Sesi 12 Manusia Kerajaan Sorga ini membahas interpretasi alkitabiah mengenai kemerosotan spiritual umat manusia dari keturunan Set, yang awalnya merupakan pengharapan Tuhan, menjadi fokus pada keinginan kedagingan. Kita mengulas Kitab Kejadian pasal 4 dan 6, membandingkan keturunan Kain yang membangun peradaban tanpa Tuhan dengan keturunan Set, yang disebut anak-anak Allah. Kemunduran ini ditandai dengan anak-anak Allah yang tertarik pada kecantikan lahiriah anak-anak perempuan manusia, yang dianggap sebagai representasi daya tarik daging yang dibangun oleh keturunan Kain. Kejahatan yang meluas dan berkesinambungan ini, di mana Roh Tuhan tidak lagi berguna, memilukan hati Tuhan dan mendorong-Nya untuk memusnahkan segala makhluk hidup melalui air bah, kecuali Nuh dan keluarganya karena Nuh seorang diri didapati benar dan bergaul dengan Allah.
Catatan Lengkap Mengenai Kondisi Manusia, Penilaian Allah mengenai keturunan Set, kemunduran rohani manusia, penyesalan Tuhan, dan penghukuman yang terjadi pada zaman Nuh:
Garis Keturunan Manusia dan Perkembangan Kejahatan
Garis Keturunan Set (Anak-anak Allah):
Set melahirkan Enos, sebagaimana tercatat dalam Kitab Kejadian pasal 4 ayat terakhir (ayat 26).
Dari garis keturunan Set inilah, yang melahirkan Yesus, penyebutannya adalah anak-anak Allah.
Kitab Lukas dalam silsilah keturunan Yesus menyebut Adam adalah anak Allah, yang merupakan cikal bakal dari anak Allah.
Garis keturunan Set merupakan pengharapan Tuhan.
Garis Keturunan Kain (Anak-anak Manusia):
Keturunan Kain disebut anak-anak manusia oleh Musa, yang diartikan sebagai original atau diri manusia tanpa Tuhan.
Kain lari dari hadapan Tuhan dan membangun peradaban yang canggih, hebat, dan luar biasa tanpa Tuhan.
Keturunan Kain mulai memanggil diri mereka sebagai “Tuhan”, menandakan kondisi yang memburuk (karakter yang serupa iblis, ingin menyamai yang Maha Tinggi).
Dari keturunan Kain mulai bertumbuh yang disebut dengan dewa-dewa.
Mereka membangun peradaban, kemajuan, dan membuat perempuan-perempuan mereka menjadi cantik secara lahiriah (mungkin dengan penemuan bahan-bahan dan alat-alat kosmetik).
Naama, adik perempuan Tubal Kain (Kejadian 4:22), berarti "dicintai" (loveliness) atau kecantikan yang menyenangkan untuk dilihat, tetapi menurut ukuran daging, bukan ukuran Tuhan. Hanya nama Naama dari keturunan Kain yang disebut.
(spirit Kain tidak bisa mati ditenggelamkan air bah, tapi menjelma menjadi spirit Babel.
(Setelah peristiwa air bah, Allah memulai lagi dari Sem, mulai membangun kemah atau rumah rohani Sem.)
(Rumah rohani Sem merumahi Arpaksad, Selah, Eber alias Heber alias Hebrew alias Ibrani dan keturunan Eber; termasuk abang Yafet. Kejadian 10:21 (TB) Lahirlah juga anak-anak bagi Sem, bapa semua anak Eber serta abang Yafet).
(Keturunan rohani ini hampir terputus pada Terah, karena ia bergaul dengan keturunan Kain, yaitu keturunan Nimrod, raja Babel. Kej 10:8-10)
(Allah harus memulai lagi pada Abram dan memanggilnya keluar dari Ur Kasdim, di Mesopotamia)
(Abram berusaha dibelokkan ke Mesir dan hasilnya adalah Ismael dan keturunannya).
(Kita melihat pola iblis yang selalu berusaha menghancurkan apa yang Allah mau bangun atau menjadikan. Ia menghancurkan bumi pertama dan juga Kain, yang merupakan pengharapan Tuhan, karena ia yang sulung).
(Demikian juga ia mengacak-acak keturunan Set, yakni pada zaman Enos. Kej 4:26 dimana ada orang-orang yang meninggikan diri dan disebut dewa-dewa.
(Melalui Sem pula, Tuhan mulai membentuk keimamatan Melkisedek.)
Dan akhirnya Tuhan menemukan Abraham dan memulai lagi darinya.
