Khotbah berfokus pada analisis mendalam tentang kisah Kain dan Habel dari Kitab Kejadian, menekankan pentingnya hikmat Allah dan perkenanan-Nya atas persembahan. Pembicara menggunakan kisah tersebut untuk menjelaskan bahwa persembahan Habel diterima karena iman dan sesuai dengan hukum Tuhan, yang disiratkan sebelum Taurat tertulis. Lebih lanjut, dibahas bagaimana Kain berasal dari si jahat dan bagaimana usahanya untuk menghentikan rencana ilahi gagal, yang kemudian diganti dengan kelahiran Set. Akhirnya, ditutup dengan peringatan untuk tidak mengandalkan pemahaman sendiri tetapi pada hikmat Allah, sambil mengaitkan narasi kuno ini dengan tantangan kehidupan modern dan sudut pandang Iblis mengenai akhir zaman.
Catatan ini disusun berdasarkan ulasan dan pengajaran, khususnya mengenai kisah Kain dan Habel, hukum Allah, strategi Iblis, dan konsep hidup ilahi (Zoe).
I. Kelanjutan Pengajaran dan Doa Awal
Pengajaran ini melanjutkan pembahasan sesi sebelumnya mengenai sudut pandang iblis. Doa di awal pengajaran mengungkapkan rasa syukur atas bimbingan Tuhan menuju pencapaian seluruh kebenaran dan kehendak-Nya. Jemaat didoakan agar dibentuk dan ditingkatkan (upgrade) hidupnya oleh Tuhan, sehingga menjadi solusi dan jawaban atas kebutuhan Tuhan. Roh Kudus berkarya tanpa batas untuk menuntun, menyingkapkan, dan memberikan hikmat ilahi agar rencana Tuhan terwujud dalam masa hidup ini. Penekanan juga diberikan pada kuota kepercayaan yang harus diselesaikan selama hidup dan hidup ilahi (Zoe) yang kekal yang lahir dan tumbuh dalam kehidupan orang percaya.
II. Sudut Pandang Iblis dan Hukum Allah
Minggu lalu dibahas bahwa iblis memakan umpan yang disediakan oleh Allah. Iblis menyangka Pohon Pengetahuan yang Baik dan yang Jahat di Taman Eden adalah ujian pembentukan bagi manusia. Iblis menyangka rencana Allah untuk menjadikan manusia sangat berkuasa di bumi hanyalah sekadar pembagian dua pemerintahan: kerajaan Allah melalui manusia dan kerajaan iblis.
Namun, Tuhan berdiri pada hukum-hukum-Nya untuk mewujudkan solusi abadi di bumi.
III. Persembahan Kain dan Habel
Setelah Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden, Hawa melahirkan Kain dan berseru bahwa ia mendapat anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan. Hawa berharap anak sulung ini (Kain) akan menghasilkan Zao (hidup ilahi yang berasal dari Allah). Kain menjadi petani dan Habel, adiknya, menjadi gembala kambing domba.
Persembahan Kain: Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanahnya.
Persembahan Habel: Habel mempersembahkan anak sulung kambing dombanya, khususnya lemak-lemaknya.
Tuhan mengindahkan Habel dan persembahannya, tetapi tidak mengindahkan Kain dan persembahannya. Akibatnya, hati Kain menjadi sangat panas dan mukanya muram; ia kesal kepada Tuhan.
IV. Hikmat Hukum Allah yang Tak Tertulis
Meskipun Hukum Taurat (hukum tertulis) baru diberitahukan kepada Israel 2.500 tahun kemudian, hukum Allah tentang persembahan sudah ada.
Untuk Hewan: Segala yang lahir terdahulu dari kandungan (anak jantan sulung) adalah milik Tuhan (Keluaran 13:12).
Untuk Hasil Bumi: Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu (Amsal 3:9).
Prinsip Darah: Hukum Taurat menyatakan bahwa hampir segala sesuatu disucikan dengan darah, dan tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan (Ibrani 9:22).
Habel dapat mengetahui hukum ini melalui iman dan rohnya, dan bertindak sesuai dengan hukum yang disukai Tuhan. Sebaliknya, Kain, yang perbuatannya jahat dan berasal dari "si jahat" (setan), mencoba menggunakan pembunuhan sebagai titik pengembangan kerajaan setan di bumi.
