Khotbah ini berfokus pada karakteristik gereja yang diharapkan Tuhan sebagai "kekasih-Nya", menggunakan perumpamaan dari Kitab Kidung Agung, khususnya kisah wanita Sunem (Sulam/Sulamite) dan perjalanannya. Papa Djonny menekankan pentingnya kerinduan yang mendalam dan terus-menerus untuk mencari Tuhan, seperti yang digambarkan oleh pencarian sang gadis terhadap kekasihnya di kota. Khotbah ini juga menyoroti pentingnya ketaatan kepada pemimpin rohani dan bahaya cinta atau kasih yang tidak tulus yang didasarkan pada nafsu atau berkat materi, berbeda dengan cinta sejati kepada Tuhan yang didasarkan pada pengenalan akan diri-Nya. Akhirnya, ditegaskan bahwa gereja yang menjadi kekasih Tuhan akan memiliki prinsip hidup yang teguh dan hanya mencari Kerajaan Allah serta kebenaran-Nya.
Tuhan memiliki harapan agar gereja menjadi kekasih-Nya.
Harapan Tuhan ini diharapkan terwujud dalam kehidupan setiap orang percaya.
Gereja yang diharapkan Tuhan memiliki karakteristik khusus.
Hawa yang Terakhir dan Gadis Sulam/Sunem
Pembahasan melanjutkan topik "Hawa yang terakhir", yang diidentifikasikan dengan karakteristik gereja yang diharapkan Tuhan.
Narasi dari Kidung Agung pasal 3 digunakan sebagai perumpamaan, berfokus pada gadis Sulam atau Sunem.
Gadis ini digambarkan sebagai seseorang yang dicobai dengan dahsyat, tetapi tetap teguh.
Kid 3:1 Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia. 2 Aku hendak bangun dan berkeliling di kota; di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan kucari dia, jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia. 3 Aku ditemui peronda-peronda kota. "Apakah kamu melihat jantung hatiku?" 4 Baru saja aku meninggalkan mereka, kutemui jantung hatiku; kupegang dan tak kulepaskan dia, sampai kubawa dia ke rumah ibuku, ke kamar orang yang melahirkan aku.
Kerinduan yang Besar untuk Mencari dan Menemukan Tuhan
Kidung Agung 3:1-4 melukiskan gadis itu mencari kekasihnya di atas ranjang, di kota, di jalan-jalan, dan di lapangan-lapangan. Ini menggambarkan kerinduan yang luar biasa untuk mencari Tuhan.
Hati yang selalu ingin mencari Tuhan meskipun Dia belum datang kembali ke bumi adalah hati yang luar biasa dan diharapkan Tuhan ada dan tumbuh dalam diri orang percaya.
Mazmur 130:6 dikutip: "Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih daripada pengawal mengharapkan pagi". Ini adalah prinsip Ilahi atau hukum Tuhan.
Yeremia 29:12-14 menyatakan prinsip dan hukum Tuhan: "apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepadaku maka aku akan mendengarkan kamu apabila kamu mencari aku kamu akan menemukan aku apabila kamu menanyakan aku dengan segenap hati aku akan memberi kamu menemukan aku".
Jika seseorang tidak memiliki kerinduan besar untuk mencari Tuhan lewat jiwa dan pikiran, akan sulit mengalami hadirat-Nya. Datang ke gereja atau tempat doa hanya karena rutinitas akan menimbulkan kesulitan mengalami hadirat Tuhan.
Mencari Tuhan harus datang dari inisiatif proaktif dari orang percaya. Jika tidak mencari, Tuhan akan susah ditemui.
Maria Magdalena dijadikan tokoh Alkitab yang sangat merindukan dan mencari Tuhan. Yohanes 20:11-16 menceritakan bagaimana Maria Magdalena menangis di dekat kubur Yesus, mencari-Nya, dan akhirnya menemukan Dia. Kisah Maria Magdalena membuktikan prinsip Yeremia 29:12-14.
"Mencari Tuhan" bukan berarti Tuhan tidak ada, melainkan menunjukkan karakter hidup yang terus terbangun.
Meskipun si gadis desa tidak tahu situasi kota, semangat dan karakternya untuk selalu mencari dan mendapatkan kekasihnya (Tuhan) tetap melekat kuat. Kerinduan dan ketetapan hati ini harus dipelihara agar menjadi kuat.
Bertanya kepada Penjaga (Pemimpin)
Si gadis bertanya kepada peronda-peronda kota apakah mereka melihat kekasihnya.
Secara alegoris, peronda-peronda atau penjaga ini adalah pemimpin-pemimpin gereja.
