JANGANLAH KITA MENCOBAI TUHAN
PERINGATAN TIDAK SEMBARANG MEMBANGUN
GEREJA
Ps.Irene
Cahyadi_8Mei2016
Waktu tidak akan pernah kembali. Tidak terasa sudah satu tahun saya tidak
ke sini. Gereja Tuhan tidak bersantai-santai. Kita harus bisa berlari bersama,
mempersiapkan diri ikut kegerakan dan larinya Roh Kudus. Kita harus membuka
matahati kita apa yang sebenarnya Tuhan. Kita harus kembali kepada ketetapan
Allah dan jangan kehilangan panggilan (vocation). Jika demikian, berarti kita
sudah terhilang dari rencanaNya dan KemuliaanNya. KemuliaanNYa adalah kehidupan
Allah yang ada pada kita.
Gereja harus membangun,
jangan menurut keinginan sendiri, maka kita akan kehilangan. Kita mungkin masih
ada, masih beribadah di gereja, tapi sebenarnya sudah terhilang.
Yusuf
mereprentasikan Yakub. Ishak merepresentasikan pola hidup Abraham. Kita harus hidup menurut pola yang
ditetapkan, pola Kerajaan, yang tidak akan pernah berakhir, kekal. Kita harus menjadi serupa dan segambar
dengan Dia. Itulah panggilan kita. Jangan melihat secara jasmani, secara
natural. Bagaimana kehidupan kita. Tapi kita harus satu frekuensi dengan Tuhan,
supaya kita jangan mengulang kegagalan yang dulu. Jangan pergi ke Mesir
(sebelum kau menjamah Betel). Kita tau Allah tidak membiarkan kita mengalami
kegagalan, mengulang kembali apa yang salah. Kita adalah umat Tuhan yang penuh
harapan.
1 Kor 10
(1Co 10:1) Aku mau, supaya kamu mengetahui,
saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan
awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut.
(1Co 10:2) Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam
laut.
(1Co 10:3) Mereka
semua makan makanan rohani yang sama
(1Co 10:4) dan mereka semua minum minuman rohani yang
sama, sebab mereka minum dari batu
karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.
(1Co 10:5) Tetapi
sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari
mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun.
(1Co 10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk
memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat
seperti yang telah mereka perbuat,
(1Co 10:7) dan supaya jangan kita menjadi
penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti
ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian
bangunlah mereka dan bersukaria."
(1Co 10:8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti
yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah
tewas dua puluh tiga ribu orang.
(1Co 10:9) Dan
janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang
dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular.
(1Co 10:10) Dan
janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari
mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh
malaikat maut.
Rasul Paulus
mengingatkan kepada jemaat di Korintus peristiwa di jaman Musa, sebagai
peringatan dan sebagai gambaran kesalahan dan kegagalan mereka.
Firman itu untuk mengajar, mendidik kelakuan dan melakukan kebenaran.
Kita harus
mendapatkan firman yang sama, harus bisa berdampak dan menjadi model, karena
kita sedang dibawa kepada satu tujuan. Jemaat
Korintus tidak disebutkan di antara 7 jemaat di Kitab Wahyu. Rasul Paulus
ingin membangun gereja di atas fondasi
batu karang Kristus.
Ketika orang-orang membangun di atasnya, jemaat harus memperhatikan bagaimana mereka membangun. Kota akan datang di depan pintu. Gereja akan menjadi template.
Tergantung
kehidupan gereja. Orang tidak mencari firman yang bagus saja, tapi kehidupan yang dibangun dengan pola ilahi.
Yesus pulang ke rumahNya, maka orang datang berbondong-bondong. Gereja yang ada
Yesus di dalamnya akan menarik perhatian orang. Jika Kristus ada di dalam kita,
itu yang menarik perhatian. Bukan pujiannya, bukan musiknya, bukan fasilitasnya
yang membuat gereja menarik, tapi Yesus yang ada di dalamnya.
