RANGKUMAN TENTANG IMAN

APA ATAU SIAPA IMAN ITU? 

Iman tidak sama dengan keyakinan kita atau kepercayaan kita. Kita yakin kita akan lulus ujian sekolah. Itu bukan iman. Kita percaya kita akan sembuh dari kanker dengan doa-doa dan pengobatan. Itu bukan iman. Saya percaya Tuhan. Itu pun bukan iman. Saya yakin akan mujizat. Juga bukan iman. Saya imani saya akan menang. Itu pernyataan yang keliru. 

Roma 10:17 (TB)  Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. 


Romans 10:17 (KJV)  So then faith cometh by hearing, and hearing by the word of God.

Jadi iman datang dan bekerja di dalam dan melalui kita berdasarkan perkataan Tuhan ketika kita mendengar perkataan yang hidup / Rhema. Bukan dari pikiran kita, bukan keyakinan kita, bukan ide dan pemahaman kita atau persepsi kita. Hanya dari Rhema. 


Ibr 11:1   Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.


Iman bukan percaya. Percaya bukan iman. Iman dan percaya tidak bisa dicampur-adukan walau pun saling terkait.


Allah bekerja menurut hukum kerja-Nya. Di luar hukum-Nya Allah tidak bisa menolong saudara, dan Dia hanya mengingatkan kau sudah keluar dari yuridiksi hukum kerja Allah. Kita harus  membuat keputusan dengan kehendak bebas kita dan memiliki ketetapan hati, supaya hukum kerjaNya bisa menjadi landasan Dia bekerja. Tuhan mencari iman di dalam diri kita, supaya Dia dapat melakukan pekerjaan supranatural di dalam dan melalui diri kita.


1. Iman adalah DASAR apa yang kita HARAPKAN. 

Iman itu BEBAS dari KEADAAN dan LINGKUNGAN termasuk penderitaan. Itu yang menjadi kesaksian yang baik dari para pahlawan iman di Ibr 11.

Mereka memperoleh kesaksian (ay39), tetap baik di mata Allah. Fokus perbuatan mereka didasari oleh karena iman.

Di PL dalam 2x disebutkan tentang IMAN (pistis).  Di PB terutama kitab IBR menyebutkan banyak sekali tentang iman.

PERCAYA di PL disebut 199x. Percaya artinya tetap setia dari apa yang dipercayainya. Apa yang dipercayai itu benar dan tetap teguh. Jadi iman itu berbeda dengan percaya.


PARA PAHLAWAN IMAN MELIHAT BERDASARKAN PERCAYA AKAN PENGHARAPAN. Iman mereka BELUM DAPAT dimanifestasikan. MEREKA SADAR TIDAK AKAN MENDAPATKAN PERWUJUDAN IMAN YANG MEREKA HARAPKAN  SAMPAI MATI MEREKA. Mereka hanya dapat PEMBENARAN atau DIBENARKAN oleh karena percaya.

Roma 8:24 Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?


Tetapi PENGHARAPAN mereka TELAH DISELAMATKAN (saved, secured) pada karya salib YESUS. Ini yang menjadi dasar dan posisi awal dari IMAN kita. Rom 8:24


Mereka percaya, dibenarkan dan mendapatkan PENGHARAPAN.

Kita percaya dan mendapatkan sesuatu yang lebih baik, IMAN.

Roma 10:17 (TB)  Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. 

Ketika kita mendengar, percaya dan merespon firman Kristus, iman datang. 



2. IMAN ADALAH BUKTI DARI YANG TIDAK KITA LIHAT.

Pancaindera tidak mampu menangkap hal-hal YAD. 

Yang MEMUTUSKAN untuk BERIMAN itu adalah pada KEHENDAK dalam jiwa. Apa yang ada dalam jiwa itu masih terkait dengan hal-hal yang alamiah. Kekuatan alamiah tidak mampu melihat hal-hal YAD.

Iman punya KUASA dan OTORITAS yang melampaui hal-hal yang alamiah dan lahiriah. Mereka mampu melewati hal-hal yang paling sulit dan masih tetap teguh.


Karunia-karunia tidak banyak memberikan kontribusi ketika saudara dilanda bencana, kesusahan dan kemalangan. Karunia-karunia itu hanya banyak berguna untuk pelayanan bukan disaat mengalami banyak penderitaan.


Mereka MELIHAT DARI JAUH apa yang dijanjikan Allah. Iman mereka tidak sama seperti murid-murid Yesus.  Parapahlawan iman di Ibrani 11 belum mendapatkan MANIFESTASI IMAN ITU SENDIRI…..  tapi mereka TETAP TANGGUH. MENGAPA? Karena IMAN yang MEREKA LIHAT, MEMBERIKAN BUKTI.  Mereka HANYA bisa melihat IMAN, meski pun manifestasinya BELUM DATANG.


Para pahlawan iman menunjukkan KEDAHSAYATAN IMAN, tapi tanpa MANIFESTASI atau PERWUJUDAN iman itu sendiri (BUKTI).

Dalam IMAN mereka sudah MATI . MATI dari KELEMAHAN 


Ibr 11:13  Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.

39  Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.


Mereka mati dengan tidak menerima janji Allah. Mereka begitu kuat dan tangguh, karena mereka memiliki IMAN. (SUDAH menerima BUKTI yang tidak bisa dilihat).


40  Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.


Iman adalah bukti dari yang kita harapkan. Para saksi iman itu mendengar tentang Yesus, yang bisa menggenapkan firman menjadi realita. Yesus disebut penggenap iman. Mereka memandang iman jauh ke depan. Hanya memandang.


Murid-murid SALAH MELETAKKAN IMAN. Kita harus bisa memahami iman itu apa/siapa.


3. IMAN dan JANJI ALLAH.

Para pahlawan iman mereka tidak memperoleh janji Allah pada masa mereka, sebutkan janji Allah yang mana.   Janji  Allah apa yang mereka tidak peroleh?


Mereka melihat iman itu dari jauh. Janji itu tidak bisa terwujud sebelum iman itu datang. Mereka melihat janji tentang kedatangan MESIAS.


Keturunanmu…bukan keturunan-keturunanmu. Itu mengerucut pada pribadi Yesus.


Kejadian 3:15 Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."


Kejadian 3:21  Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.


Kej 3 ini juga  bicara tentang Kristus / Mesias.


Mereka melihat JANJI itu dari jauh, sekaligus mereka juga melihat IMAN itu dari jauh. Karena iman yang mereka lihat masih jauh dan hanya sekilas, maka perbuatan mereka itu betul-betul berkenan kepada Allah. Tercatat dalam Alkitab. Mereka bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang supranatural dan dahsyat.  Habel bisa mempersembahkan korban yang lebih baik,karena iman dan melihat janji Allah. Nuh bisa membangun bahteral dalam waktu 100 tahun. Allah berjanji tidak akan menghukum manusia lagi dengan air bah, lalu Allah memberikan busur pelangi sebagai tanda atau konfirmasi.  Janji kepada Nuh sudah tergenapi, tapi janji tentang Roh Kudus, tentang Mesias dan manusia berkuasa di bumi ini; itu yang mereka lihat dari jauh.  Dan yang dahsyatnya, Musa menganggap penghinaan karena Kristus, sebab Musa sudah melihat kemuliaan Kristus.


Ibrani 11:26 Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah.


Dan para pahlawan iman itu karena sudah melihat iman dari jauh, mereka menyelaraskan hidup mereka, perbuatan mereka, sikap mereka, cara berpikir mereka, langkah-langkah mereka; supaya mereka ada dalam satu garis yang ujungnya adalah iman; dimasa ribuan tahun di depan mereka. Ini yang harus jadi aplikasi buat kita semua. Tanpa iman imposible kita berkenan kepada Allah. Tindakan, perbuatan, keputusan, pelayanan, doa kita; apa pun juga tidak mungkin berkenan kepada Allah kalau tidak didasari iman.


