Kehidupan Ilahi Yang Terkandung Dalam Firman
SATE 4 December 2020 –
Bacalah terlebih dahulu: Kejadian 3:1-24
Hasil akhir kerja si jahat adalah agar kita tidak dapat melihat secara clear akan siapa Allah dan karakterNya, dimulai dari memanipulasi pikiran kita. Hal ini bisa dilihat dari peristiwa di taman Eden di Kejadian 3, hal yang dilakukan oleh iblis kepada Hawa adalah :
a. Hawa dibawa oleh iblis kepada area pikiran dengan menjawab pertanyaan iblis.
b. Iblis bekerja dengan menambah dan mengurangi firman Allah.
c. Hawa mulai dibawa untuk memenuhi keinginan daging dan kepada hal yang baik dan benar.
d. Iblis meyakinkan bahwa bila makan buah itu mata Hawa akan terbuka (ini adalah aktivitas jiwa untuk menambah pengetahuan).
e. Hawa mempunyai cara pandang yang berbeda tentang siapa Allah dari sebelumnya.
Contoh lain yang sering dilakukan: kita sering berdoa meminta tolong untuk kebutuhan, pertolongan, dll. Padahal Yesus tidak pernah minta tolong kepada Bapa karena segala hal dari Bapa itu sudah sangat jelas. Target akhir dari si jahat adalah bagaimana roh kalah dengan kemampuan pikiran kita.
*#1. Ketika Hawa dibawa ke area pikiran untuk menjawab pertanyaan iblis, Hawa menggunakan daya ingatnya. Menurutmu, seharusnya apa yang Hawa gunakan?*
Seharusnya Hawa menggunakan firman yang telah dilepaskan Allah.
_Kejadian 2:16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, Kejadian 2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."_
Ini satu-satunya Firman yang harus jadi ingat-ingatan Adam dan Hawa pada waktu itu. Mereka harus berpegang teguh pada perintah dari Firman. Tapi bahkan Hawa seperti tidak pernah mendengarnya, tentang Pohon Kehidupan dan Pohon Pengetahuan baik dan jahat? Ini yang membuat mereka belum memiliki ketetapan hati, bahkan belum memiliki kecenderungan hati kepada Firman, yang adalah Allah sendiri. Saat itu mereka bisa bertanya langsung kepada Tuhan. Jadi masalahnya di mana? Mereka belum pernah mengunjungi Pohon Kehidupan dan apalagi memakan buah Pohon Kehidupan.
Seandainya saja mereka telah makan buah Pohon Kehidupan, maka roh mereka akan menjadi roh yang menghidupkan, yang memiliki hikmat, kuasa dan daya untuk melawan segala tipu muslihat iblis. Saat itu mereka bisa berkomunikasi sebab mereka belum berdosa, roh mereka masih hidup dan bereaksi terhadap Allah; tapi mereka hidup karena jiwa mereka, bukan karena roh mereka. Kehidupan Allah dan Firman-Nya hanya ada di dalam roh. Kehidupan ilahi yang berasal dari Pohon Kehidupan itu belum mereka miliki.
Sebelum itu, selama di taman Eden, mereka hanya makan buah-buah yang lain, yang baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya. Adam pun hanya tertarik kepada Hawa, bukan tertarik kepada kehidupan ilahi Allah.
Perintah ini masih berlaku sampai hari ini. Akankah kita yang sudah lahir baru, memiliki roh yang baru, bisa dipuaskan hanya dengan cara jasmani dan jiwani; lebih dari pada secara rohani dan kehidupan ilahi? Kita harus memutuskan untuk makan buah Pohon Kehidupan – yakni firman - yang memberikan kehidupan ilahi, yang menjadikan kita sebagai mahluk rohani, mengandalkan Roh dan Firman; dan bukan sebagai mahluk jiwani saja yang mengandalkan kekuatan dan pikiran sendiri.
*#2. Apa yang seharusnya menjadi penentu dalam setiap keputusan atau kehendakmu?*
Yang menjadi penentu tetap dari pikiran kita; tapi pikiran yang dari mana? Keputusan itu harus dibuat di dalam hati bukan berdasarkan input matematis, untung rugi, tambah kurang dan seterusnya. Itu namanya logika yang bekerja diotak. Itu bukan pikiran yang harus kita pakai. Biarkan firman bekerja, ijinkan firman itu berbicara melalui Roh Kudus memberikan nasihat. Itu yang menjadi keputusan pertama kita.
Ada unsur-unsur roh yang ada di dalam hati: intuisi dan hati nurani. Roh itu bekerja pada hati, namun pikiran juga ada di hati. Unsur roh dan pikiran inilah yang membuat keputusan akhir dan menjadi penentu. Nah, pikiran itu sendir bisa berasal dari hikmat manusia dan dunia; bisa berasal dari hikmat Allah, pikiran Allah. Pikiran dan hikmat Allah adalah Firman yang hidup dalam bentuk rhema atau pun logos (tertulis). Keduanya mempunyai fungsi yang sama dan ketika itu tidak direkayasa oleh pikiran sendiri seperti Hawa; maka kuasa dan hikmat Allah itulah yang menjadi input bagi pikiran di dalam hati kita.
Tergantung dari kecenderungan hati, kita adalah manusia dengan kehendak bebas, bisa memutuskan yang lain daripada yang dikatakan Roh. Siapa yang akan menang? Mereka yang mendengar apa yang dikatakan Roh.
Jadi sebenarnya hidup kita yang baru, sebagai Ciptaan Baru TELAH memiliki KEPASTIAN.
Kepastian itu kita peroleh HANYA jika kita hidup BERASOSIASI dengan Firman yang hidup, artinya: kita MENGIKATKAN DIRI. IMAN yang ada di dalam kita itu berfungsi untuk mengikatkan diri dengan KEPASTIAN dengan berasosiasi dengan FIRMAN (Kej 1:26,27). Sebab, hanya firman yang memberikan kepastian (Yesaya 55:11). Kita harus berasosiasi dan mengikatkan diri dengan DASAR (desain Allah/janji Allah) yang tidak atau belum kelihatan dan dengan BUKTI dari yang kita harapkan. Semua terjadi di dalam kesatuan roh, diikat dengan damai sejahtera.