Ayub begitu dikenal orang dan dikenal Tuhan. Ada
kesalehan, kejujuran, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan (STMJ). Paulus mengatakan di ay6: sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita,
supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat.
Kita cenderung menginginkan apa yang baik menurut kita sendiri. Sebaliknya kita harus mengikuti
kehendak Tuhan. Kita harus berlari pada tujuan. Kita harus menjadi pasukan seperti yang dikatakan kitab Yoel – pasukan
yang bisa mengubahkan kota, menguasai domain-domain. Dasarnya berasal dari
pola yang ada di sorga. Kita harus makan makanan rohani dan minuman rohani yang
sama, supaya kita mencapai tujuan.
Korintus cukup terkenal, makmur dan intelektual, tapi kotanya bejat dan
tidak bermoral. Ketika mereka menjadi jemaat yang karismatik, tetap mereka
tidak berdampak. Itu karena mereka
individualistis dan egois. Mereka tidak hidup untuk tujuan Tuhan, tapi demi
tujuan mereka sendiri. Panggilan hidup
kita tidak sama dengan cita-cita. Panggilan kita bukan jadi dozen, bukan
jadi insinyur atau dokter. Tapi panggilan
hidup kita untuk menjadi serupa dengan Kristus, mengunduh karakter Kristus,
untuk bisa menutup pintu neraka dan membuka pintu sorga.
Paulus ingin membangun gereja menurut pola apa yang dilihatnya di sorga. Ia mengingatkan jemaat Korintus: Ada sebagian jemaat
tidak berkenan di hadapan Tuhan: sungguhpun demikian Allah tidak berkenan
kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang
gurun. Bangsa ini gagal memenuhi panggilannya. Mereka gagal menggenapkan
rencana Allah. Dalam perjalanan hidupnya, mereka tidak bisa mencapai garis
akhir. Padahal mereka menerima mana dan air yang sama. Mana dari sorga dan air
dari batu karang Kristus.
Mengapa
mereka gagal?
Kel 19:9-11
(Exo 19:9) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
"Sesungguhnya Aku akan datang kepadamu dalam awan yang tebal, dengan
maksud supaya dapat didengar oleh bangsa itu apabila Aku berbicara dengan
engkau, dan juga supaya mereka senantiasa percaya kepadamu." Lalu Musa
memberitahukan perkataan bangsa itu kepada TUHAN.
(Exo 19:10) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
"Pergilah kepada bangsa itu; suruhlah mereka menguduskan diri pada hari
ini dan besok, dan mereka harus mencuci pakaiannya.
(Exo 19:11) Menjelang hari ketiga mereka harus bersiap,
sebab pada hari ketiga TUHAN akan turun di depan mata seluruh bangsa itu di
gunung Sinai.
Sebenarnya, Tuhan ingin dijumpai, oleh Musa dan oleh seluruh bangsa. Tuhan
merindukan dijumpai oleh para pemimpin dan seluruh jemaat, oleh setiap kita. “Sesungguhnya Aku akan datang kepadamu dalam awan yang
tebal, dengan maksud supaya dapat didengar oleh bangsa itu apabila Aku
berbicara dengan engkau..”
Tuhan ingin terhubung langsung. Tidak ingin hanya bicara lewat perantaraan
Musa. Itu sebabnya kita harus membangun frekuensi
yang sama dengan Tuhan. Dia sebenarnya memiliki frekuensi yang sama, asal kita
bisa memiliki akses yang tepat. Tuhan
terbuka untuk semua orang, tapi kerajaanNya tidak buat semua orang. Bapa
rohani bisa terhubung dengan Dia dan kita harus memiliki frekuensi yang sama,
sehingga bisa terhubung langsung dengan Dia. Senantiasa Dia bisa dijumpai,
sehingga kita tidak melenceng dari panggilan Tuhan, dari ketetapan-ketetapan
Allah.