Abram dikenal sebagai orang Ibrani (Hebrew atau keturunan Eber) Kej 14:23. Artinya Abram pernah masuk atau menjadi anak rohani pada rumah rohani Sem.
Sem diutus Tuhan melalui keimamatan Melkisedek untuk menyelamatkan Abram dari Sodom, setelah Allah menyertai Abram dalam peperangan. Kej 14:18-20.
Keimamatan Melkisedek memberkati, menolong dan menguatkan kita dalam masa peperangan, waktu pencobaan dan mengambil keputusan.
II. Kemunduran Rohani dan Kekuatan Daging
Anak-anak Allah Jatuh dalam Kedagingan:
Anak-anak Allah (dari garis Set) melihat anak-anak perempuan manusia (dari garis Kain) itu cantik-cantik.
Mereka mengambil istri dari perempuan-perempuan yang disukai mereka.
Ini adalah suatu kemunduran bagi anak-anak Allah. Mereka tidak melihat dengan mata spiritual, melainkan menilai segala sesuatu secara lahiriah atau daging.
Daya tarik kecantikan adalah sebuah penarikan kuat kepada kekuatan daging. Jika seseorang tertarik pada kecantikan wanita, itu berarti dagingnya yang diseret untuk memberikan penilaian lahiriah.
Kemunduran ini merupakan upaya iblis untuk membangun kerajaan dunia dengan versinya agar ia menjadi penguasa di bumi, sehingga dapat menggagalkan rencana Allah.
Hidup Menurut Daging:
Manusia mulai hidup secara daging saja, berjalan menurut pilihan kedagingannya sendiri. Allah atau Roh Allah tidak dilibatkan dalam hal itu.
Daging berasal dari debu tanah (Kejadian 3:14). Iblis dikutuk untuk memakan debu tanah seumur hidupnya, yang berarti iblis memakan kehidupan kedagingan manusia atau tubuh manusia. Kutukan ini terjadi terus-menerus.
Keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh Allah (Galatia 5:17).
Jika seseorang selalu ingin memuaskan keinginan dagingnya (bukan hanya seksual, tetapi juga kepuasan, martabat, reputasi), itu adalah kejahatan yang besar di mata Tuhan.
Hati yang Jahat:
Tuhan mendapati bahwa segala kecenderungan hati manusia selalu membuahkan kejahatan semata-mata (continually).
Hati terdiri dari batin (roh), pikiran, perasaan, dan kehendak bebas (jiwa).
Roh memang penurut (setiaan) tetapi daging lemah (Matius 26:41). Hati yang jahat berarti unsur jiwa (terutama pikiran) bertentangan dengan kehendak dan kebenaran.
Manusia selalu ingin memuaskan kedagingan dan berfokus pada apa yang terbaik untuk dirinya/cita-citanya.
Kondisi Rohani Puncak Kejahatan:
Berfirmanlah Tuhan, "Rohku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia" karena manusia itu adalah daging (Kejadian 6:3).
Roh Tuhan tidak lagi berguna karena selalu ditentang oleh keinginan daging.
Tujuan Roh Kudus adalah menyadarkan dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yohanes 16:8), serta memimpin ke dalam seluruh kebenaran (Yohanes 16:13).
Tuhan memberikan batas waktu 120 tahun (sejak didapati Roh Kudus tidak berguna) untuk Nuh membangun Bahtera.
III. Nefilim dan Penyesalan Allah
Orang-orang Perkasa (Nefilim):
Ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, mereka melahirkan anak-anak.
Pada waktu itu, ada orang-orang raksasa (Nevil) di bumi.
Nefilim diartikan sebagai orang-orang yang telah fail (gagal atau jatuh) dari dosa dan ketidakbenaran.
Mereka disebut orang-orang gib dalam terjemahan Ibrani: orang gagah perkasa, orang sukses, bertenaga kuat, pejuang, berani, hebat, orang-orang kenamaan (populer, memiliki martabat/reputasi sham).
Penyesalan dan Kedukaan Tuhan:
Ayat yang mengerikan (Kejadian 6:6): Maka menyesallah Tuhan bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi dan hal itu memilukan hatinya.
Penyesalan (repented/bertobat/berbalik arah) Tuhan terjadi karena Ia telah asah (memproses) manusia lewat Roh-Nya agar segambar dan serupa dengan Dia, tetapi upaya itu sia-sia.
Hal ini memilukan dan mendukakan hati Tuhan (grief—duka spiritual).
Tuhan menganggap tidak ada gunanya lagi memproses lanjut manusia untuk menggenapi rencana-Nya (Kejadian 1:26-29).
Kondisi ini disebut kegelapan spiritual menutupi bumi (Yesaya 60:2).
