuhan).
1Petrus 2:7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.
Mengapa kurang percaya untuk menjadikan Yesus sebagai batu penjuru? Karena sebagian orang Kristen tidak percaya Yesus adalah ORANG BIASA seperti saudara dan saya. Yesus sebagai orang biasa dengan dipimpin dan dipenuhi oleh Roh Kudus, Yesus menjadi batu penjuru.
Mentalitas kurang percaya ini serupa dengan orang Farisi, mereka tidak mau menerima bahwa Mesias kenyataan adalah orang Nazareth. Maka mereka yang masih memiliki mentalitas serupa orang Farisi tidak bisa menerima Yesus menjadi batu penjuru dalam hidup mereka.
Yohanes 14:1 "Janganlah gelisah
"Let not your heart be troubled; you believe in God, believe also in Me.
Jika Anda sudah percaya kepada Tuhan, maka percayalah juga kepada Yesus sebagai orang biasa.
Yohanes 14:11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
Kurang percaya menandakan tidak memiliki ketetapan hati, menjadi gelisah karena tidak memiliki patokan Yesus sebagai batu penjuru dalam hidup ini.
Apa pendapat rasul Petrus mengenai Yesus orang Nazareth?
Kisah Para Rasul 3:6 Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!
MENGHANCURKAN BENTENG-BENTENG MENTALITAS
Para pemimpin gereja harus memiliki ketetapan hati untuk membuat Yesus Kristus menjadi batu penjuru dalam membangun jemaat-Nya. Ini masalah mental yang harus dibereskan, beralih dari mentalitas farisi kepada mentalitas Kerajaan. Jika Yesus Kristus tidak menjadi batu penjuru, maka akan ada iri hati, penghakiman, kekacauan dan perpecahan di antara jemaat dan para pemimpin, karena masing-masing mempunyai ukuran, pandangan dan persepsi yang berbeda akan satu hal dan yang lainnya. Tidak akan ada persatuan dan damai sejahtera. Dan itu bukan rumah Tuhan seperti yang dimaksud dengan gereja.
Tidak peduli apa benteng mental yang Anda hadapi, Tuhan telah memperlengkapi Anda dengan kekuatan ilahi untuk menghancurkan segala pikiran yang tidak diinginkan yang membombardir Anda. Yakinlah dan percayalah pada janji-janji Allah bahwa ia tidak akan pernah meninggalkan Anda atau meninggalkan Anda.
Solusi untuk mengatasi kebohongan musuh adalah mengisi pikiran Anda dengan firman Tuhan sampai tidak ada ruang bagi iblis untuk memasuki pikiran Anda. Buatlah tujuan untuk sepenuhnya jenuh dan percaya setiap kata dalam Alkitab. Kapan saja musuh berusaha membisikkan pikiran jahat ke dalam pikiran Anda, lawanilah dengan Firman Tuhan.
Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus. 2 Korintus 10: 3-5