Jadi ada hubungan yang pararel antara JANJI ALLAH dan IMAN.  Walau pun di masa yang akan datang, mereka dapat MELABUHKAN PENGHARAPAN  MEREKA. 


Ibrani 6:19 Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir


Jadi mereka bukan hanya melihat iman dan janji itu dari jauh; mereka percayai dan juga MENYELARASKAN PERBUATAN, TINDAKAN, CARA HIDUP dan lainnya; menjadi segaris dengan iman itu, searah dan satu tujuan, supaya dimasa yad Allah menganugerahkan iman dan janji-Nya. Ini yang harus kita aplikasikan.  Iman, janji dan pengharapan yang tidak bisa terpisahkan, yang membuat mereka tetap setia, kuat, terus mengikut Tuhan.  Para saksi iman itu bukan hanya hebat, mereka juga menderita sengsara, mengembara di padang gurun,  mati karena pedang dsb. 36  Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan.


Ibr 11: 37  Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan. 38  Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung. 


Mereka tetap setia sampai mati dan menyelaraskan perbuatannya. Bagaimana aplikasinya dengan kita? Cara hidup kita, ketaatan.

Banyak orang yang sudah menerima janji Allah tidak bisa memiliki kemampuan, kekuatan, kesanggupan, kuasa untuk bisa menggenapkan dan menerima pemenuhan janji Allah.  Seberapa banyak pun janji Allah yang kita terima dari firman logos mau pun yang berbicara dalam roh kita, sebagai rhema; itu dapat digenapi kalau kita memiliki iman dan menyentuh iman. Iman itu pribadi. Bagaimana Allah memberi iman itu berbanding lurus dengan respon kita kepada firman. Kita percayai maka Allah menganugerahkan iman kepada kita.  Jadi iman dan janji Allah itu saling berkaitan, tidak bisa dipisahkan.

Seberapa tinggi pendidikan kita, seberapa hebat pengetahuan firman kita, kalau kita tidak memiliki iman, maka janji Allah itu tidak bisa terpenuhi.


Dulu kita selalu latah untuk mengklaim janji Allah, tentang pemenuhan berkat, tentang keluarga; walau tidak jelas apakah kita memiliki iman atau tidak. Karena iman itu timbul dari pendengaran firman; firman itu pribadi maka iman juga pribadi. Kita bisa berkomunikasi dengan iman. Tanpa memiliki firman, memiliki kebiasaan untuk menggali firman, gairah, semangat, kehausan untuk merenungkan, mendapatkan firman; Allah tidak bisa memberikan iman kepada orang yang jelas-jelas tidak menghargai pribadi firman dan pribadi iman. Maka, tidak mungkin juga kita mengalami pemenuhan janji Allah.


Pada Ibr 11, Paulus selalu mengulang-ulang  kata: Oleh iman, karena iman, sebab iman.  Kalian perhatikan tindakan, keputusan, langkah-langkah yang mereka lakukan itu didasarkan oleh karena iman, sebab iman. Bisa juga semua tindakan, tingkah-laku mereka, cara hidup, cara bergaul, cara kerja mereka, cara berkomunikasi, cara berbisnis; bisa dikatakan semua oleh karena FIRMAN, oleh FIRMAN, sebab FIRMAN. Karena itu identik dengan karena IMAN, oleh IMAN, sebab IMAN. Itu yang membuat mereka berkenan kepada Allah. Itu yang membuat mereka memperoleh janji Allah. Janji yang mana? Janji yang diberikan Allah dimasa hidup mereka.  Dikatakan, mereka memperoleh janji dan juga tidak memperoleh janji.


Ibrani 11:13 Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.


Ibrani 11:39 Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.


Kedua ayat ini menyatakan mereka tidak memperoleh apa yang yang dijanjikan; tapi bukan berarti mereka tidak memperoleh apa yang dijanjikan dimasa hidup mereka:


Ibrani 11:32  Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, Ibrani 11:33 yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, Ibrani 11:34 memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing.


Itu artinya mereka memperoleh janji.


Karena iman, sebab iman mereka memperoleh janji karena firman yang dikatakan Allah, janji Allah. Mereka belum melihat iman, iman belum datang; hanya sekilas mereka melihat iman, tapi yang mereka dapatkan Allah selalu berfirman kepada mereka, selalu berkata-kata lewat para nabi, para hakim atau mereka dapatkan secara langsung. Mereka percaya janji Allah itu. Mereka pegang.  Mereka juga tidak memperoleh apa yang dijanjikan-Nya (Ibr 11:13,39). Janji yang mana yang TIDAK mereka peroleh? Janji tentang ROH KUDUS.  Janji tentang MESIAS. Juga tentang MANUSIA BERKUASA di Kej 1:26. Mereka belum peroleh karena belum terjadi di masa hidup mereka; tapi janji-janji yang lain mereka peroleh dan alami di masa hidup mereka.  Jadi pada masa PL iman belum datang; tapi Allah tidak berhenti berkata-kata, berfirman dan memberikan janji. Dan MEREKA MEMPERCAYAI SEMUA FIRMAN ALLAH ITU, DAN ALLAH MEMPERHITUNGKAN ITU SEBAGAI KEBENARAN. Itu seperti memiliki tabungan iman.  Iman dan janji itu saling berkaitan, seperti asap dan api.





4. IMAN ITU PRIBADI

Iman berasal dari firman (rm 10:17), firman yang jadi manusia (yoh 1:14); firman dan iman tidak bisa dipisahkan, jika firman itu pribadi maka iman juga pribadi. 


Iman itu pribadi, kasih-karunia dan kebenaran. Bukan sekedar keyakinan dan dasar kepercayaan, bukan sekedar dari apa yang kita harapkan. Kalau kita mengharapkan kita bisa memiliki iman, tapi bukan pengharapan dari ide dan gagasan, pemikiran atau cita-cita sendiri, tapi pengharapan yang sama dengan pengharapan Elohim. 

Kedatangan Yesus, yang adalah firman menjadi manusia (Yoh 1:1-3), itu sama dengan kedatangan iman (Yoh 1:14). Iman itu spirit, spirit of faith, identik dengan Roh Kudus (2 Kor 4:13).  Kita miliki kehidupan Allah. Berinteraksi dengan pribadi iman, tidak memanfaat iman untuk diri sendiri saja; iman harus aktif, memberi daya dorong dan terobosan.

Iman adalah pribadi, roh dan firman yang sudah menjadi realita,  jadi kenyataan di alam sorgawi, sehingga menjadi dasar perbuatan dan tindakan kita ke titik itu.  

Iman identik dengan pendengaran oleh firman Kristus. Jadi iman itu bicara tentang pribadi Yesus. Ketika kita bicara tentang Yesus, pemahaman iman itu muncul. Ketika di perahu, ada ombak badai datang, murid-murid belum mengenal iman. Padahal ada Yesus ada di sana. Kalao kita belum mengenal Yesus secara ginosko, maka iman itu belum kita kenal. Kalau kita kenal Yesus, maka kita kenal iman secara penuh.


Iman itu bukan karunia. Bukan sekedar bahan, material untuk melakukan hal-hal yang hebat, supranatural. Tapi iman itu Pribadi, bersifat roh. 


2 Korintus 4:13 Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: "Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata," maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.


5. Roh iman ~ spirit of faith.


Jadi iman itu roh, pribadi. Jika kita memahami iman itu adalah roh, maka sikap kita tentu berbeda. Pemahaman iman itu tidak seperti dulu, mencampur adukkan antara iman dan percaya, walaupun terkait erat. Percaya itu lebih dari kerja jiwa kita, tapi percaya itu menjadi penghubung antara kehidupan natural dan spiritual kita.  

Bukan keyakinan diri. Bukan untuk  meyakinkan diri. Bukan percaya diri dan mentalitas yang baik, tapi percaya akan firman Kristus, itu menjadi pintu masuk ke dalam iman atau kehidupan spiritual.  Hidup di dalam iman itu hidup secara spiritual. 


