Iman Sebagai Indera ke-enam Untuk Mendatangkan Kebaikan.
SATE 8 December 2020 - Menangkap Setiap Perkara Dengan Iman Sebagai Indera ke-enam Untuk Mendatangkan Kebaikan.
Bacalah terlebih dahulu: 1Tesalonika 5:23 , Ibrani 4:12
Paulus menunjukkan tatanan yang benar yaitu roh, jiwa, dan tubuh yang tidak ada konflik, terpelihara dan tidak bercacat, lalu siap dipersembahkan kepada Allah. Allah SEDANG bekerja untuk membuat tatanan yang sempurna dengan cara: MEMBERIKAN FIRMAN KEPADA MANUSIA.
Firman itu tajam, dan bila manusia mengalami kebingungan maka tindakan itu bukan berasal dari roh, melainkan jiwa. Cara bekerja firman di dalam hidup manusia adalah:
✓ Membuat jelas apa yang menjadi kesulitan dalam diri manusia. Firman (logos) dapat menusuk sangat dalam sehingga dapat memisahkan jiwa dan roh. Ketika pertama kali manusia menerima logos, dan itu merupakan perkataan untuk, diri kita, maka kesulitan kita untuk membedakan mana roh dan jiwa itu akan semakin hilang. Mengapa? Karena kita mulai mempunyai pembanding! Ketika firman logos datang, bisa jadi pikiran dan perasaan kita berkata tidak cocok, tetapi ketika orang tersebut melihat bahwa ada orang yang sudah menjadikan firman tersebut menjadi rhema, maka pikiran orang tersebut akan mulai diubahkan dan manusia akan mulai diubahkan!
*#1. Bagaimana kalian bisa membedakan tindakan kita itu berasal dari roh atau jiwa?*
Gampangnya, kalau kita banyak pakai perasaan, pakai pikiran untuk bergumul, masih suka takut dan khawatir; itu artinya kita masih lebih memakai jiwa daripada memakai kemampuan roh kita. *Sebab dari dalam roh itu sendiri ada kepastian. Hanya saja kita sering menggunakan pikiran dan kehendak yang dari jiwa; di luar roh dan berarti di luar iman kita. Dan itu yang membuat kita menjadi ragu, stres, bahkan hampir putus asa, seperti tidak punya pengharapan.*
_Roma 5:5 Dan *pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus* yang telah dikaruniakan kepada kita._
*Pengharapan karena kasih Allah yang telah dicurahkanNya itu tidak akan pernah mengecewakan, berarti mengandung kepastian, karena Roh Kudus adalah jaminan kepastian pengharapan dan hidup kita.* Kepada Yehezkiel, Allah menunjukkan bahwa walau pun tulang-tulang orang Israel sudah menjadi kering, pengharapan mereka telah lenyap dan mereka sudah hilang; Ia sanggup membangkitkan mereka dan membawa mereka kembali ke tanah perjanjian (Yeh 37:11,12).
*#2. Apa akibatnya ketika seseorang selalu mencampuradukan antara roh dan jiwa dalam setiap tindakannya?*
_Roma 8:5 Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh._
Menurut ayat di atas, jika kita pandangan dan pikiran kita selalu kita arahkan kepada hal-hal lahiriah; dan menangkap semua hal dan kejadian dengan mata dan telinga jasmani saja, maka daging kita atau jiwa kita itu otomatis akan mendominasi setiap keputusan dan tindakan kita.
*Kebalikannya adalah jika kita tetap teguh di dalam Roh, artinya juga memandang dan mendengar hal-hal itu dengan iman sebagai indera ke-6 kita; maka damai-sejahtera Allah itu akan mengikat jiwa kita, meneguhkan kita oleh kasih karunia-Nya. Ia akan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan karena iman itu kita izinkan aktif dan bekerja (Rom 8:28).*
_Roma 12:3 Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: *Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri* menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing._
Rasul Paulus juga mengingatkan hal yang menjadi hambatan di dalam pikiran kita, yakni terlalu memikirkan hal-hal yang sebenarnya di luar kepatutan; walau pun itu bukan selalu berarti dosa, tapi tindakan kita hanya akan berujung pada kesia-kesiaan, tidak berguna, baik untuk hidup kita sendiri, apa lagi untuk kemuliaan Tuhan. Kebanyakan kita baru menyadarinya kemudian dan menyesal, sebab itu merupakan tindakan dari kebodohan kita. Itu karena kita mudah goyah oleh fakta-fakta lahiriah di depan mata kita, membuat kita tidak dapat menguasi diri kita sendiri, jangankan untuk mempengaruhi orang lain, mengontrol keadaan dan merubah situasi.