IV. Penghakiman dan Nuh
Keputusan Penghukuman:
Tuhan berfirman, "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab aku menyesal bahwa aku telah menjadikan mereka" (Kejadian 6:7).
Allah akan melenyapkan manusia demi tercapainya rencana-Nya (Kejadian 1:26-29) dan untuk menjadikan langit baru dan bumi baru (Yesaya 66:22).
Tuhan memutuskan mengakhiri hidup segala makhluk karena bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka (Kejadian 6:13).
Yang Allah musnahkan adalah yang hidup dalam kondisi kedagingan, hanya sebagai makhluk ciptaan, seperti binatang. Bumi sangat rusak (koruphat) di hadapan Allah.
Hukum Penghakiman Allah:
Allah adalah pemilik bumi dan hanya orang-orang benar yang diizinkan tinggal di sana (Mazmur 24:1).
Allah tidak menghukum semena-mena, tetapi hanya apabila kejahatan manusia sudah mencapai batas full (genap/lengkap/wholess).
Contohnya adalah kejahatan orang Amori (Kejadian 15:13, 16) dan dosa Sodom dan Gomora.
Tuhan sabar (2 Petrus 3:9), menghendaki semua orang berbalik dan bertobat. Roh Kudus terus mengingatkan, tetapi jika hati sudah tetap tidak mau hidup menurut Roh Kudus, penghakiman akan terjadi.
Tuhan mengambil tindakan ketika sudah sampai posisi dosa itu matang (genap).
Dia melihatnya dari keturunan Set atau orang yang mewakili orang benar atau diharapkan oleh Tuhan.
Ketika anugerah atau kasih karunia itu ditolak manusia berarti Roh Tuhan terhenti bekerja dan diganti dengan penghukuman.
Dosa yang tidak dapat diampuni lagi ketika aliran anugerah itu tertutup, yaitu sama dengan dosa yang menghujat Roh Kudus, sehingga aliran kehidupan itu terhenti.
Nuh sebagai Mitra dan Standar Kebenaran:
Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan (Kejadian 6:8).
Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya (Kejadian 6:9).
Nuh hidup bergaul dengan Allah (walk with God / halak), sama seperti Henokh. Ini menunjukkan tidak ada yang mau bergaul dengan Allah selain Nuh. Bergaul berarti sepakat dalam tujuan dan cara berjalan.
Nuh didapati sebagai mitra Allah untuk penggenapan Kejadian 1:26-29.
Nuh dilihat benar di hadapan Tuhan (Kejadian 7:1).
Bumi akan kembali lagi menjadi milik orang-orang benar, dan kehidupan dimulai dari orang benar (Nuh), tidak lagi dari Adam.
Ketaatan Nuh dan Bahtera:
Nuh taat mempersiapkan bahtera sesuai petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan (Ibrani 11:7).
Nuh membangun bahtera di daratan, meskipun belum pernah ada hujan turun ke bumi sebelumnya (Kejadian 2:5).
Karena iman dan ketaatan itu, Nuh menghukum dunia.
Air bah meliputi bumi selama 40 hari, dan bahtera (lambang ketaatan dan keselamatan) naik tinggi di atas banjir.
Ketika musuh datang seperti banjir, Roh Tuhan akan mengangkat standar dalam kehidupan orang benar di atas banjir itu (Yesaya 59:19). Hidup Nuh berada di atas ukuran orang jahat.
Relevansi Akhir Zaman:
Yesus menyamakan kondisi kedatangan Anak Manusia kelak seperti zaman Nuh, di mana manusia makan, minum, kawin, sampai Nuh masuk ke dalam Bahtera (Matius 24:36-39).
Ketaatan Nuh adalah terus menerus, bahkan ia tidak keluar dari Bahtera sebelum Allah memerintahkan (Kejadian 8-9).
Analogi untuk Memperjelas:
Kondisi spiritual manusia pada zaman Nuh bisa diibaratkan seperti sebuah kapal yang tenggelam di laut karena awak kapalnya (jiwa dan daging) sepakat untuk mengabaikan kapten (Roh Kudus) dan hanya mengikuti nafsu mereka sendiri untuk memakan perbekalan dan berpesta pora. Mereka berpikir kejahatan mereka hanya berpengaruh pada diri sendiri. Ketika air bah (penghukuman) datang, kapal itu pasti tenggelam. Namun, Nuh seperti kapal selam yang taat: ia mengikuti cetak biru (petunjuk Allah) untuk membangun Bahtera di daratan, di atas gunung, meskipun ia belum melihat laut (hujan). Ketika banjir datang, ketaatannya membuat Bahtera itu naik dan tetap berada di atas standar kehancuran dunia.