Ibrani 13:17 menekankan untuk menaati dan tunduk kepada pemimpin karena mereka berjaga-jaga atas jiwa orang percaya. Ketaatan ini hendaknya dilakukan dengan gembira.
Ibr 13:17 Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.
Sumber mengkritik orang yang menolak pemimpin karena tidak sesuai dengan gambaran ideal mereka.
Ketaatan Yesus kepada Yusuf, meskipun bukan ayah biologisnya, dijadikan contoh pentingnya menghormati orang tua/pemimpin (Matius pasal 5).
Nabi Yeremia juga mengangkat penjaga (Yeremia 6:17), dan Tuhan mengkonfirmasi bahwa pemimpin datang dari Tuhan, bukan kebetulan. Pemimpin diproses dan diasah oleh Allah.
Yer 6:17 Juga aku mengangkat atas mereka penjaga-penjaga, firman-Ku: Perhatikanlah bunyi sangkakala! Tetapi mereka berkata: Kami tidak mau memperhatikannya!
Menghargai pemimpin adalah kebiasaan orang Ibrani yang ditiru si gadis. Menolak atau tidak menghargai pemimpin yang diangkat Tuhan adalah hal yang diperingatkan (Yeremia 6:17).
Prinsip Tidak Membangkitkan Cinta Sebelum Diingininya
Kid 2:7 Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem, demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa betina di padang: jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya!
Kid 3:5 Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem, demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa betina di padang: jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya!
Si gadis menyumpahi putri-putri Yerusalem (para ratu, para selir dan gadis-gadis) agar tidak membangkitkan atau menggerakkan cinta sebelum diingininya. Ini adalah penegasan prinsip hidupnya, dikatakan dua kali dalam Kidung Agung (Kidung 2:7 dan Kidung 3:5).
"Kasih yang tidak diinginkan" atau "cinta yang palsu" adalah cinta yang terjadi bukan dari kemurnian dan ketulusan hati, melainkan disebabkan nafsu daging.
Putri-putri Yerusalem digambarkan memiliki andil dalam membuat si gadis Sunem nyaris menerima pinangan Raja Salomo; mereka membangkitkan cinta berdasarkan nafsu.
Sebaliknya, si gadis Sunem memiliki prinsip kebenaran yang teguh mengenai hubungan cinta dengan kekasihnya (Sang Gembala).
Kijang dan rusa betina di Padang (yang dipakai untuk bersumpah) adalah makhluk yang tulus, berhati, tidak mengganggu, dan mengekspresikan kemurnian dan ketulusan cinta. Ini mewakili karakter Sang Kekasih (Kristus).
Cinta sejati Kristus kepada gereja-Nya didasarkan pada keinginan bersama tanpa gangguan, seperti hubungan antara si gadis dan Gembala. Prinsip ini harus disiapkan sebelum menghadapi pencobaan.
Putri-putri Yerusalem (Gereja yang Tidak Diharapkan)
Putri-putri Yerusalem secara alegoris mewakili gereja yang tidak memiliki karakteristik yang diharapkan Tuhan sebagai kekasih-Nya.
Mereka bergairah karena merasa diberkati atau jemaat merasa diberkati. Cinta mereka kepada Tuhan didasarkan pada berkat-berkat yang diterima, bukan pada Tuhan itu sendiri.
Ini dikontraskan dengan Rasul Paulus dan sahabat-sahabatnya yang tetap mengasihi dan melayani Tuhan meskipun kekurangan.
Mereka digambarkan bisa membangkitkan menggerakkan cinta sebelum diingini. Contohnya adalah khotbah yang mendorong orang untuk melayani atau menyerahkan hidup karena diberkati.
Hati mereka mengejar keuntungan yang haram, meskipun mulut penuh kata cinta kasih (seperti Yehezkiel 33:31). Mereka berbeda di bibir dan di hati, tidak seperti si gadis.
Yeh 33:31 Dan mereka datang kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapanmu sebagai umat-Ku, mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar keuntungan yang haram.
Mencintai Tuhan karena berkat membuat orang hanya menjadi "umat Tuhan" dan tidak menjadi "kekasih Tuhan". Hubungan yang didasarkan pada keuntungan cenderung kandas ketika berhadapan dengan kenyataan hidup.
Cinta Sejati kepada Tuhan
Mat 22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Berdasarkan Matius 22:37, cinta sejati kepada Tuhan adalah mengasihi-Nya dengan segenap hati (kardia), jiwa (pikiran, perasaan, kehendak), dan akal budi (mind). Kasih ini adalah kasih Agape.
Bahaya terbesar ada pada pikiran, yang sering mengacaukan kemurnian hati dan cinta. Pikiran dapat menggerakkan cinta, baik yang murni maupun yang palsu.