V. Darah-darah Habel dan Strategi Abadi Allah
Setelah Kain membunuh Habel, Tuhan bertanya kepada Kain, "Di mana Habel adikmu?". Tuhan menyatakan bahwa "darah adikmu itu berteriak kepadaku dari tanah".
Dalam bahasa Ibrani aslinya, kata yang digunakan adalah jamak (blats), berarti "darah-darah". Ini bukan hanya darah Habel seorang, melainkan menunjuk pada:
Kehidupan yang terbangun pada diri Habel.
Keturunan-keturunan atau generasi-generasi selanjutnya yang memiliki Zoe (hidup ilahi) Habel yang berasal dari Tuhan.
Teriakan "darah-darah" ini bukan menuntut pembalasan. Ini adalah bagian dari hikmat Allah. Iblis tidak memiliki hikmat Allah; ia hanya memiliki hikmat dunia dan hikmat penguasa dunia ini. Iblis berupaya menggagalkan rencana Tuhan dengan membunuh Habel.
VI. Set sebagai Pengganti dan Kekekalan Zoe
Kain, setelah membunuh, pergi dari hadirat Tuhan dan menetap di tanah Nod. Harapan Allah seolah-olah mengalami deadlock.
Namun, kemudian Adam dan Hawa melahirkan Set (Seth). Hawa menamainya Set karena, katanya, "Allah telah mengaruniakan kepadaku anak yang lain sebagai ganti Habel".
Pentingnya Pengganti: Set menerima Zoe Allah. Ini menunjukkan bahwa harapan Allah tidak pernah putus.
Zoe yang Kekal: Meskipun Habel mungkin belum menikah dan tidak memiliki keturunan secara lahiriah, Tuhan sanggup memberikan gantinya. Zoe Allah adalah kekal. Bahkan setelah seseorang dipanggil Tuhan, Tuhan tahu siapa yang akan melanjutkan kuota kepercayaan yang telah diselesaikan, tanpa melalui keturunan lahiriah atau pernikahan.
Silsilah: Set menjadi harapan yang pasti karena dari generasinya akan muncul Kebenaran. Silsilah Yesus (Lukas 3:38) menelusuri kembali kepada Enos, Set, Adam, dan Anak Allah. Allah tidak dibatasi; hidup ilahi (Zoe) tidak dibatasi.
VII. Peradaban Tanpa Tuhan dan Munculnya Dewa-dewa
Kain pergi dari hadirat Tuhan. Ia kemudian membangun sebuah kota yang dinamai Henokh, menurut nama anaknya. Ini melambangkan pembangunan peradaban manusia dengan kekuatan manusia, tanpa mengundang Tuhan, dan tujuannya adalah memuliakan diri sendiri—mirip dengan spirit Babel. Keturunan Kain menunjukkan kemajuan peradaban yang luar biasa dalam teknologi (membuat kemah, memelihara ternak, musik, tukang tembaga dan besi).
Pada masa Set hidup, ia memperanakkan Enos. Sumber ini mengklarifikasi terjemahan Kejadian 4:26. Dikatakan, "Waktu itulah orang mulai memanggil nama Tuhan," tetapi terjemahan yang lebih akurat (berdasarkan penjelasan dalam sumber) adalah bahwa ketika Enos lahir, orang mulai memanggil diri mereka sendiri sebagai Tuhan. Inilah asal mula munculnya dewa-dewa, yaitu manusia perkasa (gibah) yang membuat kesejahteraan hidup dengan kemampuan mereka sendiri yang dianggap seperti kemampuan Allah.
VIII. Peringatan Akhir
Jemaat diperingatkan untuk tidak bersandar kepada pengertian mereka sendiri (Amsal 3:5). Hikmat Allah sangat penting; jika menjalani hidup tanpa hikmat Allah, seseorang akan gagal, bahkan jika mereka memiliki cita-cita dan kemampuan. Jalan Tuhan sangat berbeda dengan jalan dunia dan jalan si jahat. Meskipun jalan Tuhan mungkin tampak tidak populer atau tidak bernilai menurut dunia, itulah yang diinginkan dan dinilai tinggi oleh Tuhan.
Cara Tuhan bekerja seringkali tersembunyi, dan meskipun kerusakan bumi semakin buruk, Iblis tidak menghalangi rencana Allah karena Iblis tidak memiliki hikmat Allah.