Ef 2:8-9 Iman itu bukan hasil usaha, tapi pemberian Allah. Iman itu pemberian Allah dan tidak bisa kita mengupayakannya. Iman itu diberikan, bukan hasil usaha, bukan karena ketaatan, tapi pemberian karena percaya kepada firman Kristus. 


Karena itu kita tidak boleh memanfaatkan iman untuk tujuan sendiri: Oh, saya punya iman yang besar, yang kuat, saya bisa dapatkan uang, dapatkan mujizat. Dalam iman terkandung kekuatan mendapatkan kekayaan, kekuatan untuk hidup kudus, kekuatan memanifestasikan firman, kuasa dan kehendak Allah. 




1. Firman itu adalah pribadi, pribadi Yesus


2. Ketika kita lahir baru, kita miliki iman kita terima Roh Kudus. Itu yang dinantikan para pahlawan iman. Mereka melihat dari jauh, melampaui musim dan zaman, waktu.


Sebenarnya para pahlawan iman belum memiliki iman, tapi mereka percaya perkataan Tuhan yang mendatangi mereka dengan cara mentaati apa saja yang Tuhan suruh lakukan. Walau pun belum mereka lihat, secara lahiriah dan fakta-fakta, mereka belum memiliki dasar pengharapan dan keyakinan. Bayangkan tanpa memiliki iman dan hanya modal percaya mereka percayai dan Allah perhitungkan itu sebagai kebenaran. 




Abraham tidak punya dasar berharap, untuk percaya punya keturunan. Kalau hanya Ishak, okelah. Tapi ketika Allah memperlihatkan kepada dia bintang di langkit bagaimana banyaknya nanti keturunannya, itu perlu iman dan Abram mempercayai Allah. Itulah iman sebenarnya. Iman itu adalah bukti dari segala sesuatu yang belum kita lihat.


Iman datang dari pengenalan pribadi Yesus. Semakin kita kenal Yesus, semakin kita mengalami manifestasi iman. Iman kita akan bertumbuh. Iman dan pribadi Yesus tidak bisa dipisahkan, sebab Yesus itu firman yang menjadi manusia, menjadi daging. Ketika kita melakukan firman, itu menjadi perbuatan, jadi daging. Iman itu pribadi, roh. Bagaimana iman yang roh itu terwujud, terealisasi, penterasi ada di jiwa kita, ada keyakinan kuat. Walau pun kita belum lihat bukti, tapi kita punya keyakinan kuat, bahwa itu sudah terjadi dan jadi milik kita dan tindakan kita merupakan optimisme bahwa itu kita yakin jadi  milik kita.


Iman yang Allah berikan itu spiritual (spirit of faith), berwujud roh, tidak bisa kita lihat. Tapi Dia adalah Pribadi Roh.

Yakobus 2:24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.


Jadi iman itu tidak bisa dipisahkan dari perbuatan. Kita tidak bisa lihat iman, kecuali dari perbuatan. Ada keputusan kehendak jiwa kita, lalu direalisasikan dari perbuatan tubuh kita. Iman dan perbuatan itu seperti 2 sisi mata uang. Kita tidak boleh hidup hanya berdasarkan iman saja. Yesus juga tinggal dalam kita dalam bentuk roh, bentuk Roh Kudus. Jadi jangan berdoa, berikan saya iman, tumbuhkan iman saya.


5.  Tujuan Allah memberikan iman: roma 12:1-2; 


1   Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.


2  Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada AllahMempersembahkan tubuhmu, jangan serupa dengan dunia, tapi berubahlah dengan pembaruan akal-budimu, membuktikan mana yang baik yang berkenan. 




Iman adalah pribadi untuk bekerja sama, supaya kita berhasil untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaanNya.  Bagaimana cara mengenal kehendak Allah? Berobahlah pembaruan akal budimu, sehingga bisa mengenal kehendak Allah. Kalau kita tidak tau kehendak Allah, iman itu tidak bisa bergerak, tidak aktif, mati; tetap tinggal dalam roh kita.  


Bagaimana untuk tau kehendak Allah? Dengan firmanNya, memborbardir dengan firman. Menggali firman siang malam, memperkatakannya. Dia ingin bekerja, mendorong, encourage, memberi semangat, tetap optimis.  Kita semua harus tau apa kehendak Allah, karena kemitraan dengan iman adalah melakukan kehendak Allah dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.  Jangan biarkan iman itu mati, tanpa memberi makanan.  Kita harus ijinkan firman logos menjadi rhema, memproses firman yang hidup menjadi rhema dan perbuatan dalam tubuh kita. Apa yang bisa membuat iman itu mati? Pikiran kita membuat iman stagnan, berhenti sampai di roh, tidak termanifestasi dalam jiwa kita.  Tidak ada kekuatan iman dalam jiwa, karena pikiran kita memblokirnya. Maka  pikiran kita harus ditransformasi. 




Kita harus menghargai iman, itu sikap iman yang dimiliki Musa , walau pun mereka hanya sekilas saja melihat iman. Musa menganggap penghinaan dibandingkan dengan kemuliaan Kristus.  Kita sudah miliki iman, memiliki pribadi, membuat kita tidak tergoyahkan, betapa kita harus lebih menghargai. Kita tidak akan jadi goyah, takut dan bimbang.


6. Kedatangan Iman.

Dulu pertanyaannya apakah iman? Bukan siapakah iman? Kita anggap iman itu karunia, bahan dasar, keyakinan.  Banyak bukti  dari ayat-ayat firman, bahwa iman itu adalah pribadi. Firman identik identik dengan pribadi Yesus; yang bisa diraba, bisa dilihat, dirasakan. Jadi iman itu pribadiNya. Bukan benda, bukan pengaruh, bukan keyakinan, tapi betul-betul sosok Pribadi.


Iman berasal dari firman (rm 10:17), firman yang jadi manusia (yoh 1:14); firman dan iman tidak bisa dipisahkan, jika firman itu pribadi maka iman juga pribadi. 


Dalam iman itu terkandung potensi yang luarbiasa, karena iman dan firman itu identik. 


Kita menerima Yesus, keselamatan, menerima Roh Kudus, menerima pribadi Allah. Terkandung  potensi yang luarbiasa. 


Barangsiapa yang mau percaya dan menerima  Dia, maka bukan hanya ia memiliki Yesus, tapi juga memiliki iman, memilki keselamatan, memiliki kasih karunia. Jadi iman itu tidak bisa dipisahkan dengan Yesus, sebagai manusia.

Firman yang jadi daging, bisa diraba, yang nyata, yang hidup. Sebab oleh Kasih karunia dan kebenaran kita diselamatkan oleh iman; kasih karunia dan kebenaran itu datang bersamaan dengan Yesus. Jadi iman itu identik dengan pribadi Yesus.  Yang Allah berikan bukan benda, tapi sosok yang akan menyertai kita. Yoh 3:16 siapa yang percaya bukan hanya memiliki Yesus, juga iman, keselamatan dan kasih karunia. Memiliki kekuatan.



7. Perwujudan Iman

Iman itu pribadi, iman timbul (come) dari pendengaran akan firman Kristus (Rom 10:7). Roh dan firman itu yang menjadi bahan iman. Lalu kita hidupi sesuai dengan perkataan firman, itu sebenarnya wujud realisasi iman kita.


Iman adalah pemberian Allah, itu sebabnya ada kuasa dan kekuatan dan pribadi serta karakter Allah.  Itu sebabnya orang yang memiliki iman tidak tergoncangkan keadaan apa pun juga. Murid-murid di perahu tergoncangkan karena belum memiliki iman, walau pun Yesus ada di situ. Mereka belum kenal pribadi Yesus. Mereka bertanya: siapa orang ini?


PENGENALAN kita yang dangkal akan Yesus Kristus membuat kita tergoncangkan. Banyak yang bertanya, siapa orang ini? Yesus bertanya di mana imanmu? Banyak orang terima iman, tapi orang Kristen tidak tau di mana meletakkkan iman. Itu membuat mereka dan kalian mudah tergoncangkan. Para pahlawan itu betapa hebatnya mereka. 