Dia Allah yang senantiasa
ingin dijumpai, ingin akrab. Apa yang Yesus katakan dan lakukan, itu yang
dikatakan dan dilakukan Bapa. Itu sebabnya kota mendatangi Yesus. Kita pun
jemaat harus mendapatkan makanan dan minuman yang sama. Jadi kita harus
memiliki frekuensi yang sama, yang bisa terhubung dengan Dia. Kita memiliki roh
dan jiwa. Roh itu penurut, tapi jiwa itu memakai pikiran dan perasaan, terus
menimbang-nimbang. Roh lah yang harus
memimpin dan menjadi bos, bukan jiwa kita.
Ada kehendak Allah bahwa Dia ingin berbicara dan didengar langsung.
Jika orang Israel percaya kepada Musa, maka jika Tuhan berbicara langsung, maka mereka menjadi lebih percaya. Bangsa
Israel ini adalah bangsa yang tegar tengkuk (stiffneck).
Bagi mereka yang mencari akan diberikan dan bagi yang mengetuk, pintu akan
dibukakan. Kita harus terus mengejar rencana, tujuan dan ketetapan Allah. Kerinduan bapa rohani, yang berasal dari Allah sendiri,
harus kita percaya dan jemaat harus bisa menggenapkan bersama-sama. Itulah yang harus menjadi kerinduan kita,
supaya kita layak menjadi pewaris kerajaanNya.
Dia mau datang, mau bicara
dan mau berbicara dengan Israel. Kita pun harus bisa berkomunikasi dan intim.
Itu harus dicapai lewat keterhubungan
Roh dengan roh. Jadi harus ada kesamaan frekuensi. Musa bertemu dengan
pribadiNya Allah di dalam roh. Tuhan ingin berjumpa dan berbicara dengan
gerejaNya, tentang ketetapan-ketetapanNya.
Ketika Paulus membagikan
firman, itu berasal dari Roh, sehingga karya Kristus itu sampai kepada jemaat
dan mengubahkan hidup mereka.
Itu semua tergantung dari
hati jemaat. Apakah kita cuek? Cinta Tuhan itu bertepuk sebelah tangan? Ketika
Musa mengatakan kepada Israel, Tuhan
ingin menjumpai mereka; bangsa Israel memberikan respon yang salah. Malah
mereka mengingat-ingat masa lalu, yang menghantui dirinya, kejadian-kejadian
guruh dan halilintar. Masa lalu bisa
membuat kita lari dari suara Tuhan, sehingga kita keluar dari panggilan Tuhan.
Jemaat Laodikia terhubung dengan hal-hal yang duniawi, sehingga lari dari
panggilan Tuhan. Yang menjadi kemuliaan mereka adalah hartanya dan keduniawian.
Mereka takut kilat dan guntur. Roh ketakutan bukan berasal dari Allah.
Ketika kita dengar kita akan dibawa kepada destiny-Nya kita menjadi takut. Saya
ini kan sarjana, jadi apa nanti saya ya? Ketika dibicarakan pernikahan ilahi,
mereka yang masih ‘jomblo’ ketakutan. Kita harus keluar dari pola pikir yang
salah.
Apa yang disampaikan di
rumah rohani adalah supaya jemaat tidak gagal karena mengulangi apa yang salah.
Jangan bereaksi dan merespon dengan salah, ketika kita mendengarkan keinginan
Tuhan.
Kel 20
(Exo 20:18) Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh
mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap.
Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh.
(Exo 20:19) Mereka berkata kepada Musa: "Engkaulah
berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah
berbicara dengan kami, nanti kami mati."
Mereka hanya memperhatikan hal-hal yang natural. Mendengar firman tentang storehouse saja kita bisa merespon dengan salah.
Dia beri penolong, sehingga apa yang menjadi tujuanNya itu terjadi dalam hidup
kita.
Dengan guntur, dengan guruh.
Guntur itu berarti Tuhan itu datang.
Kilat itu berarti Tuhan menjawab, untuk membalikkan keadaan. Untuk
menyadarkan kita, berbalik dari dosa. Itu adalah hal-hal rohani. Jangan melihat
secara natural kilat, guruh dan guntur itu.
