SIKAP IMAN - Iman Yang Berkarakter



Attitude of Faith

Kita harus memiliki sikap iman yang benar supaya memperoleh perkenanan Tuhan dan Tuhan Semesta Alam (God of Host) ini mulai bertindak atas kota-kota, bangsa-bangsa dan bumi ini. Juga atas kehidupan pribadi dan keluarga kita.

Attitude adalah kerangka dan acuan pikiran yang mempengaruhi cara berpikir (thoughts) dan cara bertindak (behavior) seseorang.  Sebuah bentuk cetakan baku yang berkaitan dengan sesuatu.

1 Korintus 13:2b sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. 

Iman yang bisa memindah gunung sekalipun tidak berguna, tanpa disertai sikap iman yang benar.

Nuh memiliki sikap iman tidak pernah berhenti bergaul (never cease to having intimacy) dengan Allah. Ia memperoleh perkenanan Tuhan dan Tuhan mulai bertindak membersihkan bumi ini!

Abraham memiliki sikap iman Allah akan menyediakan! Abraham mendapatkan perkenanan Tuhan dan Tuhan mulai bertindak melalui ikat-janji!

Yoshua memiliki sikap iman, percaya dan taat kepada orangnya Tuhan. Ia memperoleh perkenanan Tuhan dan Tuhan mulai bertindak menghakimi bangsa Israel setelah 40tahun lamanya!

Gideon memiliki sikap iman, terus menantikan Tuhan yang ajaib dan perkasa! Ia memperoleh perkenanan Tuhan. Dan Tuhan mulai bertindak untuk melepaskan bangsa Israel dari cengkraman bangsa Midian dan Amalek.

"As one man" adalah gambaran dari sikap iman yang tepat bagi 300 orangnya Gideon, pilihan Tuhan bagi tugas menyelamatkan orang Israel dari cengkraman orang Midian dan orang Amalek. Sikap iman "as one man",  menjadi jaminan keberhasilan dalam mengerjakan tujuan Tuhan.

Daud memiliki sikap untuk selalu mencari wajah Tuhan. Ia memperoleh perkenanan Tuhan dan Tuhan mulai bertindak, menyatakan pemerintahanNya dari benih Daud!

Matius 4:3  Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."

Keteguhan hati Yesus untuk tidak mengubahkan batu-batu itu menjadi roti - sekali pun itu hal yang mudah bagiNya - adalah sikap iman yang pertama-tama dibutuhkan untuk meraih kemenangan bersama dengan Tuhan.

Yohanes 4:34  Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Passion Yesus adalah untuk selalu taat kepada Bapa, menggenapkan seluruh kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaanNya. Bapa memberikan kesaksianNya:Inilah AnakKu yang Ku perkenan! Bapa mulai bertindak memberikan  bangsa-bangsa kepada Yesus dan setelahnya,  segala kuasa di sorga, di bumi dan di bawah bumi!

Passion adalah sikap iman yang mutlak dimiliki setiap orang yang percaya Yesus.

Masih banyak lagi sikap iman yang harus terbangun di dalam iman setiap orang percaya.

Bagaimana Tuhan sendiri melihat dan menilai sikap iman kita?

Perempuan yang mengalami pendarahan selama 12 tahun lamanya memiliki sikap iman tidak pernah menyerah. Sakit parah, bau, bangkrut, dicerai, tidak boleh ibadah, tidak bisa punya anak. Dia layaknya hidup untuk mati. Dia 'berhak' untuk mengeluh, menjerit, mengerang atau bahkan bersungut-sungut. Tapi dia pantang gagal, pantang menyerah. Imannya bangkit waktu mendengar kabar Yesus akan lewat. Ia memiliki iman Yesus bisa menyembuhkan orang timpang, orang buta melihat. Sikap imannya tergambar dari perkataannya: 'Asal ku jamah saja ujung jubahnya, maka aku akan sembuh!' Cara ini belum pernah ia dengar atau lihat. Itu bukan metode. Gerakan dan tindakannya timbul dari sikap iman yang pantang gagal.  Ia tidak berhenti, tidak mau menyerah dan terus merangsek maju! Sikap iman dan langkahnya menjamah sorga!

Apa yang terjadi! Yesus belum bertindak. Bapa di sorga bertindak melalui Yesus. Terjadi loop, terjadi harmonisasi...sorga dan bumi menjadi satu. Sikap iman itu seperti sentuhan api yang menyebabkan Tuhan Semesta Alam mulai bertindak! It's a spark of  the ignition fire that cause the God of Host begin to act!!!