Mereka menaklukkan kerajaan, menutup mulut singa, memdamkan api dan banyak sekali. Kita mau seperti mereka.

Tapi Selanjutnya mereka disiksa, digergaji, tinggal di gua, di padang gurun…. Dan kita tidak mau bagian yang ini. Mereka mati bukan dalam kelemahan, tapi dalam kekuatan sebagai superhero, pahlawan iman, walau pun tidak mendapatkan, tapi mereka tetap kuat. 


Kita tidak melihat dari jauh, tidak ada jarak, sudah memiliki iman, kita harus lebih hebat dari mereka. Mereka hanya melihat iman. mereka diperhitungkan sebagai kebenaran. Mereka melihat dalam alam roh. Mereka miliki bukti walau belum melihat. 


Mereka hanya melihat iman saja, bisa melakukan perbuatan-perbuatan hebat. Mereka hanya dengar perkataan Allah dalam hidup mereka. Mereka meyakini, melakukan betul-betul melakukan apa yang diperintahkan, sehingga tindakan mereka diperhitungkan sebagai kebenaran, sebagai iman.


Kalau kita bukan hanya percaya, kita sudah menerima iman. Kita dengar firman Kristus, iman timbul ketika kita terima Yesus, ketika kita percaya Yesus Kristus. Setiap kalian lakukan firman, lakukan ketaatan firman, maka iman kita makin kuat, makin nyata, makin termanifestasi.


Dulu konsep kita tentang iman kita coba manfaatkan iman untuk mendapatkan kesembuhan, kelepasan, pekerjaan iman, teman hidup; sebenarnya kita manfaatkan pribadi iman. Kita juga anggap oh iman kamu kuat, atau imanmu tidak kuat.


Iman itu untuk kepentingan Allah, tidak ada hubungannya dengan hal-hal itu.


Iman timbul dari kehidupan Allah dalam diri kita melalui firman-Nya. Pentingnya kita menerima kehidupan Allah, kehidupan kristus, kita menerima iman pada saat itu. Setiap kita dengar perkataan firman dari sumber anugerah dan kita yakin, kita sebenarnya sedang memberi makanan buat roh kita. kita semakin bisa memanifestasikan iman. Allah memberikan iman melalui hidup Yesus. Dia adalah kapten, Dia author dari iman; memimpin kita kepada kesempurnaan iman. Yang lebih tepat siapa iman itu, karena Ia adalah pribadi. Kehidupan Allah dan kehidupan firman.


Iman bukan timbul, tapi iman itu diberi oleh Allah, sejalan dengan pengenalan kita dengan pribadi-Nya. Ef 2:8-9 Iman diberikan oleh kasih karunia …. Allah yang memberikan iman, bukan usaha kita, pemberian Allah itu yang membuat kita peroleh keselamatan dari karya Kristus.



Iman bisa membuat kita masuk syarat menjadi mitra dan bekerja sama dengan Allah, bisa melakukan kehendak Allah.

Iman itu bukti dari yang tidak kita lihat, jadi mengandung kuasa dan kekuatan, untuk menanggung keadaan apa pun, kesulitan dan penderitaan

Iman memberikan kesaksian hidup rohani. 


8. Aspek-aspek atau dimensi-dimensi iman


Ibr 11:4 Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.


Persembahan Habel berkenan kpd Allah, karena Habel pertama-tama mengenal Allah, bukan karena apa yg dipersembahkannya kpd Allah. Habel mengatahui apa yg Allah kehendaki dan bagaimana ia dan hidupnya dan apa yang dikerjakannya itu bisa  berkenan kpd Allah. 

Kejadian 4:4 Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, Kejadian 4:5 tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.

Sebenarnya, kalau kita hati-hati membaca ayat 4,5 itu terlihat, bahwa Allah menilai dulu orangnya.


Tuhan mengindahkan (respect to) Habel….dan korban persembahannya (ay 4), tetapi Tuhan tidak berkenan kepada  Kain….dan korban persembahannya. Jadi, Allah menilai secara keseluruhan paket lengkap, tapi terutama adalah orangnya terlebih dulu.



Dalam hal ini, Habel telah percaya kepada Allah akan janji keselamatan Allah – yang didengarnya dari Adam dan Hawa -  di dalam hatinya, sehingga hal itu diperhitungkan sebagai kebenaran. Itu adalah iman dari Habel dan atas dasar itu ia memberikan korban persembahan kepada Allah untuk mengucapkan syukur dan hormat bagi-Nya. Darimana Habel tau janji itu?




Kejadian 3:15 Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."


Tuhan sudah berkata, bahwa keturunanNya akan meremukkan kepada ular. Ini janji tentang iman,tentang juruselamat, tentang Mesias. Tentang generasi Kristus. Ini didengar Adam-Hawa. Mereka tentu menantikan keturunan ini. mereka berharap ada keturunan ini.  Janji Tuhan ini yang dipegang mereka, bahwa akan ada keturunan dari mereka yang akan meremukkan musuh, roh jahat, iblis. Itulah yang mereka nantikan.  Ini yang juga yang terjadi, ketika Allah pertama mengorbankan domba, ada darah tercurah, untuk menutupi ketelanjanagan Adam dan Hawa. Ini gambaran, perlu pencurahan darah untuk menebus dosa manusia.




Semua ini yang Habel dipercaya oleh Habel, sehingga oleh percayanya ia diperhitungkan sebagai kebenaran, karena sudah melihat janji Allah.  Itu sebabnya Habel memberikan korban persembahan, sebagai wujud rasa syukurnya dan percayanya seperti ia telah melihat Kristus dalam janji Tuhan itu.


Jadi ada beberapa hal yang harus terbangun dalam hidup kita:


1. Dimensi firman. Hanya lewat Firman dan Roh, pengenalan akan Kristus Yesus akan sampai kepada kepenuhannya. Ini sama dengan membangun iman kita oleh kasih karunia demi kasih karunia-Nya.


2. Dimensi ketaatan di dalam rumah rohani. Sebab segala sesuatu dipenuhi  berasal dari kepenuhan Kristus mengalair ke dalam rumah-Nya.


3. Implikasi dari kedua dimensi itu memberikan kesaksian yang baik, cara hidup, ketulusan, keakuratan dan seperti hidup Habel dan para pahlawan iman pada setiap masanya. 


Jika IMAN itu adalah Pribadi, maka:


(i) Apa yang dimaksud ukuran iman (Rom 12:3)? mungkin yang dimaksud “ukuran iman” sebenarnya stature?


(ii) Apa yang dimaksud di Ibr 12 mengenai perlombaan yang diwajibkan? Apa itu disebut perlombaan iman atau perlombaan rohani?


(iii) Jadi, apa maksudnya bertekun dalam iman?




JAWAB:


Firman itu tidak pernah konflik, berbenturan satu dengn lainnya. Jadi kalau dibilang ukuran iman,


dimaksud ukuran iman di Ibr 12, itu bukan berarti “ukuran iman” seseorang itu seperti bayi Yesus, yang lain sudah seperti Yesus di Bait Allah 12thn. Yang lain ukuran imannya sudah sebesar ketika Yesus melakukan mujizat.  Dan yang satu lagi, yang seseorang yang selalu dipimpin Yesus.  Tidak demikian.  Jadi kalau iman itu pribadi, itu pribadi yang utuh.  Identik dengan pribadi Yesus, pribadi Allah, pribadi Roh Kudus.  Jadi, tidak ada ukuran iman yang seperti saya sebutkan tadi. 


Tapi yang di Roma 12 itu “ukuran iman” adalah level atau  tingkat pemahaman, pengenalan kita dari Pribadi itu. Itu yang berbeda-beda. 




Perempuan yang sakit pendarahan. Yesus merasa ada kuasa yang keluar dari dalam diriNya. Ia miliki iman tentang Yesus, seperti pribadi iman. Orang lain berkata: mujizat itu kalo ia didoakan, ditumpang tangan oleh Yesus. Imannya berbeda, imannya berbicara: asal ku jamah. Itu ukuran pemahaman pribadi. Itu yang berbeda seorang dengan yang lain.


