Khotbah ini membahas karakteristik gereja yang diinginkan Tuhan, mengacu pada Kitab Kidung Agung dan ayat-ayat Alkitab lainnya. Pembicara menafsirkan secara rohani berbagai bagian tubuh wanita Sunem yang dipuji dalam Kidung Agung, seperti bibir, mulut, pelipis, dan leher, menghubungkannya dengan sifat-sifat rohani yang seharusnya dimiliki oleh jemaat. Dia menekankan pentingnya ketulusan dalam perkataan, kemurnian pikiran, dan karakter yang kuat dan tangguh seperti yang digambarkan oleh "menara Daud" dan "pahlawan-pahlawan" (gibor) yang mampu menahan serangan iblis. Khotbah ini mendorong pendengar untuk memiliki kekuatan dalam Tuhan melalui anugerah-Nya dan karakter yang diperindah oleh ketaatan dan kesetiaan.
Pengkhotbah mengajak pendengar untuk berdoa memohon hikmat, pengertian, dan wahyu dari Roh Kudus agar dapat memahami dan mengaplikasikan firman Tuhan untuk menjadi jawaban atas kerinduan Tuhan akan gereja sebagai kekasih-Nya. Kemudian, pembahasan dilanjutkan dengan perkataan Sang Gembala yang memuji kepribadian Gadis Sunem, menyatakan bahwa ini adalah pujian Tuhan bagi gereja jika ditemukan memiliki karakteristik seperti wanita Sunem ini.
Berikut adalah bagian-bagian tubuh yang dipuji dan makna rohaninya:
Bibir
Disebutkan bagaikan seutas pita kirmizi. Warna kirmizi (merah) dikaitkan dengan benang kirmizi yang digunakan Rahab sebagai tanda keselamatan, yang menunjukkan iman dan janji kesepakatan dengan Israel.
Bibir adalah organ untuk berekspresi, khususnya melalui pujian dan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya (Ibrani 13:15).
Bibir dapat menghasilkan "buah" (fruit of the lips), yaitu pujian, damai sejahtera bagi yang jauh dan dekat (Yesaya 57:19).
Pujian terhadap bibir seperti pita kirmizi menandakan bibir tersebut adalah tanda keselamatan.
Ini mencerminkan kata-kata yang keluar dari dasar iman dan keteguhan iman untuk tetap setia dan bersumpah setia kepada Tuhan, mengekspresikan pujian dan syukur kepada-Nya.
Hal ini berkebalikan dengan Yesaya yang merasa celaka karena najis bibir dan tinggal di tengah bangsa yang najis bibir (Yesaya 6:5). Yesaya disucikan bibirnya dengan bara dari mezbah sebelum diutus berbicara kepada bangsa Israel.
Banyak orang memanggil nama Tuhan (Zefanya 3:9), beribadah dengan bahu membahu, yang membutuhkan kesepakatan hati, bukan hanya di mulut.
Mulut
Disebutkan "Elok mulutmu" atau Indah, cantik.
Makna mulut di sini merujuk pada perkataan.
Keelokan mulut dikaitkan dengan kejujuran dalam kata-kata dan memegang komitmen.
Sumber mengontraskan dengan orang yang tidak jujur, yang perkataannya mengalihkan maksud atau mencoba memperdaya Tuhan (Mazmur 78:36, Yesaya 29:13). Tuhan tidak dapat diperdaya atau dibohongi dengan mulut, padahal hati menjauh dari-Nya.
Kata-kata hendaknya senantiasa penuh kasih, bukan kata-kata hambar yang tidak memiliki rasa atau makna (Kolose 4:6).
Mulut yang elok (indah) adalah yang perkataan dari bibirnya mengkonfirmasi apa yang ada di hatinya.
Pelipis
Disebutkan bagaikan belahan buah delima di balik telekung (cadar). Meskipun tertutup, Sang Gembala (Tuhan) dapat melihatnya.