Kadang kita menyangka kita memiliki iman memindahkan gunung, tapi mengapa tidak ada perobahan?  Mengetahui ini saya mau belajar lagi dari mereka untuk juga memiliki sikap iman yang benar, sehingga ada perkenanan Tuhan dan Dia mulai bertindak. Amin.

Lalu bagaimana kita membangun sikap iman ini?
Untuk mendapatkan sikap ini, orang pertama-tama harus memahaminya dan tau bagaimana membangunnya.

Ibrani 11:1  Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."
Kata 'harapkan' di sini juga berarti 'menantikan' atau ekspetasi - jadi iman adalah substansi dari apa yang sedang Anda nantikan, sehingga tanpa penantian (ekspetasi), anda tidak bisa memiliki iman, karena mengharapkan, imanmu tidak memiliki substansi apa pun.  Semakin Anda mendengar firman Allah dan berbicara harapan Anda, semakin Anda dan sikap Anda akan mengembangkan dan terus tumbuh. Semakin Anda memberi makan iman dan harapan dengan firman Allah, semakin ia akan mulai mengembang; seperti otot. Semakin kita makan dan berolahraga otot-otot kita, semakin mereka tumbuh dan berkembang. Semakin sedikit Anda lakukan, semakin sedikit mereka akan tumbuh. Feeding (mendengarkan, membaca, mediasi, berbicara, dll) pada Firman Tuhan adalah kunci untuk mengembangkan sikap!

Apa yang perempuan itu lakukan dalam menanggapi "sikap baru" ini? Dia bangkit dan datang di tengah-tengah kerumunan di belakang Yesus dan menyentuh pakaiannya (vs 27). Perhatikan apa yang terjadi pada Yesus, ketika dia menyentuh-Nya. Dia mengakui dalam diri-Nya bahwa ada kekuatan keluar dari-Nya (vs 30). Mari kita letakkan ini dalam perspektif - ada banyak orang menyentuh Yesus hari itu. Bahkan murid-murid mengatakan dalam vs 31, "... Anda melihat orang banyak menekan keras di sekitar Anda (dari semua sisi), dan Anda bertanya, siapa yang menyentuh Aku?" Beberapa mungkin telah menyentuh Dia ingin tahu, orang lain mungkin tidak sengaja, tapi wanita ini menyentuh Yesus dengan sentuhan iman dan harapan dengan kuat.
 "Pengharapan terakhirnya" adalah untuk menyentuh jubah-Nya dan jadi disembuhkan dan dipulihkan. Ini sebenarnya apa yang terjadi. Yesus bahkan mengakui itu dengan mengatakan "Perempuan, imanmu telah membuat engkau pulih sepenuhnya. (V. 34)" Dia tidak akan berhenti atau ditolak. Dia tidak duduk-duduk dan "menunggu dari Tuhan," berharap Yesus akan membantunya. Dia bangkit dan pergi kepada sumber pengharapan itu. Wanita ini disembuhkan karena dia punya sikap.

Izinkan saya waktu ini untuk menjelaskan apa yang bisa disebut "menantikan Tuhan" yang bukan. Apa yang bukan dimaksud "menanti-nantikan Tuhan" adalah ketika kita duduk-duduk dan pada dasarnya melakukan apa-apa! Sebagian besar dari kita terkadang, hanya "berharap dan berdoa" Tuhan akan melakukan sesuatu untuk kita. Yah, saya berterima kasih kepada Tuhan saya belajar membaca. Ini memungkinkan saya untuk menyelidiki hal ini untuk diri sendiri dan melihat apa yang Allah melalui Yesus Kristus telah tebus kita dari, dan sekarang dalam sikap iman dan harapan, saya sepenuhnya mengantisipasi janji-janji Allah untuk terjadi dalam hidup saya, terlepas dari apa aku harus kulalui atau harus ku atasi. Nah, itu maksud dengan "menanti-nantikan Tuhan" ini. David dalam kitab Mazmur mengungkapkan ini dengan baik.

Mazmur 62:5 "Hanya pada Allah saja kiranya aku (jiwaku) tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku."

Sikap iman dan pengharapan saya: "Saya sepenuhnya mengantisipasi janji-janji Allah untuk terjadi dalam hidup saya, terlepas dari apa yang harus aku  lalui atau harus aku atasi."