Semakin kita dibombardir firman, semakin firman mendatangi  kita;  merenungkan firman, mencintai firman seperti Yosua dan Daud yang bersukacita mendapatkan firman, maka level, ukuran kedewasaan akan pengenalan kita akan pribadi firman, pribadi iman dan pribadi Yesus melampaui yang lain.  


Jadi bukan ukuran iman yang kecil besar. Apa artinya iman sebesar biji sesawi? Bukan itu maksudnya. Biji sesawi itu kecil sekali.  Bukan berarti ukuran iman itu sekecil itu.   Tapi lihat para pahlawan iman itu; iman saja belum datang. Tapi maksudnya, para pahlawan iman saja mereka melihat dari jauh, hanya mendapat firman perkataan, janji dan percaya, Allah menyimpan itu sebagai iman; sebab mereka belum berjumpa dengan wujud iman. Mereka masih jauh. Mereka tidak hidup pada zaman penggenapan, tapi mereka melakukan hal-hal yang dahsyat, melakukan perbuatan yang gagah perkasa. Apalagi kalo memiliki ukuran pengenalan iman masih sebesar biji seesawi; tapi sebenarnya dia sudah miliki iman walau pun pengenalannya akan iman masih sangat minim. Itu saja sudah bisa memindahkan gunung, melakukan perkara-perkara supra natural.


 


Jadi kalau dihubungkan, bagaimana? Bertekun dalam iman: artinya  bertekun dalam pengenalan akan iman itu,  pengenalan akan pribadi Yesus, pengertian firman.  Sama dengan bersekutu, merenungkan firman. Semakin kita memahami pribadi iman semakin kita posisi kita (stature) meningkat. Itu yang kita harus bertekun.   Karena tanpa kita mengenal pribadi iman/firman, kita tidak bisa mengenal kehendak Allah, kita tidak bisa melakukan kehendak Allah, dan tidak bisa menyelesaikan pekerjaan Bapa.  


Iman itu roh, kita tidak bisa lihat dengan mata jasmani. Tapi perempuan itu bisa melihat dalam alam roh, juga perwira di Kapernaum itu.  


Perlombaan iman artinya perlombaan semakin kita memiliki pengenalan kedewasaan, bertekun sampai memiliki kepastian, bisa berinterkasi, memiliki pemahaman, pengenalan.  Dalam iman itu ada terang, terang itu hidup manusia. Kita harus bertekun di sana. Sehingga tidak ada gagal paham, tidak ada kebingunan. Nah itu yang harus kita kejar.   Makanan ku ialah melakukan kehendak bapa dan menyelesaikan pekerjaaanNya yang mengutus aku.  Itu kita bisa lakukan.




Jadi ukuran iman itu ukuran kedewasaan, pengenalan tentang iman, identik pribadi iman/ pribadi Yesus.  Kalau ia memiliki pemahaman iman, ia tidak lagi gunakan iman untuk dirinya, tapi bisa bekerja sama dengan iman  untuk menggenapkan kehendak bapa dan mengerjakan pekerjaan bapa. Semua untuk bapa itu tingkat kedewasaan kita.






Perempuan dengan pendarahan itu memahami dan mengerti tentang pribadi iman.


Perwira kapernaum itu memiliki ukuran iman. Cukup kau katakan saja. Itu ukuran pengenalan iman. Perkataan Yesus itu pribadi, tanpa Yesus harus hadir. Walau pun jauh jaraknya, ia yakin, kalau Yesus katakan sembuh, hambanya pasti sembuh.  Ia tau iman itu pribadi. Iman itu identik dengan pribadi Yesus. Ini yang harus kita pahami, jadi kita harus bertekun harus memiliki sikap yang sama. Tidak perlu minta bukti seperti Tomas.


Tomas minta bukti. Itu bukan iman. Iman itu adalah bukti yang tidak kita lihat.  Iman itu roh, tidak bisa kita lihat.  Perwira dan wanita pendarahan itu bisa melihat pribadi iman dalam alam roh. Yesus itu adalah iman.  Asal kusentuh saja, aku akan sembuh. Seluruh keberadaan Yesus adalah firman dan iman.


Berlomba dalam perlombaan iman artinya kita harus memiliki kedewaan iman, sebagai pribadi. Bertekun dalam iman  itu sampai kita miliki pengertian, bisa berinteraksi dengan iman, beoperasi dengan iman. Kita harus bertekun dalam yoh 1:4,5. Kehidupan firman/iman itu harus menerangi kita, tidak lagi gagal paham, tidak ada kebingungnan, semua terang benderang. Kita harus kejar itu.



9. Implementasi iman.

Setelah kita mengetahui kebenaran bahwa iman adalah pribadi, bagaimana seharusnya pandangan dan sikap kita terhadap iman?


Kita diselamatkan oleh kasih karunia oleh iman. Iman itu identik dengan pribadi Yesus. Yang diberikan Allah itu bukan benda atau keyakinan, tapi Pribadi yang akan mendampingi dan menyertai kita (Yoh 3:16).


Barangsiapa yang mau percaya dan menerima  Dia, maka bukan hanya ia memiliki Yesus, tapi juga memiliki iman, memilki keselamatan, memiliki kasih karunia. Jadi iman itu tidak bisa dipisahkan dengan Yesus, sebagai manusia.


Firman yang jadi daging, bisa diraba, yang nyata, yang hidup. Sebab oleh Kasih karunia dan kebenaran kita diselamatkan oleh iman; kasih karunia dan kebenaran itu datang bersamaan dengan Yesus. Jadi iman itu identik dengan pribadi Yesus.  Yang Allah berikan bukan benda, tapi sosok yang akan menyertai kita. Yoh 3:16 siapa yang percaya bukan hanya memiliki Yesus, juga iman, keselamatan dan kasih karunia. Memiliki kekuatan.


Jadi kalau iman itu pribadi, harus memperlakukan iman seperti Roh Kudus, seperti Yesus. Kita bekerjasama, berinteraksi, berjalan, mendengar firman; bekerjasama dengan iman menggenapkan firman.    Tujuannya untuk apa?


Kita tidak boleh memanfaatkan hanya untuk kepentingan kita. Kita harus berinteraksi dengan iman. Iman itu bekerja di dalam diri kita. Iman itu yang harus menggerakkan kita, memberikan daya kehidupan, daya dorong, daya terobos untuk mencapai garis akhir. 


Prosesnya: Saya menerima firman logos, menjadi firman rhema; menerima segalanya dari diri Allah.

Kita harus memberi makanan/nutrisi  bagi iman, menghargai iman itu menghargai pribadi Yesus, menghargai firman, memberikan nutrisi kepada roh kita, membuat iman itu bergerak aktif.  Sebab bisa saja iman itu tetap tinggal dalam roh saja. Iman tanpa perbuatan mati. Iman itu roh. Tinggal dalam roh kita. Iman yang mati, tidak aktif, tinggal dalam roh, tidak termanifestasi dalam jiwa.  Jika tidak merenungkan firman, tidak memberi nutrisi, menjadikan iman pasif. Pikiran kita tidak diserbu firman, akbiatnya iman kita tidak termanifestasi dalam jiwa. Tubuh kita tidak menunjukkan iman kita.  Iman itu mati. Jadi bagaimana respon kalian? Beri nutrisi, beri makan, supaya iman berdinamika, bicara, berkata-kata, bisa memberikan keyakinan, memberikan solusi yang tidak dipengaruh panca inderadra, apa kata orang, lingkungan kita.  Maka pribadi iman akan termanifesatis dalam hidup kalian, sehingga potensi Allah yang ada dalam pribadi iman itu meluber sampai ke jiwa, dan tubuh, sehingga nyata perbuatan iman itu. 


Firman Tuhan mendatangi Yosua (yos 1:1,2). Yosua menaklukkan musuh, karena iman. Apa kendala untuk iman itu bermanifesatsi dalam perbuatan?Yakobus 2:18 Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan," aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."  