Pelipis disini melambangkan pikiran.
Tuhan dapat melihat dan membaca pikiran, bahkan ketika orang berpikir dalam hatinya (Markus 2:5-8).
Pikiran menjadi pujian di mata Tuhan apabila pikiran tersebut murni dan tertuju pada-Nya.
Digambarkan seperti belahan buah delima (merah, indah, banyak biji dan airnya), melambangkan darah Kristus, kelimpahan akibat pengorbanan Kristus, dan benih-benih yang dapat ditanam dan menghasilkan buah, bahkan ribuan. Pikiran yang murni dan ilahi dapat menjadi benih yang dituai dan menjadi benih bagi orang lain, membangun pola hidup ilahi.
Leher
Disebutkan seperti Menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata, seribu perisai tergantung padanya, dan gada para pahlawan semuanya.
Leher di Alkitab sering mencerminkan karakter atau kepribadian.
Ini kontras dengan sifat "tegar tengkuk" (keras kepala, tidak mau diatur, tidak taat, menentang Roh Kudus) seperti yang ditudingkan kepada Israel (Yesaya 48:4, Kisah Para Rasul 7:51, Ulangan 10:16), atau "jenjang leher" yang menunjukkan kesombongan (Yesaya 3:16).
Dosa dapat menjadi "kuk berat" di leher yang melumpuhkan kekuatan rohani (Ratapan 1:14). Beban berat juga dapat diletakkan di leher oleh orang lain (Kisah Para Rasul 15:10, Matius 23:4). Kristus menawarkan kuk yang enak dan beban yang ringan (Matius 11:29-30).
Rantai di leher adalah gambaran tawanan (Yesaya 52:2). Gereja (wanita Sunem) dipuji karena menampilkan karakter orang merdeka, bukan budak.
Leher diperindah dengan mengalungkan kasih dan setia (Amsal 3:3), mentaati perintah dan ajaran (Amsal 6:20-22). Ketaatan dan karakter yang ilahi akan memimpin langkah hidup.
Karakter tegar tengkuk disebabkan oleh pikiran yang salah. Sunat hati (pikiran) diperlukan agar karakter tidak tegar tengkuk, karena jiwa dan pikiran mengekspresikan karakter.
Gambaran Menara Daud dan seribu perisai/gada pahlawan (gibor) melambangkan karakter yang kuat, perkasa (mighty), luhur, dan ilahi, tidak berubah dalam berbagai situasi dan serangan musuh.
Ini dikaitkan dengan menjadi kuat di dalam Tuhan dan dalam kekuatan kuasa-Nya (Efesus 6:10). Kekuatan ini berasal dari Tuhan (dunamis) dan kuasa-Nya (kratos), yaitu kasih karunia Allah (2 Korintus 12:9-10). Karakter jiwa yang kuat seperti iman para pahlawan iman yang sanggup bertahan dalam berbagai keadaan (Ibrani 11).
Menara penyimpanan senjata/perisai melambangkan karakter yang mampu menyimpan dan menggunakan perlengkapan senjata Allah (Efesus 6:11), khususnya perisai iman (Efesus 6:16) yang dapat memadamkan semua panah api si jahat dalam berbagai situasi. Iman yang kuat penting karena jika iman hancur, karakter dapat berubah menjadi buruk.
Secara keseluruhan, khotbah ini menekankan bahwa pujian Tuhan terhadap gereja sebagai kekasih-Nya (dilambangkan oleh Gadis Sunem) bukanlah berdasarkan penampilan fisik semata, melainkan pada karakter rohani yang termanifestasi melalui perkataan (bibir dan mulut), pikiran (pelipis), dan kepribadian yang kuat serta taat (leher). Karakter ini dibangun oleh Tuhan melalui anugerah-Nya dan ketaatan pada firman-Nya, memungkinkan gereja untuk tetap tangguh dan ilahi dalam menghadapi tantangan.