Sekarang lihat dua contoh lagi mengenai orang-orang yang punya sikap iman ini.

Orang-orang yang "memiliki sikap iman"

Markus 2:1-4, 11-12  Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah.
Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka,
ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang.
Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring.
"Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"
Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."

Di sini, di Markus 2, kita bisa melihat seorang pria yang dibawa oleh empat orang temannya yang tidak akan membiarkan hambatan apa pun atau siapa pun untuk menghentikan tekad mereka. Hanya mereka yang ada di dalam rumah yang bisa menerima (kesembuhan dan pemulihan) dari Yesus, namun sulit untuk menerima ketika Anda hanya penonton (spectator). Tetapi ketika Anda mengambil sikap dan memutuskan untuk melakukan sesuatu dengan itu Anda menjadi part taker dari persediaan ajaib Tuhan. Penonton hanya akan menjadi penghalang dan batu  sandungan bagi orang lain yang hendak masuk ke dalam rumah di mana Yesus ada.

Jangan hanya menjadi penonton dalam perlombaan iman ini, tapi jadi part-taker dari rencana ilahi Allah

SIKAP IMAN ABRAHAM
Abraham, memiliki sikap yang harus mempengaruhi kita semua. Dia berusia 99 tahun dan tidak memiliki anak, tetapi Allah memberitahukan namanya tidak lagi Abram, tetapi Abraham (bapa banyak bangsa - Kej 17: 5). Abraham tidak hanya mengambil nama baru, tetapi juga sikap baru!

Anak tunggalnya adalah seorang putra bernama Ishak; Abraham menjadi seorang ayah pada usia 100 tahun (Kej 21: 5). Beberapa waktu kemudian, Tuhan meminta Abraham untuk melakukan sesuatu di luar pemahaman - mengorbankan Ishak sebagai korban bakaran (Kej 22: 2). Bagaimana bisa? Tapi Abraham taat. Bagaimana dia bisa melakukan hal seperti itu ?! Karena dia punya sikap.
Sikap iman dan harapan besar yang Abraham miliki akan diuji.

Kejadian 22:2-12  Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."
Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.
Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh.
Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu."
Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.
Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?"
Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.
Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api.
Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan."
Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."

Kita bisa melihat bahwa Abraham bersedia memberikan anaknya yang tunggal untuk menaati Allah, dan di seluruh tes ini, Abraham menetapkan sikap imannya dan pengharapan hidupnya. Perhatikan ay 5 ketika ia berkata, "... aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu." Sekali lagi di ay 7 ketika Ishak bertanya di mana anak domba untuk kurban itu, Abraham menjawab dengan mengatakan "... Allah yang akan menyediakan ..." Dan kita tahu bahwa Allah memang menyediakan  pengorbanan.
Bagian lain dari Kitab Suci yang menggambarkan sikap Abraham dalam Ibrani 11: 17-19.
Ibrani 11:17-19  Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal,
walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu."
Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.

Pada hari-hari ini dan di jaman ini, orang Kristen tidak sampai diminta untuk melakukan apa yang Abraham diminta untuk lakukan! Tapi kita akan diharapkan untuk memiliki sikap yang sama seperti yang dimiliki Abraham dan menunjukkan - satu iman dan pengharapan dalam melayani Tuhan.

Saudaraku, terlepas dari apa yang  akan Anda lalui atau untuk percaya Tuhan  "... janganlah kita berkecil hati dan menjadi lemah dan jangan jemu-jemu untuk berbuat baik, bertindak mulia dan melakukan yang benar, karena pada waktunya dan pada musim yang sudah  ditentukan, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah" (Gal 6:9, Amp)

Dengan kata lain, jadilah seperti Abraham. Jika Anda berada di tengah-tengah tantangan terbesar Anda, teguhkan sikap iman dan pengharapan Anda, seperti Abraham, "Tuhan akan menyediakan!"

AGENDA MANUSIA ATAU KEHENDAK TUHAN - BAGIAN PERTAMA

KEHIDUPAN ZOE Kehidupan Yang Berkelimpahan

Apa Maksudnya dengan CIPTAAN BARU DALAM KRISTUS?

ROMA 15:1-7

EIDO dan GINOSKO

KETEGUHAN HATI

GALATIA 1:10-24 KELUAR DARI HIDUP YANG SIA-SIA

MENJADI SERUPA DENGAN YESUS KRISTUS

TUJUAN UTAMA GEREJA

Pelajaran Alkitab Galatia 4:21-31

Manusia Dibenarkan Karena Iman