Iman tanpa perbuatan mati. Iman terjadi dan dinyatakan melalui perbuatan, dengan keyakinan yang tidak tergoncangkan. 


Jiwa kalian harus terjamah oleh firman. Sehingga tiap keputusan tidak dipengaruhi pancaindera. Dan lingkungan. Potensi allah yang ada dalam iman itu, kuasa Allah dan kedahysatan Allah yang ada dalam iman/firman harus meluber sampai jiwa dan termanifestsi dalam tubuh. Halangan itu ada di pikiran kita, memblok, merintangi. Iman membutuhkan kerjasama, karena dia peribadi; untuk melakukan kehendak Allah. 


10. Eksekusi Iman dan Firman


# Kuasa itu disebut iman. 


Firman tidak akan kembali sia-sia. Firman mengandung iman, kuasa. Ia akan berhasil melakukan. Itu adalah firman yang keluar dari mulut Allah (proceeding word). Itu adalah firman rhema, firman iman. 


Firman yang berhasil melaksanakan tujuan dan misi Allah. Kita  yang sudah memiliki pribadi iman, maka firman rhema itu tidak sia-sia. Ia akan memberi laporan, bahwa firman itu berhasil.


Firman itu ada dua jenis, bahasa Ibrani, rhema dan logos. 

1. Firmanku itu rhema, firman iman yang langsung dikatakan Allah kepada seseorang (rm 10:17, yes 55:11). 

2. Firman logos (yoh 1:1-3). Firman logos itu firman yang hidup, firman yang tertulis, sama seperti di Alkitab.  Jangan anggap firman yang tertulis itu rendah. Firman logos itu dahsyat, menjadikan, menggenapi, mengandung kehidupan. kehidupan itu terang manusia dan kegelapan tidak menguasainya; itu firman logos/tertulis. Kita tidak bisa pisahkan antara firman yang tertulis dan rhema. Semua kekuatan, kuasa, potensi terkandung dalam firman seperti Yoh 1:1-3. Fiman inilah (2 jenis logos/rhema) tidak akan pernah gagal. Firman yang komplit, mengusir kegelapan.


Maria berhasil menggenapkan firman logos dan firman rhema. Yang ditulis Yes, Mikha dan Daud, dan firman yang melalui mulut Allah melalui malaikat Gabriel.




#Allah tidak mungkin berdusta, sebab Ia bukan anak manusia, dan tidak mungkin menyesal. Ia tidak pernah menganulir. 

Tidak mungkin tidak melakukan apa yang sudah difirman, tidak mungkin berbicara tapi tidak menepati perkataan-Nya. Ini harus kuat di dalam hati dan roh kita. 


#Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya?  

Yang bertanggung-jawab melakukannya adalah Allah. Pribadi yang melepaskan firman.  Dia yang menepatinya, melakukannya dan bertanggung-jawab. Dia tidak membiarkan firman itu; tidak bergantung kepada manusia, kepada kemampuan kita untuk menggenapi firmanNya.


Lalu bagian apa ketika mendapatkan firman Tuhan? Apa yang harus kita lakukan?


Bagian kita adalah PERCAYA. Kita merespon dengan merenungkan dan menggali firman itu, sehingga mendapatkan pengertian arti dan tujuan firman, supaya kita menjadi SIAP ketika IMAN memanifestasikan firman itu, kita dapat mengekspresikannya melalui perbuatan tubuh kita oleh kuasa firman itu sendiri.

Yoh 5:3 Firman itu / perintah2 nya itu tidak berat. Karena bukan upaya dan kemampuan kita. Karena dalam firman ada kuasa, untuk mewujudkannya. Allah yang bertanggung-jawab melakukan-Nya. Kita harus merespon: sama seperti Maria berkata; jadilah seperti yang kau katakan. 


Praktisnya: ketika kita mendengar firman dan percaya. Ada rangsangan, ada dorong pada jiwa kita, ini bisa kita lakukan.   Selalu diawali pada Percaya pada firman, perasaan berat itu akan hancur. Kekuatan dan kuasa dalam firman itu mulai bereaksi atas percaya kita. Di dalam firman ada lokomotif berisi kekuatan.  Firman itu tidak diberikan kepada semua orang.  HANYA MEREKA yang percaya dan menerima firman (yoh 1:12). Dia datang kepada milik kepunyaan_nya tapi tidak menerima-Nya. Tapi semua yang menerimanya, meneriman firman dan menerima iman. 


Banyak  di luar sana, mereka yang mererima keyakinan yang mereka terima. Bukan apa yang Allah inginkan, tapi apa yang mereka inginkan. Keyakinan mereka sebut iman. Iman hanya untuk melaksanakan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Kalau orang mendapatkan apa yang dia “Imani” itu keyakinannya bukan karena iman.  Apa yang tidak sesuai dengan kehendak Allah tidak dihargai Allah.




#9. Kuasa yang terkandung dalam firman (Yoh 1:1-3).


(1) Dalam firman ada kuasa/kekuatan/iman mewujudkan, menggenapkan dan menciptakan seperti apa yang difirmankan.  


(2) Yoh 1:12 kuasa supaya kita menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;


(3) Di dalam firmanNya ada kuasa menjadikan kita sebagai Pewaris Allah.  


Gal 3:6 Kita percaya kepada Allah sehingga diperhitungkan sebagai kebenaran.


Gal 4:7 Kita diangkat menjadi anak, ahli waris Allah (huios, menjadi ahli waris) melalui Kristus.


Ketika kita percaya kepada firman yang kita dengar, kita mengambil kuasa yang ada dalam firman tersebut. Itulah kuasa/iman itu adalah pemberian Allah.


Dia tidak mengandalkan kita (Yes 55:10-11), tapi mengandalkan KUASA yang terkandung di dalam firman-Nya 


10. fungsi iman sebagai indera ke-6.


Dengan iman kita bisa mengetahui apa yang terjadi 2000 tahun yang lalu, bahkan sebelum dunia ini dijadikan.  Kita belum ada secara fisik. Tapi kenapa kalian bisa percaya, bahwa Allah itu telah memilih kita sebelum dunia dijadikan (Ef 1:4)?  Itu sarana di indera ke-6, iman. Koq Abraham percaya keturunannya itu seperti pasir di laut banyaknya dan seperti bintang di langit? Sebanyak itulah keturunanmu. Lalu Abraham percaya. Koq dia bisa percaya? Waktu itu dia belum punya anak. Sudah hampir 100 tahun umurnya. Koq dia percaya, darinya akan menjadi bangsa yang besar? Itulah peranan dari indera ke-6, apa yang tidak bisa dilihat oleh mata kita. 


Indera ke-6 bisa meraba, merasakan. Ketika lahir baru kita diberi indera ini supaya kita memiliki akses kepada alam roh dan alam supranatura. Jalan masuk ke sorga, meski pun fisik kita ada di bumi.


Indera ke-6, indera supranatural bisa mengakses alam supranatural. Itu sebabnya kita harus bisa mendegradasikan, menurunkan fungsi dan kemampuan alamiah kita. kalian punya potensi kemampuan hidup di dua alam. Jangan gunakan pancaindera bersekutu dengan Allah. Iman itu menjadi kekuatan di dalam hidup kita.


1 Korintus 2:9 Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."


Apa yang tidak bisa dilihat apa jasmani bisa dilihat oleh mata rohani, indera ke-6 kita, oleh iman. Telinga jasmani tidak bisa mendengar, tapi telinga rohani bisa mendengar apa yang dikatan Roh, kalau roh kita aktif dan kita ijinkan manusia roh terus beroperasi. Kalau kita ijinkan Roh Allah terus memberikan firman dan memperdengarkan firmanNya dalam roh kita itu.  Apa yang tidak pernah timbul  dalam pikiran lahiriah itu semua disediakan oleh Allah bagi orang yang mengasihi Dia.


Yaitu Yoh 14:21 orang yang memegang perintahKU dan melakukannya.