Mungkin mereka mengingat
hujan es di Mesir, awan tebal dan peristiwa ‘mengerikan’ lainnya. Mereka tidak
mau melihat dan mendengar langsung dari Tuhan. Mereka hanya berdiri jauh-jauh
dan tidak berusaha (mendekati). Jika kita tidak berusaha mendekat dengan Allah,
kita sudah merespon dengan salah. Inginkan pengalaman yang sama yang dialami
bapa rohani. Miliki sikap untuk terus
mencari dan mengetuk. Jika kita minta roti, Tuhan akan berikan. Dia berikan
penolong, supaya kita dapat menjumpaiNya. Jika kita tidak menjumpaiNya dan
hanya ingin Musa saja yang berbicara, maka kita tidak bisa merespon dengan
benar kehendak Tuhan, karena kita kurang percaya dan menjadi tidak akurat.
(Exo 20:21) Adapun bangsa itu berdiri jauh-jauh, tetapi
Musa pergi mendekati embun yang kelam di mana Allah ada.
Tuhan ingin kita melakukan
terobosan, ingin kita berintim-intim dengan Dia. Kita harus merespon dengan
benar, harus makin mendekatkan diri denganNya, seperti apa yang dilakukan Musa.
Jangan melihat berapa besar kebutuhan kita, tapi miliki ketaatan dan
lakukan apa yang menjadi kehendak Dia. Jangan melihat secara natural, tapi
responi firman dengan ketaatan. Buktikan
apa yang Tuhan firmankan. Jangan terlalu
banyak tuntutan kepada Tuhan: Tuhan aku sudah rajin ibadah, aku sudah ini
itu. Tapi mana janji Tuhan… Semua itu (coba-coba
barter dengan Tuhan) hanya karena keinginan kita. Jika kita taat
semata-mata atas agendaNya, masakan Dia tidak menyediakan, bahkan Dia sediakan
melimpah. Ishak menjadi kaya, bertambah
kaya, dan menjadi sangat kaya. Semua kekayaan itu karena hasil ketaatannya.
Gereja harus dibangun dengan pola orisinal dengan keimamatan Melkisedek. Tidak bisa dengan kekuatan sendiri kita ikut kegerakan
Allah. Jika demikian, kita akan lari dari ketetapan Tuhan dan penggenapan
firmanNya tidak akan terjadi.
Kel 19:
(Exo 19:5) Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh
mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi
harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang
empunya seluruh bumi.
(Exo 19:6) Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan
bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang
Israel."
Jadi Tuhan rindu sekali kita menggenapkan ketetapan-ketetapanNya. Kita
harus mendengarkan firmanNya (mentaati) dan berpegang dengan ikat-janji,
memiliki ketetapan hati (stabilized,
fixed, firmed).
Daniel seorang buangan pun memiliki ketetapan hati, sehingga menjadi alat Tuhan di kerajaan Babel dari
beberapa generasi. Dia memiliki ketetapan hati untuk selalu hanya menyembah Allahnya selama-lamanya.
Roh kita harus terus menyala-nyala sehingga dapat melayani Tuhan. Dua murid
yang berjalan ke Emaus itu mulanya tidak memiliki nyala api. Ketika Yesus
bukakan pengertian akan firman, hati mereka menjadi berkobar-kobar. Interaksi dengan Allah membuat roh kita
terus menyala-nyala. “maka kamu akan
menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab
Akulah yang empunya seluruh bumi”.
Hanya gerejaNya lah yang akan mengubahkan kota dan bangsa. Kota akan berada di depan pintu. Hanya gerejaNya yang bisa menarik turun KerajaanNya baik di sekolah
dan di tempat kerja; dimana pun kita berada. Taati apa yang menjadi kehendak
Allah. Responi dengan benar: Aku mau lakukan apa yang jadi kehendakMu. Kita
adalah penggenap dari rencanaNya. Amin