Keintiman dan Persatuan dengan Kristus
Si gadis ingin membawa kekasihnya ke rumah Ibunya, ke kamar orang yang melahirkannya. Ini melambangkan keintiman, pernikahan, dan kemanunggalan (persatuan) dengan Kristus.
Keinginan untuk membawa ke "kamar orang yang melahirkan aku" menunjukkan kerinduan yang lebih dalam lagi, bukan sekadar hubungan biasa, melainkan keintiman mendambahkan penggenapan rencana Tuhan yang abadi. Ini tempat di mana ia merasa dimengerti.
Keintiman dalam pernikahan adalah puncak, dan ini mendambahkan keintiman dalam hubungan dengan Tuhan.
Hidup Suci dan Saleh sebagai Wujud Kerinduan
Memiliki kerinduan yang besar untuk berjumpa dengan Tuhan akan mendorong orang percaya untuk hidup suci dan saleh (kudus dan godliness).
"Godliness" adalah kehidupan di mana ada pengabdian dan penyembahan kepada Tuhan.
Sikap ini merupakan sikap menantikan dan mempercepat (hastening) kedatangan Tuhan. Mempercepat kedatangan Tuhan berarti memiliki spirit kerinduan yang besar untuk berjumpa dengan-Nya muka dengan muka.
Kontras dengan Prinsip Dunia dan Salomo
Salomo melambangkan prinsip dunia yang berusaha memikat si gadis dengan kemegahan (pakaian indah). Salomo "mendandani" si gadis secara fisik.
Prinsip Salomo bertolak belakang dengan prinsip Tuhan. Tuhan "mendandani" (memproses dan membangun) bagian dalam: passion, kesetiaan, iman, kerinduan, dan keteguhan.
Perumpamaan bunga bakung di ladang (Matius 6:28-29) menunjukkan bahwa dandanan Tuhan jauh melebihi kemegahan Salomo.
Mat 6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, 29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
Orang percaya diharapkan hidup berbanding terbalik atau berlawanan dengan dunia.
Kekhawatiran dan Hawa Nafsu Dunia
Matius 6:25-33 berbicara tentang kekhawatiran akan hidup, makanan, minuman, dan pakaian. Kekhawatiran ini berpusat pada jiwa (psuche) dan pikiran. Pakaian juga melambangkan status sosial.
Yesus mengajarkan untuk tidak khawatir karena Bapa di surga tahu kebutuhan kita dan memelihara ciptaan-Nya (burung, bunga).
1Yoh 2:15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. 16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.17 Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
1 Yohanes 2:15-17 memperingatkan jangan mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Mengasihi dunia berarti kasih akan Bapa tidak ada. Segala sesuatu di dunia (keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup) bukan berasal dari Bapa. Keinginan mata dan keangkuhan hidup terutama digerakkan oleh pikiran dan jiwa.
Dunia dan keinginannya sedang lenyap, tetapi melakukan kehendak Allah tetap hidup selamanya. Keteguhan datang dari keinginan untuk berjumpa dengan Kekasih (Tuhan).
Mencari Kerajaan Allah dan Kebenaran-Nya
Mat 6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. 33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Matius 6:32 menyatakan bahwa segala hal duniawi (makanan, pakaian, dll.) dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Matius 6:33 memberikan solusi: Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya.
Mencari Kerajaan Allah berarti membiarkan pemerintahan Allah berkuasa dalam diri. Kebenaran-Nya juga harus ditemukan dan diekspos dalam hidup.
Jika ini dilakukan, "semuanya itu akan ditambahkan kepadamu". Ini berarti Tuhan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan duniawi bagi mereka yang memiliki Kerajaan Surga dan kebenaran-Nya. Hal ini memungkinkan keteguhan.
Si gadis Sunem bisa tetap teguh karena Tuhan menjamin hal-hal lain (kebutuhan) bagi mereka yang berfokus pada-Nya.
Karakteristik Gereja Kekasih Tuhan yang Diharapkan
Selalu memiliki kerinduan dan cinta kepada Tuhan.
Mencari pengenalan akan Tuhan lebih lagi, melebihi berkat.
Tetap teguh dalam berbagai keadaan, bahkan saat diserang bujukan duniawi (seperti putri-putri Yerusalem dan Salomo).
Prioritas utamanya adalah Tuhan sebagai Kekasih, bukan hanya sebagai Juru Selamat, Anak Domba Allah, atau Imam Besar.
Berada dalam posisi di mana ia bisa berdiri teguh dan tidak tergoyahkan.
Semoga catatan ini memberikan pemahaman yang komprehensif dan memberkati Anda.