Jadi, tidak ada jalan lain supaya indera ke-6 itu berfungsi, memegang firman dan melakukan firman. Jawabannya sederhana sebenarnya, tidak rumit. Kita yang bikin rumit.  Inti sebenarnya itu. Sering kita tidak paham, karena kurang merenungkannya. 


Jangan pancaindera itu menggantikan roh kita untuk mengakses kehidupan Allah dan bersekutu dengan Allah.  Nggak bisa.


1 Yohanes 1:1  Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup  —  itulah yang kami tuliskan kepada kamu.


Firman hidup itu Yesus. Ini yang disebut indera ke-6. Sebelum Yohanes ada, sejak semula, firman itu telah ada. Yohanes mendengar dengan telinga rohani. 




1 Yohanes 1:2 Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.


Bagaimana kita melihat hidup pada Bapa? Hanya dengan mata rohani. Hidup kekal Allah hanya bisa dilihat  dengan mata rohani.


1 Yohanes 1:3 Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.


Persekutuan kita juga persekutuan rohani melalui fungsi indera ke-6, iman kita.


Semuanya dimulai dari roh kita yang baru. Pada saat itu kita diberi Roh Allah, tinggal di dalam roh kita.  Betapa penting kita harus menyadari, bahwa kita adalah manusia rohani.


2 Korintus 4:18 Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. 


2 Korintus 4:16 Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.


Jadi yang harus bertumbuh itu manusia rohani kita.


Lukas 2:52 Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.


Yesus mengalami pertumbuhan secara rohani, secara jiwani dan secara jasmani.


Ia makin dikasihi Allah karena selalu mendengarkan firman-Nya yang Dia dengar dalam roh dan hatinya. Ia bertumbuh secara sosial. Dikasihi manusia. Itu harus menjadi realita dalam hidup kita.


11. KEDEWASAAN IMAN.

Kedewasaan iman diukur dari seberapa besar apa yang Allah kerjakan dalam roh kita, apa yang Dia firmankan, seberapa besar dan banyak itu termanifestasi dalam jiwa kita dan dalam tubuh kita, dalam tindakan, perbuatan, keputusan. Kedewasaan bukan karena banyaknya pengetahuan firman, bukan lamanya jadi orang Kristen, bukan oleh pintarnya kalian berbicara, berargumen, menguraikan ayat-ayat FT. 

Di Lukas 2, dikatakan Yesus makin bertambah hikmat Nya, semakin dikasihi oleh Allah dan makin disukai oleh manusia. Itulah tingkat kedewasaan iman Yesus. Sebarapa besar pun Allah taruhkan Firman, semuanya Dia bisa tampilkan, nyatakan, manifestasikan dalam jiwa dan tubuh Nya. 

Dikatakan di Ibr 5 , kita itu tumpul dalam hal mendengarkan, dull of hearing. 

Ibrani 5:11-14 (TB)  Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.

Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. 

Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.

Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.

Nah, pertanyaannya kan mengenai iman seperti telinga rohani bagi kita ya? Kalian yang sudah lahir baru memiliki 2 telinga atau tepatnya memiliki pancaindera rohani. Iman itu bisa melihat, mendengar, meraba, bisa mencium, merasakan, mengetahui, bisa memahami, karena iman itu adalah pribadi.  Iman bisa mengendus atau mendeteksi juga.

Dengan iman kita bisa masuk alam supranatural, alam roh. Di alamnya Allah, kita bisa bersekutu dengan Allah, bisa mendengar Roh Kudus, mendapatkan firman rhema dalam roh kita. Bisa mendapatkan impresi atau kesan-kesan dalam intuisi kita, suara-suara halus (still small voice) dalam roh kita. 

Iman itu spiritual, kemampuan dan potensi yang ada di dalam diri kita. Bisa seperti telinga, seperti mata, seperti lidah. Maka Allah berkata kepada Yehezkiel, makan lah gulungan kitab ini. Bukan dimakan secara natural alami. Rasanya pahit, manis, ketika kita mengunyah firman, nutrisi buat roh kita. 

Iman juga seperti telinga.  Bayangkan jika telinga rohani kita tumpul, budeg, tuli, tidak bisa mendengar. Maka di Ibr 5, orang itu tidak akan bisa bertumbuh. Ngeri sekali. Sebab dikatakan Wahyu 2:7 

Wahyu 2:7 (TB)  Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."

Orang yang sudah lahir baru   pasti dia punya kemampuan mendengarkan apa yang dikatakan RK. Allah itu Roh. Kita hanya bisa berhubungan dengan Allah dalam roh. 

Allah selalu bekerja di dalam roh kita. Roh Kudus yang ada di dalam kita berbicara di dalam roh kita, berfirman kepada roh kita. 

Apa yang ditangkap oleh roh kalian dari Roh Allah yang ada di dalam kalian itu dengan telinga rohani kalian. Itu yang disebut fungsi intuisi, yang mempunyai kemampuan untuk menangkap pewahyuan dari Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.  Apa yang dikatakan Roh Allah kepada roh kita, bukan kepada telinga jasmani kita. 

Yang berkata-kata di dalam roh kita bukan Roh Allah yang ada di sorga, tapi Roh Allah yang ada di dalam roh kita.  Ini harus bisa kita dengar dan terima oleh roh kita, bukan oleh telinga jasmani.  Kalau diterima oleh telinga jasmani, maka akan masuk ke dalam pikiran kita. 

Pikiran itu bisa memblokir, sehingga tidak bisa kita lakukan, wujudkan. Apa yang ditangkap intuisi kita itu menjadi perasaan roh dan pendengaran roh kita. Itu tidak diolah oleh jiwa dan pikiran kita. 

Nah apa yang ditangkap pikiran roh, perasaan roh itu yang diteruskan kepada jiwa kita. Tiba-tiba ada ide, gagasan di pikiran kita.  Firman yang kita dengar waktu pp kasih input itu kita dengar dengan telinga jasmani. Itu yang harus menjadi penegasan dan konfirmasi kepada jiwa kita, bahwa apa yang disampaikan ke dalam roh dari Roh-Nya itu klop/ nyambung. Firman yang kita dengar dari pp jadi konfirmasi apa yang kita dengar dari roh itu betul-betul berasal dari Allah. Ide pemikiran yang muncul betul berasal dari Allah. Kalau itu tidak sesuai kita bisa menolaknya. Pancaindera rohani itu harus jadi patokan. Bukan yang natural. Berbahaya kalau kalian mengandalkan pendengaran jasmani, penglihatan jasmani. Kita harus mengerti dan mengandalkan kemampuan pancaindera roh kita.

Bayangkan, telinga rohani mereka tumpul dan menyebabkan mereka sukar menerima firman input dari rasul Paulus. 

Ibrani 5:11 (TB)  Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.

Secara jasmani mereka dengar, tapi secara spiritual tidak mengerti, tidak bisa nyambung. 

Ibrani 5:12 (TB)  Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. 


Mereka harusnya sudah menjadi guru, pengajar Kebenaran. Harusnya menjadi contoh dan model Kebenaran. 

Pancaindera bayi itu masih lemah. Bayangkan jika pancaindera rohani kita tidak berfungsi dengan benar. Ini yang harus kita latih, supaya pancaindera rohani kita tidak seperti bayi, tapi menjadi dewasa secara rohani. 

Dia hanya mengandalkan jiwa dan keinginannya, apa yang dia suka dan tidak suka. 


1 Korintus 3:1 (TB)  Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.

Ini juga belum dewasa secara rohani. Perhatikan bahwa yang disebut Paulus manusia yang duniawi itu bukan orang dunia. Bukan orang di luar Gereja.  Apa yang dikatakan Paulus itu kepada jemaat Korintus yang sangat kaya dalam berbagai  karunia. Tapi dikatakan mereka manusia duniawi, bukan manusia rohani. Mereka manusia rohani yang belum dewasa. Bayi rohani juga digambarkan manusia duniawi. Dia fokusnya kepada hal-hal natural. Kesadarannya lebih sebagai manusia natural, lebih mengoperasikan hidupnya dengan tubuhnya dan jiwanya. Masih mahluk jiwani yang beroperasi dengan pancainderanya. Mereka sudah lahir baru, tapi mengambil keputusan dengan kehendak bebas mereka untuk beroperasi secara natural.  Ngeri sekali. Paulus katakan juga kepada jemaat Efesus, yang jauh lebih baik dari pada jemaat Korintus, dia peringatkan mereka, jangan hidup lagi sama seperti orang yang tidak mengenal Allah. 

Efesus 4:17 (TB)  Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia.

Bayangkan jemaat Efesus itu luar biasa, dibangun Paulus dalam 2 tahun, menghancurkan dewi Artemis, dewi Diana. Mereka mengubahkan atmosfir kota.  Kalau sampai diperingatkan oleh Paulus,  itu juga terjadi pada mereka, hidup secara duniawi. Ini harus kita waspadai. 

1 Korintus 3:3 (TB)  Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?

Jadi ini keputusan mereka untuk selalu memakai kehendak bebas. Perhatikan bahwa ini bukan pekerjaan iblis, tapi keputusan mereka sendiri. Karena sebenarnya orang yang sudah lahir baru itu sudah mati terhadap dosa. Sudah disalibkan dan dikuburkan manusia lamanya, sekali untuk selamanya. Mereka bukannya hamba dosa. Secara de jure mereka bukan lagi hamba dosa atau hamba kecemaran. Mereka itu hamba Allah, hamba Kebenaran. Tidak lagi di bawah hukum dosa dan maut. Mereka bisa berkata tidak, tapi manusia lahiriahnya yang mereka tonjolkan.


Ada banyak orang yang sudah lahir baru tapi hidup secara duniawi. Padahal ketika lahir baru kita bisa mendeteksi apa yang baik, yang benar dan yang berkenan kepada Allah, sebab iman itu sudah datang kepada hidup kita.  Di Efesus ada iri hati, perpecahan. Di Korintus ada perzinahan, kerakusan, perpecahan, menyelewengkan perjamuan Kudus, segala macam dosa yang tidak dilakukan orang di luar sana, mereka lakukan.  Seolah-olah mereka berkata kepada RK, mereka tidak mau dengar. 

Kita harus hati-hati dan waspada. Kenyataan yang kita dapatkan begitu mengerikan, berbanding terbalik dengan para pahlawan iman.  Kita lihat apa kuncinya para pahlawan iman, mengalami hal-hal yang supranatural. Sebenarnya sama saja, mereka juga menggunakan kehendak bebas mereka, tapi untuk percaya kepada perkataan Allah. Mereka telah membuat ketetapan hati untuk taat. Ishak dan Yakub taat secara akurat kepada bapa rohani, tidak diragukan. Itu dihargai Allah dan Allah sangat suka kepada Yakub, sehingga dia. mendapatkan sorga terbuka.  Tapi Yakub berkata, aku setuju Engkau menjadi Allah Yakub kalau Kau janji aku akan kembali ke rumah bapaku.  Ini luar biasa. Dan patron ini tidak pernah Allah robah. Abraham tinggal satu tenda dengan Ishak dan Yakub. Mereka termasuk tokoh iman karena punya bapa rohani. Daud memiliki Isai sebagai bapa rohani dan Samuel juga, sebagai sumber anugerahnya.  Apa yang mereka percayai diperhitungkan sebagai kebenaran. 

Kalian harus bersyukur ada di dalam rumah, diajarkan menyerahkan ego dan kehendak untuk berkata tidak pada kedagingan dan berkata  ya pada sumber anugerah. Apa yang menjadi penyebab masalah jemaat Korintus? Mereka tidak punya bapa rohani. Mereka bilang punya banyak bapa sampai Paulus tegaskan: Akulah yang menjadi bapamu.

1 Korintus 4:15 (TB)  Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu.

Mereka tidak semuanya  mengakui Paulus sebagai bapa rohani. 


1 Korintus 1:12 (TB)  Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus. 

Tetapi jemaat Efesus bisa berdampak sedemikian rupa karena memiliki Paulus sebagai seorang sumber anugerah yang mengayomi dan menjagai hidup mereka. Mereka mendapatkan firman, input, memposisikan mereka menjadi manusia rohani. 


Demikian juga jemaat Ibrani di pasal 12 dinasehati dan dididik supaya menjadi dewasa, tapi mereka tetap sebagai bayi rohani, sebab mereka hanya menganggap Paulus hanya sebagai seorang rasul, pengajar dan pengerja, bukan sebagai seorang sumber anugerah. Dan mereka tidak memiliki ikat-janji. Kita harus hati-hati akan hal ini. 



Ibrani 12:5-7 (TB)  Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;  

karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." 

Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? 


Semua pikiran daging itu selalu bertentangan dengan apa yang datang dari Allah. Bagaimana kita bisa tau itu berasal dari Roh Allah yang ada di dalam roh kita?  Semua yang bertentangan dengan pikiran kalian jangan kalian buang begitu saja. Sebab firman mengatakan apa yang berasal dari pikiran bisa saja menolak apa yang berasal dari Allah. Apabila kalian mau hidup menurut Roh, kalian harus memperhatikan suara halus yang ada di dalam hati kita. Ini fungsi intuisi kita di mana ada pikiran roh dan perasaan roh kita. Jadi ada suara-suara halus di dalam roh kita. 


Supaya kita mendengar suara dengan kuat kita harus melatih roh kita, sehingga jadi tajam dan peka. Cepat-cepat kita mentaati suara roh kita. Apa yang kita dengar dalam telinga rohani kita berasal dari Roh Allah. Bagaimana kita bisa mendapatkan hal seperti ini? Tidak ada jalan lain, kita harus selalu mendengar firman, menggalinya, mendengar ulang, menjadi amunisi dan perbendaharaan dalam roh kita.  Itu yang akan berbicara. Pancaindera kita akan terlatih mendengar apa yang baik, benar dan halus-halus. Terkadang kita masih terjebak (pikiran, kebingungan) boleh dan nggak boleh. Nah, kalau roh kita sudah terlatih, otomatis kita (bisa) membedakan, karena pikiran dan perasaan roh serta pancaindera rohani kita tajam, cerdas, bisa melihat.  Kita terkadang terpaku kepada hal-hal yang natural, yang terlihat dari kejadian-kejadian yang terjadi seperti pandemi Covid, krisis ekonomi, pemilu Amerika. 


Kita harus melatih telinga roh dengan mendengarkan input firman secara antusias, penuh konsentrasi, tidak sambil makan atau ngemil, sambil mencatat inti pengertiannya atau catat semua. Lebih dari pendengaran jasmani, kita harus bisa menangkap apa yang Roh Kudus katakan dalam roh kita.  Khotbahnya papa menjadi konfirmasi dan penegasan dari apa yang Roh Kudus taruhkan. Berdoa di dalam roh, meningkatkan kesadaran kita akan hadirnya dan keberadaan Roh Kudus dan kesadaran  akan roh kita. Makin kuat kesadaran kita sebagai mahluk rohani. 

Jangan mengandalkan opini sendiri, pengetahuan firman dan manusia jasmani kita, tapi buka telinga rohani, mendengar bisikan halus Roh Kudus. Maka inilah permulaan hidup manusia rohani yang benar. 





AGENDA MANUSIA ATAU KEHENDAK TUHAN - BAGIAN PERTAMA

KEHIDUPAN ZOE Kehidupan Yang Berkelimpahan

Apa Maksudnya dengan CIPTAAN BARU DALAM KRISTUS?

ROMA 15:1-7

EIDO dan GINOSKO

KETEGUHAN HATI

GALATIA 1:10-24 KELUAR DARI HIDUP YANG SIA-SIA

MENJADI SERUPA DENGAN YESUS KRISTUS

TUJUAN UTAMA GEREJA

Pelajaran Alkitab Galatia 4:21-31

Manusia Dibenarkan Karena Iman